I love your fucking moaning.
CW // harshword, frontal, rimming, fingering. Minor do not interact!
Kale dan juan sampai di depan studio musik band mereka, sang gitaris dan vokalisnya berjalan masuk ke ruangan kedap suara itu. Pandangan yang pertama kali mereka lihat adalah semuanya berantakan, mungkin karena terakhir kali kesini memang sedang gladi bersih untuk penampilan di salah satu sekolah di Jakarta.
Kale dan rasa bencinya dengan hal-hal yang tidak sesuai atau tidak bersih jadi sibuk membersihkan seisi ruangan, sementara juan tidak peduli, karena yang ia pedulikan hanya rasa rindunya pada gitar kesayangannya.
Kale melengos, “bantu kek biar bersih ...” katanya dengan penekanan seperti menyindir, juan hanya tertawa kecil lalu melanjutkan kegiatannya —mengatur senar gitarnya.
Akhirnya kegiatan kale selesai, studio musik tampak terlihat lebih bersih dari sebelumnya. Kale tersenyum puas dan suara tepukan tangan terdengar keras untuknya, itu dari juan.
“widih jadi bersih” katanya, kale hanya mendengus sebal tanpa menjawab lalu beralih duduk di sofa samping juan. Keduanya sibuk dengan kegiatan masing-masing, kale dengan lirik lagu yang akan dinyanyikannya sementara juan dengan gitarnya.
Memang ya, kalau sudah suka dengan seseorang, apapun hal yang ada pada dirinya itu jadi menarik. Bahkan juan yang hanya mengatur senarnya sedari tadi menarik atensi si manis untuk menoleh.
“gue dari dulu pengen bisa main gitar” kata kale, pandangnya tak lepas dari gerak tangan juan. Sang gitarist menoleh sebentar lalu di detik berikutnya malah tertawa kecil.
“belajar lah”
“udah kok, tapi susah, apa karena faktor tangan sama jari gue yang kecil ya?” kale melihat tangannya sendiri, dibanding juan, tangannya memang kecil. “kalau tangan lo gede terus jarinya juga panjang sama berurat jadinya kuat, pasti enak“
Di kalimat terakhir kale, juan sontak menoleh lalu tertawa besar. Si manis itu hanya menatapnya heran lalu selanjutnya semburat merah melingkupi seluruh wajahnya. Ngomong apasih?!
“m-maksudnya enak main gitarnya, bukan yang itu ...” ucap kale, ia mengalihkan pandangannya ke kertas dengan lirik lagu, enggan melihat juan yang masih menertawakannya.
Kale pun tidak sadar kalau juan sudah berjalan menuju pintu, awalnya ia pikir juan akan keluar—salah— juan mengunci pintunya.
“kok dikunci?”
“sstt... gue denger suara di depan” juan menaruh telunjuk kanannya di depan bibirnya, mengisyaratkan kale untuk tidak berisik.
“hah? Itu mungkin rendy sama yang lain”
“bukan kale, kalau anak-anak pasti berisik”
Kale terdiam sebentar sementara juan berjalan mendekat. Tubuh besar itu sudah ada dihadapannya, kale mendongak dan menatapnya heran.
“apa?”
Juan tidak menjawab. Matanya berubah menajam, juan yang biasanya suka menebar senyum sana-sini, kali ini menatapnya dengan seringaian.
Jari jempol juan mengusap pelan bibir kale, sementara sang vocalist hanya terdiam kaku tanpa melepas pandangannya pada wajah juan.
Seperti terhipnotis, kale membuka mulutnya saat jempol itu menarik turun bibir bawahnya hingga terbuka, lagi-lagi juan melebarkan senyumannya.
“have you ever kissed before?” tanya juan, suaranya memberat, binar matanya terlihat walau sejujurnya manik itu menajam.
Kale terdiam, ia bingung ingin menjawab apa. Matanya masih terkunci pada juan. Saat jempol itu menekan bibirnya agak keras, kale tersadar. sadar akan sesuatu
“b-belum... juan?”
“lo bilang kalau jari panjang itu enak, right?” kini jempol itu masuk ke dalam mulut kale tanpa permisi, bermain dengan lidah sang vocalist. Juan tersenyum puas saat mata kale menyanyu menikmati permainan jarinya.
“tangan gue besar, berurat, have you ever imagine about this finger in your hole? Thats must be so good, right?“
fuck, maksud kale bukan ini
“jilat, le” ucap juan sebelum akhirnya memasukkan dua jarinya ke dalam mulut kale, laki-laki itu menekan lidah kale di dalam sampai sang empu menutup mulutnya dan tanpa sengaja mengulum dua jari besar itu.
“basahin semuanya”
“you're a good boy, kale, right? jadi jangan ngelawan apapun perintah gue malam ini”
dan kale mengangguk mengiyakan.
Cinta adalah definisi perasaan suka atau sayang seseorang terhadap sesuatu, entah itu untuk sesama manusia, hewan atau bahkan benda, rasanya menyenangkan dan mendebarkan tapi kadang memang menyakitkan karena selain bikin senang juga bikin hilang akal, contoh nyatanya adalah Kale Geandra Adhyaksa , ia memang sedang jatuh cinta pada seorang gitaris band nya yang sering dipanggil juan itu, kale menaruh segala ekspetasi mengesankan pada diri juan.
Tapi juan tetaplah manusia biasa, menaruh ekspetasi berlebihan pada manusia adalah hal berbahaya, penyakit hati, karena pasalnya semua orang memiliki sisi gelap yang bahkan tidak semua orang tau. Sama halnya bagi juan.
Sialnya, malam ini juan menunjukkan sisi brengseknya pada kale.
Kale dan segala cinta bodohnya, membuat dirinya sendiri terjebak dalam labirin juan. Laki-laki dengan tampang polos dan suka menebar senyum, sekarang sedang menghancurkan dirinya yang tidak berdaya dibawah kuasanya.
Juan itu brengsek tapi tetap menyenangkan, itu pikiran kale.
“enak? hhh... enak ya?”
Kale terbaring dengan kedua tangannya yang diikat dengan erat oleh kabel bekas oleh juan, si manis mengangkang lebar dengan juan di tengahnya yang menyodok kedua jarinya di dalam lubang sang vocalist.
“ahh.. s-sakit”
“tahan, sebentar...” fokus juan kini beralih pada lubang kale, ia berusaha mencari gumpalan daging yang dapat membuat kale berteriak keenakan. Juan menyukainya hanya dengan membayangkannya.
Juan dan obsesinya terhadap suara merdu sang vocalist, juan dan segala pikiran kotornya berhasil menjebak kale dengan tipu daya manisnya. Dan malam ini mangsanya berhasil tunduk dibawah kuasanya.
“AHHH!” suara kale mengeras, gelenyar aneh menyengat tubuhnya, rasa sakit itu berubah menjadi rasa asing yang menyenangkan. Kale baru pertama kali merasakan selega itu. Ia menatap juan yang tersenyum miring menatapnya, matanya membesar juga sama terkejutnya.
“ini?” juan tekan lagi jarinya di dalam, tubuh kale refleks gemetar dan memejamkan matanya. rasanya enak
“ahh... hah apaan tuh?” ucap kale tak diindahkan juan karena ia sibuk menyodok jarinya pada gumpalan daging itu dengan keras dan cepat. Pikiran kale mendadak kosong, yang ia rasakan hanya nikmat dan mengangkang lebih lebar untuk merasakannya lebih.
“ahh... nyah! AHH! juan... juan itu apa?”
Juan tertawa keras, tangan satunya tak tinggal diam karena saat ini sudah melingkupi penis si manis lalu mengocoknya cepat. Kale rasakan tubuhnya bergetar hebat, ia memejamkan mata untuk merasakan rasa asing melingkupi dirinya.
Bukan, bukan cinta tapi rasa seperti bertekuk lutut bersedia menjadi jalang untuk juan.
“hahahahaha enak? Enak ya sampai desah kenceng banget... Ini namanya prostat kale sayang” juan berucap dengan tawanya yang terdengar sarkas dan mengerikan karena deep voice khas juan, kale menyukainya dan akan selalu menyukainya.
“mau pipis, mau pipis, juan cepet... kale mau pipis”
Juan juga rasakan penis kale membesar ditangannya, tapi laki-laki itu bukanlah pria baik seperti biasanya, jadi ia lepas tangan dan jarinya dari penis dan lubang si manis. Menyisakkan siksaan bagi kale.
“juannnnn” kale merengek kesal, juan jadi gemas.
“iyaa sabar”
Laki-laki yang lebih besar mengangkat tubuh kale lalu membaliknya paksa, kale dipaksa menungging di hadapannya. Laki-laki gitarist itu menunduk dan meyesejajarkan wajahnya pada lubang kale lalu gantian pekerjaan lidahnya membuat suara favoritnya itu memenuhi isi ruangan kedap suara ini.
“ahhh... ah juan juan juan...”
“ah! ah! mmh... nghh juan”
“juaaannn!!”
kale mendesah frustasi, rasa ini asing tapi nikmat. Ia sampai menangis merasakan nikmat terus menyerang tubuhnya. Ia makin menungging, membiarkan lidah juan terus menusuk lubangnya sampai bunyi basah dan sesapan terdengar dibelakang.
Suara yang akan selalu diingat dalam memori juan. Indah, merdu, bahkan saat kehilangan akal kale selalu masih sama indahnya. Juan itu terobsesi nyerempet gila.
Juan menyudahi kegiatannya saat kale sudah pelepasan, ia bangun dari duduknya lalu kale saat itu ambruk karena lemas, juan melihatnya lemah tak berdaya hanya karena kegiatan tak seberapa itu —kale itu tidak berpengalaman soal beginian, hanya pernah menonton dan melakukannya sendiri, bahkan membayangkan melakukan ini dengan juan pun tidak.
Kale mendongak untuk sekedar menatap juan yang sedang membuka kaos putihnya, kalau kalian tau bahwa sebenarnya kale sudah berhasil ditelanjangi juan daritadi.
“kale, i know it's your first time...”
Kale mengangguk pelan mengiyakan.
“gue pengen ini berkesan buat lo” juan balik tubuh kale lagi agar wajah mereka berhadapan, ia mengungkung kale, tangan besarnya perlahan mengusap pelan wajah manis sang vocalist sampai empunya memejamkan mata.
“gue bakalan kasik lo nikmat yang bahkan buat ngelupain itu aja lo gak bisa”
Kale tersekat, pikirannya kosong, suara berat juan membuat semuanya terasa menegangkan. Kale dibuat mengangkang lebar dengan juan ditengahnya kembali, kali ini tubuh kale mendadak hilang kendali apalagi saat kale melihat penis besar menegang itu bergesekan dengan lubangnya.
Perkiraan kale salah, soal ciuman atau sekedar mempersiapkan dirinya seperti apa yang ditontonnya, pergerakan juan lebih cepat ke inti.
“j-juan, lo gak foreplay lagi? lo tau kan ini yang pertama kali buat gue?”
“gue tau, gue sebenarnya gak suka foreplay kale... lama! yang penting lubang lo udah siap gue pake”
Kale menghembuskan nafasnya pelan, ia memejamkan matanya erat apalagi saat penis juan mulai masuk secara perlahan. Kesan pertama; itu sakit, banget, kale berteriak merintih tapi juan hanya fokus pada kegiatannya sampai penis besar itu akhirnya masuk ke dalam ke seluruhnya. Keduanya bernafas lega.
Juan memang ingin kale tidak pernah melupakan kegiatan ini, dari rasa sakitnya sampai rasa nikmatnya.
“kale...” juan memanggil kale pelan, gitarist itu menunduk untuk sekedar menatap wajah kale yang menyayu. Laki-laki itu mulai menggerakan penisnya pelan, sangat pelan.
“i-iya juan?”
“lo harus inget ini oke? Lo harus inget rasa sakit sama nikmatnya, iya kale sayang?” juan memgambil kedua tangan kale yang terikat lalu mengecup punggung tangannya, mata kale yang tertutup air mata berbinar melihatnya.
“iya juan”
“lo hanya butuh gue buat ngerasain ini lagi, cuman gue ya kale“
“AHH! iya iya juan...” kale mendongak, apalagi saat juan mulai menggerakan pinggulnya cepat menyodok tepat di prostatnya. Kale mendesah kencang, ia berteriak tak tau malu, juga menangis merasakan nikmat yang terus menghantam prostatnya.
Juan menarik kabel bekas yang mengikat kedua tangan kale agar terlepas, kedua tangan yang memerah itu ia bawa untuk memeluk lehernya, dan sodokannya makin mengeras, menghancurkan tubuh dibawahnya. Suara kale terdengar jelas ditelinganya, ia meracau, mendesah, beberapa umpatan pun terdengar.
Kale tidak pernah membayangkan akan seperti ini jadinya, ia tidak bermaksud memancing juan, tapi tanpa kale tau sebenarnya laki-laki itu memang sengaja melakukannya, apalagi di moment yang tepat seperti kata-kata kale tadi.
Orang bodoh mana yang percaya kalau ada latihan di jam malam seperti ini? ya, jawabannya hanya kale.
keduanya terengah. mereka akhirnya mencapai pelepasan berbarengan, suasana studio kembali kotor lebih tepatnya banyak sperma berceceran di sofa. Kale lemas tak ingin berpikir banyak sementara juan sibuk membereskan semuanya agar besok pagi tidak ada yang mengetahuinya.
“bisa pake bajunya?” tanya juan hanya dijawab gelengan, juan menarik tangan kale agar berdiri lalu memakaikan baju yang awalnya dibuang asal oleh juan, ia juga membersihkan kekacauan yang dibuatnya.
Saat memakaikan baju, tatapan mereka kembali beradu, juan dengan senyum hangat seperti biasa itu kembali “kale, bisa... jaga rahasia?”
“bisa”
“jangan kasik tau siapa-siapa oke? Nanti jendra marah besar hahaha. enak ga tadi?”
“hum”
“mau lagi?”
”.... gatau”
Juan tertawa kecil, ia tau pasti kalau kale akan menurut seperti anak kucing. Sang vocalist yang memiliki suara emas ini adalah definisi indah sesungguhnya, juan sangat menyukai segala sesuatu yang indah. Juan ingin kale karena ia indah, hanya itu.
Kale hanya mengira, perasaannya akan segera dibalas walaupun ia tau bahwa juan seharusnya menjadi kekacauan yang harus kale jauhi.
“ayo pulang”
“eh... gak jadi latihan?”
Juan tersenyum, sambil membuka kunci pintu studio musiknya. “diubah jadwal jadi besok”
Dan tanpa curiga, kale hanya mengiyakan.