rereeeee

Malam ini adalah malam yang akan sangat berkenang bagi renjun, entah akan menjadi kenangan paling buruk atau menjadi sesuatu yang akan selalu terbayang. Malam ini, dirinya berserah diri untuk dihancurkan, diberi ribuan kenikmatan oleh empat temannya yang saat ini berdiri dihadapannya dengan penis mereka yang menegang sempurna terlihat jelas dipandangannya.

Renjun tertawa kecil. Ingat ya, renjun sama sekali tidak mabuk tapi entah kenapa nikmat karena foreplay tadi membekas diingatannya, mengalirkan rangsangan aneh ke dalam tubuhnya, sesuatu asing yang menyengat pola pikirnya yang membuatnya mendadak hilang akal.

Selain wine, sex juga memiliki efek samping yang sama

Renjun tak ingat jelas bagaimana sekarang dirinya yang tidak tertutup sehelai benang pun dan peluh dengan sperma berceceran ditubuh mungilnya. Ia tidak membayangkan hal seperti ini akan terjadi padanya, sial harga diri lelakinya kandas dalam satu malam

mark mengangkat

to: đź’”

Jadi, tadi renjun nanya, kenapa kita putus? Kenapa ya ji? Kita baik baik aja kan keliatannya ya, marah juga jarang, terus kenapa putus ya?

[delete all masseges?]

“kenapa putus sih? Padahal keliatannya baik-baik aja”

“ya kan keliatannya bukan kenyataannya, kalau kenyataannya ga seindah keliatannya ya percuma toh“

“bener sih”

“jangan dipaksa kalau udah nyakitin tau, ga baik!”

“iya iya, jadi udah belajar ikhlas?”

“belum...”

“truth or dare mainan bocah!”

“let's make this game more fun, ikutin aja permainannya lo bakalan tertarik”

“happy birthday, semoga bisa dikurangin nonton bokepnya”

“anjing, doa apaan begitu?” jisung memegang dadanya sendiri sambil menggelengkan kepalanya, memasang wajah sok dramatis padahal seharusnya doa itu memang pantas untuknya.

Hari ini adalah hari spesial untuk si paling kecil, usia 20 tahun akhirnya sudah tersemat di dirinya. Dewasa sudah anak dengan senyuman paling menggemaskan itu. Sifat bayi yang dulu menjadi ciri khasnya sudah benar-benar terlepas dan digantikan dengan sifat dewasa seperti remaja lainnya— maksud lainnya itu jeno dan haechan. Si mesum

Malam ini, rumah tingkat dengan halaman seluas lapangan itu menjadi miliknya seutuhnya untuk satu hari ini, tentu dengan izin orangtuanya atas dasar ingin membuat pesta dengan para kawannya. Jisung sang tuan rumah tersenyum pahit saat melihat hadiah yang diberikan teman-teman sialannya ini.

Si na jaemin dan lee jeno memberikan dua bungkus kondom, lalu lee haechan dengan alat aneh yang katanya ditemukannya di online shop, ya harusnya ini untuk si pacar sih. Dan hadiah aneh lainnya datang dari si paling tua—mark lee dengan lubricant dan obat perangsang. Memang manusia-manusia sialan, hadiah yang aneh yang sama sekali tidak akan berguna untuk masa depannya yang cerah benderang. Tapi setelah dipikir-pikir juga, mungkin akan berguna untuk bermain dengan pacarnya yang cantik itu. Jisung tertawa kencang melihat deretan hadiahnya di meja ruang tamu.

“brengsek, pada otak selangkangan! Hadiah apaan nih anjing?” renjun mengangkat salah satu hadiah dari haechan, itu adalah vibrator. Renjun menggelengkan kepalanya dan menaruh hadiahnya yang berup hoodie berwarna hitam.

“jangan dihina dong! Nyarinya butuh effort yang banyak” gerutu haechan lalu merebut hadiahnya dari tangan renjun. Menaruhnya dengan apik sambil memberi sedikit puk puk pada benda laknat itu.

“goblok!”

“mungkin lo mau jadi percobaan pertama jun” jaemin tersenyum lebar ke arah renjun yang langsung mendapatkan tatapan sengit dari empunya.

“lo mau gue pukul dulu?” renjun mengepalkan tangannya lalu memperlihatkan pada si na yang hanya dibalas tawaan nyaring.

Chenle yang hanya diam sedari tadi langsung menaruh hadiahnya di meja. Ia memberikan sebuah gitar. Jisung dari dulu ingin belajar bermain benda ini, ia tau karena jisung sering cerita soal impiannya itu. Jadi tidak salah ingin memberikannya pada hari spesialnya, kan

“gitar, gue tau lo pengen banget main ini. Setidaknya yang satu ini bakalan berguna” ucap chenle. Jisung menganga tidak percaya, ia langsung mengangkat hadiah dari chenle lalu memeluknya erat.

“tau aja lo”

“doanya sama kayak jeno, dikurangin nonton bokep supaya waras”

Semua orang tertawa kencang atas ucapan sarkas yang keluar dari mulut chenle. Sebenarnya pria darah china itu mulutnya memang pedas sama seperti renjun, ngomongnya gak pernah difilter dulu, pokoknya!

Mark menggelengkan kepalanya karena tidak kuat tertawa, ia mengelap pelupuk matanya yang berair lalu beralih menatap jisung. Ia memberi kode lewat mata lalu diberi anggukan oleh sang tuan rumah.

“langsung main aja kali ya?” ucap mark, semua atensi kini tertuju pada pria agustus itu. Wajah kebingungan kentara dari semua orang kecuali jisung.

“main apaan?” kini renjun yang bertanya.

“truth or dare”

Haechan yang berdiri tepat diseberang mark membalas ucapannya dengan tawaan. Permainan yang biasa dipermainkan anak kecil jadi terkesan konyol kalau remaja dewasa berumur 20 tahun keatas memainkan itu, akan terasa membosankan, kan? Ya itu pikiran haechan.

Jisung tersenyum miring, ia mengambil botol beer yang sengaja dikosongkan. Berjalan ke arah meja ruang tamu lalu mengambil hadiah-hadiahnya dan menaruhnya di meja satunya. Botol ditangannya ditaruh di tengah meja, diantara para teman-temannya berdiri.

“beneran main itu?” tanya jaemin yang dibalas anggukan oleh mark.

“bocah bener” sekarang, haechan yang menanggapi.

“liat dulu cara mainnya bang”


Ke tujuh pria disana menaruh semua perhatiannya ke arah botol beer yang diputar cepat oleh mark. Beberapa detik telah dilewati botol itu berputar sampai akhirnya bagian atasnya terhenti tepat di arah jaemin. Semua pasang mata melihatnya.

“gue bakalan yang ngasi duluan biar lo pada tau alurnya gimana, jaem, lo pilih truth apa dare?” tanya si paling tua sekaligus si paling semangat. Semua orang menatap penasaran sampai mengundang gelak tawa dari jaemin.

“gue pilih truth lah buat pemanasan dulu”

Semua bersorak kecewa sementara jaemin hanya tertawa keras. Mark mengangguk pelan, membuat gestur berfikir kemudian malah tertawa sendiri. Para pemain disana was-was kecuali jisung yang sibuk menuangkan beer ke dalam gelas.

“oke, jaem... Whats your fetish?“

Haechan berteriak histeris sementara yang lain membulatkan matanya terkejut dan tertawa, kecuali chenle dan renjun yang sontak tau kemana alur permainan ini akan berlanjut. Memang teman-temannya ini tidak diragukan soal pikiran kotor tapi nilai fisika selalu nol.

Jaemin tersenyum miring, sekilas menatap renjun yang menegang diseberangnya, “gue suka orang yang badannya lebih kecil dari gue, enak buat dikendaliin, dihancurin” ucap jaemin

“woooooo, serem serem”

“pasti udah ada bayangannya”

Semua tertawa kencang dengan jawaban dari pria agustus yang satu itu, haechan sampai heboh sendiri. Sekarang gilirannya yang memutar botol, ia putar terlalu cepat. Hampir jatuh tapi berhasil ditangkap haechan yang tepat bagian atasnya langsung tertuju padanya.

“gue truth gue truth” kata haechan, semua orang mendesah kecewa. Mereka bahkan sudah mengira si paling pecicilan akan memilih tantangan.

“payah lo bang” kata jisung lalu mengacungkan jempolnya yang diturunkan ke bawah. Haechan mengendikkan bahu tidak peduli.

Sekarang giliran pemain sebelumnya yang bertanya, jaemin melihat lamat-lamat haechan yang cengengesan menunggu pertanyaan paling kotor dari jaemin. Jaemin tersenyum miring.

“chan, gue tau lo sering coli, nah siapa yang ada dibayangan lo kalau lagi horny?”

Haechan terkejut setengah mampus, pertanyaannya terlalu pribadi, bisa habis kalau menyebut nama si objek kotornya. Tapi kalau tidak menjawab ia akan dihina habis-habisan. Ia memutuskan menghela nafas pelan. Mau tak mau, suka tak suka, ia akan jujur walaupun nanti akan mendapatkan pukulan telak di kepala.

“renjun” ucap singkat haechan, yang merasa terpanggil sontak menatap haechan terkejut dengan kepalan tangan yang sudah terangkat. “badannya kecil, gue ngebayangin gimana kontol gue ngerojok ke dalem lubangnya, pasti enak banget—”

“BANGSAT! Lo lanjut lo mati ditangan gue”

Semua pasang mata menatap renjun yang wajahnya memerah, antara marah atau malu. Ucapan haechan terlalu frontal dan brengsek, renjun jadi bingung ingin merespon apa selain marah karena laki-laki berkulit tan itu membayangkan hal yang tidak-tidak tentangnya.

Haechan hanya tertawa kecil, ia suka melihat wajah merah itu. Haechan menyukainya, fantasi liarnya semua ada renjun di dalamnya. Memang bajingan tapi begitu adanya.

Tangannya terulur memutar botol itu dan berakhir di hadapan mark yang hanya menatapnya datar, sudah tidak terkejut apalagi kalau haechan yang akan memberinya tantangan.

“si abang, pilih yang mana? truth atau dare?”

Mark menatap haechan dengan tawaan kecil, memang laki-laki tan ini si pembangkit suasana. “gue pilih truth”

Lagi-lagi kecewa yang di dapat para penonton. Haechan memejamkan matanya, membuat gestur seperti berfikir. Sampai satu pertanyaan kotor terlintas di otaknya.

“bang, Fantasi liar lo soal sex?”

Haechan tersenyum bangga, ia merasa seperti sedang bertanya saat presentasi mata pelajaran ips padahal sedang mengajukan pertanyaan kotor!

Mark tersenyum lalu mengangguk kecil, “gangbang, mungkin kita bisa nanti? Bareng lo sama yang lain? Kita cari lawan main”

“kenapa gangbang?”

Mark mengendikkan bahu, “i don't know, cuman mikir kalau rame-rame bakalan lebih asik ngehancurinnya”

“setia kawan”

Semua orang disana tertawa, kecuali renjun dan chenle. Dua orang itu memang tidak suka membahas hal-hal bajingan ini, kalau bukan yang lain memaksa mungkin mereka berdua tidak akan terlibat di dalam arena setan ini.

Mark mendapat giliran memutar botol lagi, tidak keras hanya pelan sampai akhirnya sasaran selanjutnya adalah jeno. Laki-laki april itu sedikit terkejut namun tidak terlalu, ia hanya mengikuti alur permainan.

“jenoo... jeno dare or dare”

“dare”

Sorakan dan tepuk tangan terdengar riuh, jisung sampai memukul-mukul meja kelewat antusias. Mark sendiri berfikir tantangan apa yang harus diberikannya pada si bongsor lee jeno. Sampai ide gila mampir di kepalanya.

“french kiss sama orang disebelah lo”

Jeno menoleh sebelah kiri dan kanannya, ada renjun di kiri dan jaemin di kanannya sambil melipat tangan di dada terlihat tidak peduli. “ada dua”

“bebas”

Jeno sedari tadi juga sudah melihat renjun, inginnya pada si mungil tapi tubuh itu terlihat menegang dan enggan menolehnya. Akhirnya halunya berubah ke arah jaemin.

“jaem, bantu gue”

“ya, cepet”

Jeno menangkup kedua pipi jaemin, agak gembil tapi rahangnya tegas. Pandangan keduanya menyayu, sampai akhirnya bibir mereka menyatu. Memberi kecupan pemanis di awal sebelum akhirnya jaemin mengalungkan tangannya di leher jeno untuk memperdalam ciumannya.

Semuanya meneguk ludah kasar apalagi saat mendengar sesapan dan permainan lidah yang suaranya jelas memasuki telinga masing-masing. Sunyi. Semuanya mendadak diam saat Jeno dan jaemin malah menikmati ciumannya cukup lama sampai jeno melepasnya sepihak, meninggalkan untaian saliva diantara keduanya. Sial, sial, sial

Jeno mengelap bibirnya kasar, saliva selepas ciumannya masih membekas diujung bibir. Tangan besarnya memutar kembali botol beer itu. Permainan makin lama makin menyenangkan dan chenle serta renjun mulai tertarik diam-diam.

Botol berikutnya berhenti tepat di arah renjun, senyum miring tipis terlihat dari wajah manis itu, ia menatap chenle sebentar yang hanya memberikan tersenyum menang untuknya.

“Lo pilih truth kan?—” ucapan jeno terpotong.

“dare! ya itu... gue pilih dare” ucap renjun cepat. Semua orang melihatnya terkejut, tidak percaya renjun akan memilih tantangan gila!

Jeno si pemberi tantangan tidak banyak pikir, bagus juga kalau mangsanya langsung kena begini jadi sekalian saja dipancing. Renjun sendiri menatap semua orang gugup terutama ke arah jeno yang tersenyum menatapnya.

Bebas ngatain! kalau renjun itu bego, gila, sinting dan lain sebagainya karena berani masuk ke kandang singa yang lapar.

Jeno menyingkirkan botol permainan, “buka baju lo semuanya, naik kesini terus puasin diri lo sendiri diatas sini kayak yang biasa lo lakuin”

“maksud lo biasa apa jen? Emang sering mergokin?” tanya mark dan dibalas anggukan oleh jeno

“ya, asal kalian tau aja renjun itu binal kalau lagi sendiri. Masa coli dikamar mandi kampus dikira desahannya ga kenceng apa?”

ANJING LEE JENO! Bisa-bisanya kegiatan sakralnya setiap kamis diintip diam-diam oleh lelaki dengan tampang sok polos ini, renjun hanya menunduk malu, ia mengumpat 1001 umpatan kasar dalam hati. “hahaha bener jun?” kini jaemin bertanya dan dengan lancangnya malah menyenggol sikutnya

“kalau mau mah lo tinggal pilih nih” kata haechan, jari telunjuknya menunjuk temannya satu satu, “ada mark, ada gue, jaemin, jeno—”

“udah ah anjing! Ini jadi main kagak? Tai lo semua”

“jadi lah, naik lah kesini” jeno menepuk pelan meja yang akan menjadi tempat tantangan renjun.

“i-ini gue bisa ganti truth aja ga? Kenapa tantangan gue frontal banget sih setan?”

“salah sendiri milih dare” ucap jeno enteng dan dibales anggukan setuju semua orang. Renjun gugup, nyalinya ciut, seumur-umur juga ia tidak pernah melakukannya di depan banyak orang begini.

“tapi tadi dare lo cuman ciuman jen—”

“ya itu kan haechan yang kasik ren, sekarang mah gue yang ngasik” jeno tersenyum miring, ia mengusap pelan dagu renjun

Sial. Harusnya renjun sudah tau pikiran bejat dari lee jeno, tapi sedikit engganya si mungil tidak menyesal walaupun daritadi menolak terus, malah makin tertantang. Kalau kalian mengira renjun yang terpancing berarti kalian salah, renjun lah yang akan memancing.

Renjun mengangguk kecil. Ia buka seluruh pakaiannya pelan sampai telanjang, naik ke atas meja ditengah semua kawannya berdiri dan mengangkang lebar diatas sana. Renjun tersenyum miring melihat semua orang disana tidak ada yang satupun bergeming.

Birthday party yang menyenangkan

“gue biasanya gini... ” renjun jilat tiga jarinya secara sensual sampai basah semuanya. Ia bawa tangannya untuk melingkupi penisnya yang sudah setengah menegang karena ciuman jaemin dan jeno tadi. Dikocok cepat sampai ia menengadah, apalagi banyak pasang mata yang melihatnya, renjun semakin semangat mengocok penisnya sekaligus memasukkan tiga jarinya langsung ke lubangnya yang ternyata sudah basah.

“A-ahh! Ssh... perih” ucap renjun pelan tapi tetap saja ketiga jarinya menyodok cepat lubangnya, memuaskan diri sendiri di depan banyak orang adalah tantangan tersendiri yang baru pertama kali ia rasa. Jarinya tidak sengaja menyentuh prostatnya yang membuatnya mendesah makin kencang

“AHH!” benar, ia barusan tidak sengaja mendapatkan nikmatnya dan renjun butuh lebih dari sekedar ini. Nakal. Renjun sengaja mengangkang lebih lebar tepat di hadapan si lelaki na yang tepat berada di depannya.

Tangannya terhenti. Seseorang mencekat tangannya kencang, ia menoleh ke arah orang itu yang ternyata adalah jaemin sendiri. Pertahanan lelaki itu lebur sudah, persetan dengan permainan. Ia sudah kepalang nafsu melihat lubang memerah itu apalagi membayangkan penisnya terjepit di dalam.

“enak ya?” deep voice jaemin keterlaluan, ia keluarkan tiga jari renjun lalu menjilatnya sensual di hadapan si empunya. “gue bantu biar makin enak” sekarang giliran dua jari panjang jaemin yang masuk ke dalam lubangnya, menyodoknya kencang, menggaruk lubangnya yang gatal. Ternyata memang lebih enak, bajingan na jaemin, rasanya enak!

Wajahnya menengadah sampai mengeluarkan air mata, ia dibuat mengangkang lebih lebar, kedua jari jaemin terus menerus menumbuk prostatnya di dalam bahkan cairan spermanya sudah keluar berceceran di perutnya sendiri.

Jaemin fokus dengan kegiatannya, renjun sibuk mendesah, dan yang lain?

“renjun” renjun menoleh ke kanan— asal suara berat itu berasal dan jeno langsung menyambar bibir renjun tanpa permisi. Ciuman penuh nafsu dan kasar yang baru pertama kali renjun rasakan.

“ah bangsat bangsat! Renjun anjing lo seksi banget” haechan bergumam banyak umpatan lalu menahan tangan kiri renjun diatas kepala si manis—memegangnya erat lalu dirinya sibuk menyusui puting disebelah kiri.

Mark menoleh ke arah jisung yang tersenyum miring melihat kegiatan di depannya. Pandangan mereka bertemu dan jisung mengangguk mempersilahkan.

“hahaha sial, thanks!” mark bergabung ke arah meja. Ia mengambil alih tangan renjun di sebelah kanan lalu menahannya sama seperti yang dilakukan haechan di bagian kiri, ia menyusui di puting disebelah kanan.

Renjun pusing. Satu kata yang menggambarkan keadaannya saat ini; nikmat, enak, bangsat ini enak banget anjing!

Chenle dan jisung termangu. Laki-laki teman akrab renjun itu hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya ikut menahan pusing, ia melangkahkan kakinya pergi dari sana. Jisung yang melihatnya ikut berjalan mengikuti chenle. Meninggalkan acara panas di ruang tamu.

“le, chenle!” panggil jisung, chenle tidak mengindahkan karena ia terus berjalan sampai berada di depan kamar milik si yang ulang tahun hari ini.

“buka ji, panas”

“apanya panas? Dingin gini—”

“itu yang bikin panas” tubuh chenle gemetar, ia menunjuk ke arah ruang tamu yang ternyata kegiatannya sudah segila itu.

Jisung mengerti, dengan membawa semua hadiah gilanya ia membuka pintu kamarnya sendiri yang langsung diserobot chenle untuk masuk. Laki-laki china itu benar terlihat gelisah sendiri. Jisung mengunci pintu kamarnya agar suara laknat diluar tidak ikut masuk.

Jisung bingung melihat chenle, “kenapa?”

“panas ji”

“sange ya?”

“mungkin, tapi kok panas banget gitu badan gue ya”

“buka aja bajunya gapapa” ucap jisung enteng, ia taruh semua hadiahnya dimeja kecil samping kasurnya lalu melanjutkan bermain handphonenya. Diam-diam membuka kamera

Chenle membulatkan matanya sempurna, ia ingin melempar wajah jisung tapi ah! sudah gak kepikiran lagi buat ribut dengan si jangkung park jisung, “takut di ewe!!” rengekan chenle terdengar jelas.

“ya di ewe siapa sih? Gue? Kagak lah gue punya pacar. Emang lo abis ngapain?”

“gak ada! Gue abis nonton film bokep secara live tadi, masa itu doang bikin badan gue kayak gini?” chenle menggerutu lalu mengikuti saran jisung tiba-tiba. Ia buka seluruh pakaiannya dan menyisakkan celana dalam saja. Chenle menidurkan dirinya telentang di atas kasur big size milik jisung.

Jisung menaruh handphonenya di meja belajarnya, membuatnya berdiri dan menghadapkan kamera ke arah kasur. Jisung itu sama bejatnya!

Jisung menghampiri chenle. Duduk di pinggiran kasur sambil mengusap pelan perut hingga dada chenle, bahkan empunya tidak sadar, malah menikmati sentuhan itu ditubuhnya.

“gue inget tadi minum alkohol yang lo tuang ke gelas ji, gue kira itu buat gue” ucap chenle, matanya menyayu menatap jisung dengan air mata terkumpul di pelupuk matanya.

Alkohol yang tadi dimasukkan obat perangsang satu botol sebagai hukuman untuk para pemain tadi tapi malah chenle yang meminumnya sampai habis.

“le, yang lo minum itu hukuman” jisung ikut naik ke atas kasur. Ia mengungkung tubuh chenle jadi dibawahanya. Chenle tidak menolak maupun membantah dan jisung segera mengambil kesempatan dibawah kesadaran chenle yang hampir hilang karena nafsu melingkupinya.

Chenle dibawahnya menatapnya bingung, “hukuman?”

“hukuman untuk para pemain, sayang, isinya obat perangsang” jisung mendekatkan wajahnya ke arah ceruk leher chenle yang langsung mendongak. Chenle mencoba berfikir tapi susah! Hasrat nafsunya melingkupi seluruh akalnya.

Yang chenle pikirkan hanya, seberapa besar penis jisung, ya?

“le, lo hadiah yang gue tunggu-tunggu dari tahun lalu dan ternyata dapetnya sekarang, how lucky i am“

Chenle terengah lalu tertawa kecil, jari jisung tidak berhenti memainkan dadanya. Si manis mengalungkan tangannya di leher, menatap jisung menggoda “happy birthday ji! Gue kasih hadiah yang ga bakalan pernah lo lupain” ucap chenle sebelum bibir tebal jisung membungkamnya.

Ciuman terjadi selama 15 menit, sampai sang dominan menurunkan ciumannya ke arah puting chenle. Menghisapnya dengan lahap, dan tak segan menggigitnya kencang. Chenle sendiri hanya bisa bergerak gelisah dibawah kungkungannya.

“aahh... ji, jangan digigit!” chenle dorong pelan kepala jisung sampai empiunya menengadah ke arahnya. Menatapnya datar dengan rambut yang berantakan. Jisung itu ketampanannya nambah kalau sedang berantakan begini.

“apa?” deep voice jisung lebih berat dari jaemin dan berkali-kali lipat lebih keterlaluan di pendengaran.

“jangan digigit”

“perih? sakit, hm?” jisung beri kecupan di putingnya, kiri dan kanan. Wajah chenle memerah, ia jadi tau kenapa banyak orang mengantri disetubuhi langsung oleh manusia ini, tapi beruntungnya chenle mendapatnya langsung tanpa memohon.

Chenle mengangguk patah-patah. Ia memejamkan matanya saat dengan lancang tangan jisung dibawah sana bermain dengan penisnya yang sudah basah karena precum.

“buka boleh?”

anjing! Jisung itu kalau ngewe memang soft begini? Selain bikin enak bikin baper juga! Pantas saja sih, semua orang jadi bertekuk lutut di depan pria aquarius ini.

“boleh” ucapan chenle menjadi kalimat permisi yang disetujui untuk melakukan lebih. Jisung buka celana dalam yang tersisa tadinya, lalu mengocok cepat penis yang menegang sempurna itu. Penis chenle lumayan tapi tidak sebesar dirinya, kepala penis berwarna merah itu terus menerus mengeluarkan precum sekaligus membuatnya tidak kesusahan.

“gimana? Enak? Udah tau kan rasanya jadi renjun?”

“iya enak! enak! jisung mau lebih”

“lebih apa, le?”

“mau, mau itu...” jawab chenle sedikit merengek, jisung jadi tertawa gemas

“apa? yang jelas dong”

“ahh mau itu masuk ke dalem, ya ya ya? pasti enak kayak renjun” chenle menunjuk bagian bawah jisung yang sudha menegang sempurna, matanya berbinar menatap jisung tanda memohon dengan sangat.

“mau kontol gue mah bilang yang jelas le” jisung percepat kocokannya pada penis chenle dan jempolnya sengaja bermain pada bibir lubang chenle

Si manis hanya bisa memejamkan matanya erat, mulutnya terbuka tanpa desahan, ia mengangguk cepat sebagai jawaban. Dan jisung tertawa kecil lalu melihat ke arah kamera handphonenya disana

Ia bangkit dari kasur, melepaskan handjobnya pada penis chenle. Nafsunya sudah tidak bisa ditahan lagi, ia bukan tipe yang lembut saat bermain tapi karena tau chenle sebagai lawannya jadi ia berinisiatif untuk melembut, memberi banyak afeksi, menaruh banyak atensi pada chenle seakan ini cinta.

Jisung buka seluruh pakaiannya, kini ia juga sama telanjangnya seperti chenle. Dengan satu bungkus kondom di gigitannya, ia mengungkung kembali tubuh chenle. Jisung robek bungkusan kondom itu dengan giginya lalu tertawa kecil saat chenle melihatnya lamat dengan pandangan sayu

“safety first, baby”

FUCK, PARK JISUNG! laki-laki yang sedang memasang kondom di penisnya itu memang kadang berbahaya untuk jantung. Chenle akui pesona jisung saat sedang melakukan hubungan seksual berkali-kali-kali lipat lebih brengsek dan bajingan sekaligus tampan.

“le, buka coba kaki lo, ngangkang buat gue” bisik jisung bagai mantra yang langsung dituruti chenle tanpa babibu, ia mengangkang di depan temannya yang hampir 10 tahun dikenalnya.

Jisung menyugar rambutnya ke belakang, perlahan memasukkan penisnya ke arah lubang chenle yang ternyata lebih sempit yang dikiranya. Laki-laki itu mendongak bersamaan dengan chenle, menikmati rasa nikmat dan sakit melingkupi keduanya.

“rileks le, gue susah masuknya”

“sakit anjing! Lo kira kontol lo gak gede apa bangsat?” chenle berucap sarkas mengundang decakan keras dari sang dominan

“tenang, tahan dikit lagi” jisung mengusap pelan paha chenle yang bertengger di bahunya. Memberikan stimulus agar rileks dan mengabaikan rasa sakit dibawahnya.

Jisung tidak bisa terus menerus menahan diri seperti ini, ia susah mengendalikan diri kalau sudah dilingkupi nafsu, sampai akhirnya desahan kencang dari chenle terdengar memenuhi ruangan saat jisung tiba-tiba mendorong paksa penisnya agar masuk ke lubangnya. Terlalu dalam dan keras. Dirinya merasa penuh di dalam.

“AHHH SAKIT! jisung... hiks...” badan besar jisung menunduk. Laki-laki itu merem melek keenakan, penisnya diremat kuat di dalam chenle. Hangat dan nikmat.

Chenle dibawahnya menangis, biarpun akalnya sudah lenyap gara-gara obat perangsang, tapi tetap saja dirinya tidak akan mati rasa. Rasa sakitnya masih jelas dirasa. “hiks jisung... mmh” chenle menggigit bahu jisung pelan sebagai pengalihan rasa sakitnya dibawah.

“sakit ya?”

Chenle mengangguk, “huum...”

“gerak ya?”

Kini chenle menggeleng, “hmm...”

Jisung mengerti. Jadi ia lebih baik memberi chenle banyak pengalihan rasa sakit; dari menjilat cuping telinganya, memberi banyak kecupan di seluruh wajah, dan mengocok pelan penis chenle. Laki-laki manis itu terbuai sampai lupa rasa nyeri. Jisung mengambil kesempatan menggerakan pinggulnya perlahan sampai temponya mulai berangsur sedang

Chenle memeluk erat leher jisung, membiarkan laki-laki itu menggenjotnya keras. Ya, temponya sudah mulai lebih keras dari sebelumnya karena penis jisung mulai terbiasa di dalam chenle dan begitu sebaliknya. Si manis mendongak, membusungkan dada saat dengan lancangnya jari-jari panjang itu bermain di area dadanya— tepatnya di puting kiri dan kanan.

“Ah! Ah! Jisung, jisung... hikss... enak!” chenle berteriak tak tau malu dan jisung tidak akan peduli soal itu, suara chenle itu favoritnya apalagi desahannya saat ini. Pasrah, memohon dan menangis.

Jisung tersenyum miring diatasnya, sekilas menoleh ke arah kamera yang masih menyala lalu menggenjot makin kencang. Jisung kesetanan, sudah ia katakan kan sebelumnya kalau jisung bukan tipe yang lembut saat bermain.


Jam menunjukkan pukul 3 pagi, efek obat perangsang itu sudah habis. Chenle lemas, satu bungkus kondom dihabiskan jisung untuk membantunya meredakan panas dibadannya. Keduanya terengah sama-sama lelah, tidak peduli apa yang terjadi di bawah, mereka memilih merebahkan diri.

Jisung tersenyum dalam pejamannya, videonya berhasil terselesaikan sempurna. Katanya lumayan sebagai simpanan karena ia akan jarang mendapatkan kesempatan langka seperti ini

“lain kali, gue bakalan kasik tau sisi gue yang lain saat diranjang le” ucap jisung memberikan sedikit kecupannya pada kening chenle sebelum akhirnya menjemput mimpinya dengan chenle di dekapannya.

“happy birthday, semoga bisa dikurangin nonton bokepnya”

“anjing, doa apaan begitu?” jisung memegang dadanya sendiri sambil menggelengkan kepalanya, memasang wajah sok dramatis padahal seharusnya doa itu memang pantas untuknya.

Hari ini adalah hari spesial untuk si paling kecil, usia 20 tahun akhirnya sudah tersemat di dirinya. Dewasa sudah anak dengan senyuman paling menggemaskan itu. Sifat bayi yang dulu menjadi ciri khasnya sudah benar-benar terlepas dan digantikan dengan sifat dewasa seperti remaja lainnya— maksud lainnya itu jeno dan haechan. Si mesum

Malam ini, rumah tingkat dengan halaman seluas lapangan itu menjadi miliknya seutuhnya untuk satu hari ini, tentu dengan izin orangtuanya atas dasar ingin membuat pesta dengan para kawannya. Jisung sang tuan rumah tersenyum pahit saat melihat hadiah yang diberikan teman-teman sialannya ini.

Si na jaemin dan lee jeno memberikan dua bungkus kondom, lalu lee haechan dengan alat aneh yang katanya ditemukannya di online shop, ya harusnya ini untuk si pacar sih. Dan hadiah aneh lainnya datang dari si paling tua—mark lee dengan lubricant dan obat perangsang. Memang manusia-manusia sialan, hadiah yang aneh yang sama sekali tidak akan berguna untuk masa depannya yang cerah benderang. Tapi setelah dipikir-pikir juga, mungkin akan berguna untuk bermain dengan pacarnya yang cantik itu. Jisung tertawa kencang melihat deretan hadiahnya di meja ruang tamu.

“brengsek, pada otak selangkangan! Hadiah apaan nih anjing?” renjun mengangkat salah satu hadiah dari haechan, itu adalah vibrator. Renjun menggelengkan kepalanya dan menaruh hadiahnya yang berup hoodie berwarna hitam.

“jangan dihina dong! Nyarinya butuh effort yang banyak” gerutu haechan lalu merebut hadiahnya dari tangan renjun. Menaruhnya dengan apik sambil memberi sedikit puk puk pada benda laknat itu.

“goblok!”

“mungkin lo mau jadi percobaan pertama jun” jaemin tersenyum lebar ke arah renjun yang langsung mendapatkan tatapan sengit dari empunya.

“lo mau gue pukul dulu?” renjun mengepalkan tangannya lalu memperlihatkan pada si na yang hanya dibalas tawaan nyaring.

Chenle yang hanya diam sedari tadi langsung menaruh hadiahnya di meja. Ia memberikan sebuah gitar. Jisung dari dulu ingin belajar bermain benda ini, ia tau karena jisung sering cerita soal impiannya itu. Jadi tidak salah ingin memberikannya pada hari spesialnya, kan

“gitar, gue tau lo pengen banget main ini. Setidaknya yang satu ini bakalan berguna” ucap chenle. Jisung menganga tidak percaya, ia langsung mengangkat hadiah dari chenle lalu memeluknya erat.

“tau aja lo”

“doanya sama kayak jeno, dikurangin nonton bokep supaya waras”

Semua orang tertawa kencang atas ucapan sarkas yang keluar dari mulut chenle. Sebenarnya pria darah china itu mulutnya memang pedas sama seperti renjun, ngomongnya gak pernah difilter dulu, pokoknya!

Mark menggelengkan kepalanya karena tidak kuat tertawa, ia mengelap pelupuk matanya yang berair lalu beralih menatap jisung. Ia memberi kode lewat mata lalu diberi anggukan oleh sang tuan rumah.

“langsung main aja kali ya?” ucap mark, semua atensi kini tertuju pada pria agustus itu. Wajah kebingungan kentara dari semua orang kecuali jisung.

“main apaan?” kini renjun yang bertanya.

“truth or dare”

Haechan yang berdiri tepat diseberang mark membalas ucapannya dengan tawaan. Permainan yang biasa dipermainkan anak kecil jadi terkesan konyol kalau remaja dewasa berumur 20 tahun keatas memainkan itu, akan terasa membosankan, kan? Ya itu pikiran haechan.

Jisung tersenyum miring, ia mengambil botol beer yang sengaja dikosongkan. Berjalan ke arah meja ruang tamu lalu mengambil hadiah-hadiahnya dan menaruhnya di meja satunya. Botol ditangannya ditaruh di tengah meja, diantara para teman-temannya berdiri.

“beneran main itu?” tanya jaemin yang dibalas anggukan oleh mark.

“bocah bener” sekarang, haechan yang menanggapi.

“liat dulu cara mainnya bang”


Ke tujuh pria disana menaruh semua perhatiannya ke arah botol beer yang diputar cepat oleh mark. Beberapa detik telah dilewati botol itu berputar sampai akhirnya bagian atasnya terhenti tepat di arah jaemin. Semua pasang mata melihatnya.

“gue bakalan yang ngasi duluan biar lo pada tau alurnya gimana, jaem, lo pilih truth apa dare?” tanya si paling tua sekaligus si paling semangat. Semua orang menatap penasaran sampai mengundang gelak tawa dari jaemin.

“gue pilih truth lah buat pemanasan dulu”

Semua bersorak kecewa sementara jaemin hanya tertawa keras. Mark mengangguk pelan, membuat gestur berfikir kemudian malah tertawa sendiri. Para pemain disana was-was kecuali jisung yang sibuk menuangkan beer ke dalam gelas.

“oke, jaem... Whats your fetish?“

Haechan berteriak histeris sementara yang lain membulatkan matanya terkejut dan tertawa, kecuali chenle dan renjun yang sontak tau kemana alur permainan ini akan berlanjut. Memang teman-temannya ini tidak diragukan soal pikiran kotor tapi nilai fisika selalu nol.

Jaemin tersenyum miring, sekilas menatap renjun yang menegang diseberangnya, “gue suka orang yang badannya lebih kecil dari gue, enak buat dikendaliin, dihancurin” ucap jaemin

“woooooo, serem serem”

“pasti udah ada bayangannya”

Semua tertawa kencang dengan jawaban dari pria agustus yang satu itu, haechan sampai heboh sendiri. Sekarang gilirannya yang memutar botol, ia putar terlalu cepat. Hampir jatuh tapi berhasil ditangkap haechan yang tepat bagian atasnya langsung tertuju padanya.

“gue truth gue truth” kata haechan, semua orang mendesah kecewa. Mereka bahkan sudah mengira si paling pecicilan akan memilih tantangan.

“payah lo bang” kata jisung lalu mengacungkan jempolnya yang diturunkan ke bawah. Haechan mengendikkan bahu tidak peduli.

Sekarang giliran pemain sebelumnya yang bertanya, jaemin melihat lamat-lamat haechan yang cengengesan menunggu pertanyaan paling kotor dari jaemin. Jaemin tersenyum miring.

“chan, gue tau lo sering coli, nah siapa yang ada dibayangan lo kalau lagi horny?”

Haechan terkejut setengah mampus, pertanyaannya terlalu pribadi, bisa habis kalau menyebut nama si objek kotornya. Tapi kalau tidak menjawab ia akan dihina habis-habisan. Ia memutuskan menghela nafas pelan. Mau tak mau, suka tak suka, ia akan jujur walaupun nanti akan mendapatkan pukulan telak di kepala.

“renjun” ucap singkat haechan, yang merasa terpanggil sontak menatap haechan terkejut dengan kepalan tangan yang sudah terangkat. “badannya kecil, gue ngebayangin gimana kontol gue ngerojok ke dalem lubangnya, pasti enak banget—”

“BANGSAT! Lo lanjut lo mati ditangan gue”

Semua pasang mata menatap renjun yang wajahnya memerah, antara marah atau malu. Ucapan haechan terlalu frontal dan brengsek, renjun jadi bingung ingin merespon apa selain marah karena laki-laki berkulit tan itu membayangkan hal yang tidak-tidak tentangnya.

Haechan hanya tertawa kecil, ia suka melihat wajah merah itu. Haechan menyukainya, fantasi liarnya semua ada renjun di dalamnya. Memang bajingan tapi begitu adanya.

Tangannya terulur memutar botol itu dan berakhir di hadapan mark yang hanya menatapnya datar, sudah tidak terkejut apalagi kalau haechan yang akan memberinya tantangan.

“si abang, pilih yang mana? truth atau dare?”

Mark menatap haechan dengan tawaan kecil, memang laki-laki tan ini si pembangkit suasana. “gue pilih truth”

Lagi-lagi kecewa yang di dapat para penonton. Haechan memejamkan matanya, membuat gestur seperti berfikir. Sampai satu pertanyaan kotor terlintas di otaknya.

“bang, Fantasi liar lo soal sex?”

Haechan tersenyum bangga, ia merasa seperti sedang bertanya saat presentasi mata pelajaran ips padahal sedang mengajukan pertanyaan kotor!

Mark tersenyum lalu mengangguk kecil, “gangbang, mungkin kita bisa nanti? Bareng lo sama yang lain? Kita cari lawan main”

“kenapa gangbang?”

Mark mengendikkan bahu, “i don't know, cuman mikir kalau rame-rame bakalan lebih asik ngehancurinnya”

“setia kawan”

Semua orang disana tertawa, kecuali renjun dan chenle. Dua orang itu memang tidak suka membahas hal-hal bajingan ini, kalau bukan yang lain memaksa mungkin mereka berdua tidak akan terlibat di dalam arena setan ini.

Mark mendapat giliran memutar botol lagi, tidak keras hanya pelan sampai akhirnya sasaran selanjutnya adalah jeno. Laki-laki april itu sedikit terkejut namun tidak terlalu, ia hanya mengikuti alur permainan saja.

“jenoo... jeno dare or dare”

“dare”

Sorakan dan tepuk tangan terdengar riuh, jisung sampai memukul-mukul meja kelewat antusias. Mark sendiri berfikir tantangan apa yang harus diberikannya pada si bongsor lee jeno. Sampai ide gila mampir di kepalanya.

“french kiss sama orang disebelah lo”

Jeno menoleh sebelah kiri dan kanannya, ada renjun di kiri dan jaemin di kanannya sambil melipat tangan di dada terlihat tidak peduli. “ada dua”

“bebas”

Jeno sedari tadi juga sudah melihat renjun, inginnya pada si mungil tapi tubuh itu terlihat menegang dan enggan menolehnya. Akhirnya halunya berubah ke arah jaemin.

“jaem, bantu gue”

“ya, cepet”

Jeno menangkup kedua pipi jaemin, agak gembil tapi rahangnya tegas. Pandangan keduanya menyayu, sampai akhirnya bibir mereka menyatu. Memberi kecupan pemanis di awal sebelum akhirnya jaemin mengalungkan tangannya di leher jeno untuk memperdalam ciumannya.

Semuanya meneguk ludah kasar apalagi saat mendengar sesapan dan permainan lidah yang suaranya jelas memasuki telinga masing-masing. Sunyi. Semuanya mendadak diam saat Jeno dan jaemin malah menikmati ciumannya cukup lama sampai jeno melepasnya sepihak, meninggalkan untaian saliva diantara keduanya. Sial, sial, sial

Jeno mengelap bibirnya kasar, saliva selepas ciumannya masih membekas diujung bibir. Tangan besarnya memutar kembali botol beer itu. Permainan makin lama makin menyenangkan dan chenle serta renjun mulai tertarik diam-diam.

Botol berikutnya berhenti tepat di arah renjun, senyum miring tipis terlihat dari wajah manis itu, ia menatap chenle sebentar yang hanya memberikan tersenyum menang untuknya.

“Lo pilih truth kan?—” ucapan jeno terpotong.

“dare! ya itu... gue pilih dare” ucap renjun cepat. Semua orang melihatnya terkejut, tidak percaya renjun akan memilih tantangan gila!

Jeno si pemberi tantangan tidak banyak pikir, bagus juga kalau mangsanya langsung kena begini jadi sekalian saja dipancing. Renjun sendiri menatap semua orang gugup terutama ke arah jeno yang tersenyum menatapnya.

Bebas ngatain! kalau renjun itu bego, gila, sinting dan lain sebagainya karena berani masuk ke kandang singa yang lapar.

Jeno menyingkirkan botol permainan, “buka baju lo semuanya, naik kesini terus puasin diri lo sendiri diatas sini kayak yang biasa lo lakuin”

“maksud lo biasa apa jen? Emang sering mergokin?” tanya mark dan dibalas anggukan oleh jeno

“ya, asal kalian tau aja renjun itu binal kalau lagi sendiri. Masa coli dikamar mandi kampus dikira desahannya ga kenceng apa?” ANJING LEE JENO! Bisa-bisanya kegiatan sakralnya setiap kamis diintip diam-diam oleh lelaki dengan tampang sok polos ini, renjun hanya menunduk malu, ia mengumpat 1001 umpatan kasar dalam hati. “hahaha bener jun?” kini jaemin bertanya dan dengan lancangnya malah menyenggol sikutnya

“kalau mau mah lo tinggal pilih nih” kata haechan, jari telunjuknya menunjuk temannya satu satu, “ada mark, ada gue, jaemin, jeno—”

“udah ah anjing! Ini jadi main kagak? Tai lo semua”

“jadi lah, naik lah kesini” jeno menepuk pelan meja yang akan menjadi tempat tantangan renjun.

“i-ini gue bisa ganti truth aja ga? Kenapa tantangan gue frontal banget sih setan?”

“salah sendiri milih dare” ucap jeno enteng dan dibales anggukan setuju semua orang. Renjun gugup, nyalinya ciut, seumur-umur juga ia tidak pernah melakukannya di depan banyak orang begini.

“tapi tadi dare lo cuman ciuman jen—”

“ya itu kan haechan yang kasik ren, sekarang mah gue yang ngasik” jeno tersenyum miring, ia mengusap pelan dagu renjun

Sial. Harusnya renjun sudah tau pikiran bejat dari lee jeno, tapi sedikit engganya si mungil tidak menyesal walaupun daritadi menolak terus, malah makin tertantang. Kalau kalian mengira renjun yang terpancing berarti kalian salah, renjun lah yang akan memancing.

Renjun mengangguk kecil. Ia buka seluruh pakaiannya pelan sampai telanjang, naik ke atas meja ditengah semua kawannya berdiri dan mengangkang lebar diatas sana. Renjun tersenyum miring melihat semua orang disana tidak ada yang satupun bergeming.

Birthday party yang menyenangkan

“gue biasanya gini... ” renjun jilat tiga jarinya secara sensual sampai basah semuanya. Ia bawa tangannya untuk melingkupi penisnya yang sudah setengah menegang karena ciuman jaemin dan jeno tadi. Dikocok cepat sampai ia menengadah, apalagi banyak pasang mata yang melihatnya, renjun semakin semangat mengocok penisnya sekaligus memasukkan tiga jarinya langsung ke lubangnya yang ternyata sudah basah.

“A-ahh! Ssh... perih” ucap renjun pelan tapi tetap saja ketiga jarinya menyodok cepat lubangnya, memuaskan diri sendiri di depan banyak orang adalah tantangan tersendiri yang baru pertama kali ia rasa. Jarinya tidak sengaja menyentuh prostatnya yang membuatnya mendesah makin kencang

“AHH!” benar, ia barusan tidak sengaja mendapatkan nikmatnya dan renjun butuh lebih dari sekedar ini. Nakal. Renjun sengaja mengangkang lebih lebar tepat di hadapan si lelaki na yang tepat berada di depannya.

Tangannya terhenti. Seseorang mencekat tangannya kencang, ia menoleh ke arah orang itu yang ternyata adalah jaemin sendiri. Pertahanan lelaki itu lebur sudah, persetan dengan permainan. Ia sudah kepalang nafsu melihat lubang memerah itu apalagi membayangkan penisnya terjepit di dalam.

“enak ya?” deep voice jaemin keterlaluan, ia keluarkan tiga jari renjun lalu menjilatnya sensual di hadapan si empunya. “gue bantu biar makin enak” sekarang giliran dua jari panjang jaemin yang masuk ke dalam lubangnya, menyodoknya kencang, menggaruk lubangnya yang gatal. Ternyata memang lebih enak, bajingan na jaemin, rasanya enak!

Wajahnya menengadah sampai mengeluarkan air mata, ia dibuat mengangkang lebih lebar, kedua jari jaemin terus menerus menumbuk prostatnya di dalam bahkan cairan spermanya sudah keluar berceceran di perutnya sendiri.

Jaemin fokus dengan kegiatannya, renjun sibuk mendesah, dan yang lain?

“renjun” renjun menoleh ke kanan— asal suara berat itu berasal dan jeno langsung menyambar bibir renjun tanpa permisi. Ciuman penuh nafsu dan kasar yang baru pertama kali renjun rasakan.

“ah bangsat bangsat! Renjun anjing lo seksi banget” haechan bergumam banyak umpatan lalu menahan tangan kiri renjun diatas kepala si manis—memegangnya erat lalu dirinya sibuk menyusui puting disebelah kiri.

Mark menoleh ke arah jisung yang tersenyum miring melihat kegiatan di depannya. Pandangan mereka bertemu dan jisung mengangguk mempersilahkan.

“hahaha sial, thanks!” mark bergabung ke arah meja. Ia mengambil alih tangan renjun di sebelah kanan lalu menahannya sama seperti yang dilakukan haechan di bagian kiri, ia menyusui di puting disebelah kanan.

Renjun pusing. Satu kata yang menggambarkan keadaannya saat ini; nikmat, enak, bangsat ini enak banget anjing!

Chenle dan jisung termangu. Laki-laki teman akrab renjun itu hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya ikut menahan pusing, ia melangkahkan kakinya pergi dari sana. Jisung yang melihatnya ikut berjalan mengikuti chenle. Meninggalkan acara panas di ruang tamu.

“le, chenle!” panggil jisung, chenle tidak mengindahkan karena ia terus berjalan sampai berada di depan kamar milik si yang ulang tahun hari ini.

“buka ji, panas”

“apanya panas? Dingin gini—”

“itu yang bikin panas” tubuh chenle gemetar, ia menunjuk ke arah ruang tamu yang ternyata kegiatannya sudah segila itu.

Jisung mengerti, dengan membawa semua hadiah gilanya ia membuka pintu kamarnya sendiri yang langsung diserobot chenle untuk masuk. Laki-laki china itu benar terlihat gelisah sendiri. Jisung mengunci pintu kamarnya agar suara laknat diluar tidak ikut masuk.

Jisung bingung melihat chenle, “kenapa?”

“panas ji”

“sange ya?”

“mungkin, tapi kok panas banget gitu badan gue ya”

“buka aja bajunya gapapa” ucap jisung enteng, ia taruh semua hadiahnya dimeja kecil samping kasurnya lalu melanjutkan bermain handphonenya. Diam-diam membuka kamera

Chenle membulatkan matanya sempurna, ia ingin melempar wajah jisung tapi ah! sudah gak kepikiran lagi buat ribut dengan si jangkung park jisung, “takut di ewe!!” rengekan chenle terdengar jelas.

“ya di ewe siapa sih? Gue? Kagak lah gue punya pacar. Emang lo abis ngapain?”

“gak ada! Gue abis nonton film bokep secara live tadi, masa itu doang bikin badan gue kayak gini?” chenle menggerutu lalu mengikuti saran jisung tiba-tiba. Ia buka seluruh pakaiannya dan menyisakkan celana dalam saja. Chenle menidurkan dirinya telentang di atas kasur big size milik jisung.

Jisung menaruh handphonenya di meja belajarnya, membuatnya berdiri dan menghadapkan kamera ke arah kasur. Jisung itu sama bejatnya!

Jisung menghampiri chenle. Duduk di pinggiran kasur sambil mengusap pelan perut hingga dada chenle, bahkan empunya tidak sadar, malah menikmati sentuhan itu ditubuhnya.

“gue inget tadi minum alkohol yang lo tuang ke gelas ji, gue kira itu buat gue” ucap chenle, matanya menyayu menatap jisung dengan air mata terkumpul di pelupuk matanya.

Alkohol yang tadi dimasukkan obat perangsang satu botol sebagai hukuman untuk para pemain tadi tapi malah chenle yang meminumnya sampai habis.

“le, yang lo minum itu hukuman” jisung ikut naik ke atas kasur. Ia mengungkung tubuh chenle jadi dibawahanya. Chenle tidak menolak maupun membantah dan jisung segera mengambil kesempatan dibawah kesadaran chenle yang hampir hilang karena nafsu melingkupinya.

Chenle dibawahnya menatapnya bingung, “hukuman?”

“hukuman untuk para pemain, sayang, isinya obat perangsang” jisung mendekatkan wajahnya ke arah ceruk leher chenle yang langsung mendongak. Chenle mencoba berfikir tapi susah! Hasrat nafsunya melingkupi seluruh akalnya.

Yang chenle pikirkan hanya, seberapa besar penis jisung, ya?

“le, lo hadiah yang gue tunggu-tunggu dari tahun lalu dan ternyata dapetnya sekarang, how lucky i am“

Chenle terengah lalu tertawa kecil, jari jisung tidak berhenti memainkan dadanya. Si manis mengalungkan tangannya di leher, menatap jisung menggoda “happy birthday ji! Gue kasih hadiah yang ga bakalan pernah lo lupain” ucap chenle sebelum bibir tebal jisung membungkamnya.

Ciuman terjadi selama 15 menit, sampai sang dominan menurunkan ciumannya ke arah puting chenle. Menghisapnya dengan lahap, dan tak segan menggigitnya kencang. Chenle sendiri hanya bisa bergerak gelisah dibawah kungkungannya.

“aahh... ji, jangan digigit!” chenle dorong pelan kepala jisung sampai empiunya menengadah ke arahnya. Menatapnya datar dengan rambut yang berantakan. Jisung itu ketampanannya nambah kalau sedang berantakan begini.

“apa?” deep voice jisung lebih berat dari jaemin dan berkali-kali lipat lebih keterlaluan di pendengaran.

“jangan digigit”

“perih? sakit, hm?” jisung beri kecupan di putingnya, kiri dan kanan. Wajah chenle memerah, ia jadi tau kenapa banyak orang mengantri disetubuhi langsung oleh manusia ini, tapi beruntungnya chenle mendapatnya langsung tanpa memohon.

Chenle mengangguk patah-patah. Ia memejamkan matanya saat dengan lancang tangan jisung dibawah sana bermain dengan penisnya yang sudah basah karena precum.

“buka boleh?”

anjing! Jisung itu kalau ngewe memang soft begini? Selain bikin enak bikin baper juga! Pantas saja sih, semua orang jadi bertekuk lutut di depan pria aquarius ini.

“boleh” ucapan chenle menjadi kalimat permisi yang disetujui untuk melakukan lebih. Jisung buka celana dalam yang tersisa tadinya, lalu mengocok cepat penis yang menegang sempurna itu. Penis chenle lumayan tapi tidak sebesar dirinya, kepala penis berwarna merah itu terus menerus mengeluarkan precum sekaligus membuatnya tidak kesusahan.

“gimana? Enak? Udah tau kan rasanya jadi renjun?”

“iya enak! enak! jisung mau lebih”

“lebih apa, le?”

“mau, mau itu...” jawab chenle sedikit merengek, jisung jadi tertawa gemas

“apa? yang jelas dong”

“ahh mau itu masuk ke dalem, ya ya ya? pasti enak kayak renjun” chenle menunjuk bagian bawah jisung yang sudha menegang sempurna, matanya berbinar menatap jisung tanda memohon dengan sangat.

“mau kontol gue mah bilang yang jelas le” jisung percepat kocokannya pada penis chenle dan jempolnya sengaja bermain pada bibir lubang chenle

Si manis hanya bisa memejamkan matanya erat, mulutnya terbuka tanpa desahan, ia mengangguk cepat sebagai jawaban. Dan jisung tertawa kecil lalu melihat ke arah kamera handphonenya disana

Ia bangkit dari kasur, melepaskan handjobnya pada penis chenle. Nafsunya sudah tidak bisa ditahan lagi, ia bukan tipe yang lembut saat bermain tapi karena tau chenle sebagai lawannya jadi ia berinisiatif untuk melembut, memberi banyak afeksi, menaruh banyak atensi pada chenle seakan ini cinta.

Jisung buka seluruh pakaiannya, kini ia juga sama telanjangnya seperti chenle. Dengan satu bungkus kondom di gigitannya, ia mengungkung kembali tubuh chenle. Jisung robek bungkusan kondom itu dengan giginya lalu tertawa kecil saat chenle melihatnya lamat dengan pandangan sayu

“safety first, baby”

FUCK, PARK JISUNG! laki-laki yang sedang memasang kondom di penisnya itu memang kadang berbahaya untuk jantung. Chenle akui pesona jisung saat sedang melakukan hubungan seksual berkali-kali-kali lipat lebih brengsek dan bajingan sekaligus tampan.

“le, buka coba kaki lo, ngangkang buat gue” bisik jisung bagai mantra yang langsung dituruti chenle tanpa babibu, ia mengangkang di depan temannya yang hampir 10 tahun dikenalnya.

Jisung menyugar rambutnya ke belakang, perlahan memasukkan penisnya ke arah lubang chenle yang ternyata lebih sempit yang dikiranya. Laki-laki itu mendongak bersamaan dengan chenle, menikmati rasa nikmat dan sakit melingkupi keduanya.

“rileks le, gue susah masuknya”

“sakit anjing! Lo kira kontol lo gak gede apa bangsat?” chenle berucap sarkas mengundang decakan keras dari sang dominan

“tenang, tahan dikit lagi” jisung mengusap pelan paha chenle yang bertengger di bahunya. Memberikan stimulus agar rileks dan mengabaikan rasa sakit dibawahnya.

Jisung tidak bisa terus menerus menahan diri seperti ini, ia susah mengendalikan diri kalau sudah dilingkupi nafsu, sampai akhirnya desahan kencang dari chenle terdengar memenuhi ruangan saat jisung tiba-tiba mendorong paksa penisnya agar masuk ke lubangnya. Terlalu dalam dan keras. Dirinya merasa penuh di dalam.

“AHHH SAKIT! jisung... hiks...” badan besar jisung menunduk. Laki-laki itu merem melek keenakan, penisnya diremat kuat di dalam chenle. Hangat dan nikmat.

Chenle dibawahnya menangis, biarpun akalnya sudah lenyap gara-gara obat perangsang, tapi tetap saja dirinya tidak akan mati rasa. Rasa sakitnya masih jelas dirasa. “hiks jisung... mmh” chenle menggigit bahu jisung pelan sebagai pengalihan rasa sakitnya dibawah.

“sakit ya?”

Chenle mengangguk, “huum...”

“gerak ya?”

Kini chenle menggeleng, “hmm...”

Jisung mengerti. Jadi ia lebih baik memberi chenle banyak pengalihan rasa sakit; dari menjilat cuping telinganya, memberi banyak kecupan di seluruh wajah, dan mengocok pelan penis chenle. Laki-laki manis itu terbuai sampai lupa rasa nyeri. Jisung mengambil kesempatan menggerakan pinggulnya perlahan sampai temponya mulai berangsur sedang

Chenle memeluk erat leher jisung, membiarkan laki-laki itu menggenjotnya keras. Ya, temponya sudah mulai lebih keras dari sebelumnya karena penis jisung mulai terbiasa di dalam chenle dan begitu sebaliknya. Si manis mendongak, membusungkan dada saat dengan lancangnya jari-jari panjang itu bermain di area dadanya— tepatnya di puting kiri dan kanan.

“Ah! Ah! Jisung, jisung... hikss... enak!” chenle berteriak tak tau malu dan jisung tidak akan peduli soal itu, suara chenle itu favoritnya apalagi desahannya saat ini. Pasrah, memohon dan menangis.

Jisung tersenyum miring diatasnya, sekilas menoleh ke arah kamera yang masih menyala lalu menggenjot makin kencang. Jisung kesetanan, sudah ia katakan kan sebelumnya kalau jisung bukan tipe yang lembut saat bermain.


Jam menunjukkan pukul 3 pagi, efek obat perangsang itu sudah habis. Chenle lemas, satu bungkus kondom dihabiskan jisung untuk membantunya meredakan panas dibadannya. Keduanya terengah sama-sama lelah, tidak peduli apa yang terjadi di bawah, mereka memilih merebahkan diri.

Jisung tersenyum dalam pejamannya, videonya berhasil terselesaikan sempurna.

“lain kali, gue bakalan kasik tau sisi gue yang lain saat diranjang le” ucap jisung memberikan sedikit kecupannya pada kening chenle sebelum akhirnya menjemput mimpinya dengan chenle di dekapannya.

Birthday Party

CW // sex explicit scene, frontal harshword, gangbang, kasar nan jorok, dirtytalk. it's not for minor!

pair: Jichen slight pair: rj harem(noren, jaemren, hyuckren, markren)

“happy birthday, semoga bisa dikurangin nonton bokepnya”

“anjing, doa apaan begitu?” jisung memegang dadanya sendiri sambil menggelengkan kepalanya, memasang wajah sok dramatis padahal seharusnya doa itu memang pantas untuknya.

Hari ini adalah hari spesial untuk si paling kecil, usia 20 tahun akhirnya sudah tersemat di dirinya. Dewasa sudah anak dengan senyuman paling menggemaskan itu. Sifat bayi yang dulu menjadi ciri khasnya sudah benar-benar terlepas dan digantikan dengan sifat dewasa seperti remaja lainnya— maksud lainnya itu jeno dan haechan. Si mesum

Malam ini, rumah tingkat dengan halaman seluas lapangan itu menjadi miliknya seutuhnya untuk satu hari ini, atas dasar ingin membuat pesta dengan para kawannya. Jisung sang tuan rumah tersenyum pahit saat melihat hadiah yang diberikan teman-teman sialannya ini.

Si na jaemin dan lee jeno memberikan kondom, lalu lee haechan dengan alat aneh yang katanya ditemukannya di online shop, ya harusnya ini untuk si pacar sih. Dan hadiah aneh lainnya datang dari si paling tua—mark lee dengan lubricant dan obat perangsang. Memang manusia-manusia sialan, hadiah yang aneh yang sama sekali tidak akan berguna untuk masa depannya yang cerah benderang. Tapi setelah dipikir-pikir juga, mungkin akan berguna untuk bermain dengan pacarnya yang cantik itu. Jisung tertawa kencang melihat deretan hadiahnya di meja ruang tamu.

“brengsek, pada otak selangkangan! Hadiah apaan nih anjing?” renjun mengangkat salah satu hadiah dari haechan, itu adalah vibrator. Renjun menggelengkan kepalanya dan menaruh hadiahnya yang hanya hoodie berwarna hitam.

“jangan dihina dong! Nyarinya butuh effort yang banyak” gerutu haechan lalu merebut hadiahnya dari tangan renjun. Menaruhnya dengan apik sambil memberi sedikit puk puk pada benda laknat itu.

“goblok!”

“mungkin lo mau jadi percobaan pertama jun” jaemin tersenyum lebar ke arah renjun yang langsung mendapatkan tatapan sengit dari empunya.

“lo mau gue pukul dulu?” renjun mengepalkan tangannya lalu memperlihatkan pada si na yang hanya dibalas tawaan nyaring.

Chenle yang hanya diam sedari tadi langsung menaruh hadiahnya di meja. Ia memberikan gitar. Jisung dari dulu ingin belajar bermain benda ini, ia tau karena jisung sering cerita soal impiannya itu. Jadi tidak salah ingin memberikannya pada hari spesialnya.

“gitar, gue tau lo pengen banget main ini. Setidaknya yang satu ini bakalan berguna” ucap chenle. Jisung menganga tidak percaya, ia langsung mengangkat hadiah dari chenle lalu memeluknya erat.

“tau aja lo”

“doanya sama kayak jeno, dikurangin nonton bokep supaya waras”

Semua orang tertawa kencang atas ucapan sarkas yang keluar dari mulut chenle. Sebenarnya pria darah chindo itu mulutnya memang pedas sama seperti renjun, ngomongnya gak pernah difilter dulu, pokoknya!

Mark menggelengkan kepalanya karena tidak kuat tertawa, ia mengelap pelupuk matanya yang berair lalu beralih menatap jisung. Ia memberi kode lewat mata lalu diberi anggukan oleh sang tuan rumah.

“langsung main aja kali ya?” ucap mark, semua atensi kini tertuju pada pria agustus itu. Wajah kebingungan kentara dari semua orang kecuali jisung.

“main apaan?” kini renjun yang bertanya.

“truth or dare”

Haechan yang berdiri tepat diseberang mark membalas ucapannya dengan tawaan. Permainan yang biasa dipermainkan anak kecil jadi terkesan konyol kalau remaja dewasa berumur 20 tahun keatas memainkan itu, akan terasa membosankan, kan? Ya itu pikiran haechan.

Jisung tersenyum miring, ia mengambil botol beer yang sengaja dikosongkan. Berjalan ke arah meja ruang tamu lalu mengambil hadiah-hadiahnya dan menaruhnya di meja satunya. Botol ditangannya ditaruh di tengah meja, diantara para teman-temannya berdiri.

“beneran main itu?” tanya jaemin yang dibalas anggukan oleh mark.

“bocah bener” sekarang, haechan yang menanggapi.

“liat dulu cara mainnya bang”


Ke tujuh pria disana menaruh semua perhatiannya ke arah botol beer yang diputar cepat oleh mark. Beberapa detik telah dilewati botol itu berputar sampai akhirnya bagian atasnya terhenti tepat di arah jaemin. Semua pasang mata melihatnya.

“gue bakalan yang ngasi duluan biar lo pada tau alurnya gimana, jaem, lo pilih truth apa dare?” tanya si paling tua sekaligus si paling semangat. Semua orang menatap penasaran sampai mengundang gelak tawa dari jaemin.

“gue pilih truth lah buat pemanasan dulu”

Semua bersorak kecewa sementara jaemin hanya tertawa keras. Mark mengangguk pelan, membuat gestur berfikir kemudian malah tertawa sendiri. Para pemain disana was-was kecuali jisung yang sibuk menuangkan beer ke dalam gelas.

“oke, jaem... whats your fetish?“

Haechan berteriak histeris sementara yang lain membulatkan matanya terkejut dan tertawa, kecuali chenle dan renjun yang sontak tau kemana alur permainan ini akan berlanjut. Memang teman-temannya ini tidak diragukan soal pikiran kotor tapi nilai fisika selalu nol.

Jaemin tersenyum miring, sekilas menatap renjun yang menegang diseberangnya, “gue suka orang yang badannya lebih kecil dari gue, enak buat dikendaliin, dihancurin” ucap jaemin

“woooooo, serem serem”

“pasti udah ada bayangannya”

Semua tertawa kencang dengan jawaban dari pria agustus yang satu itu, haechan sampai heboh sendiri. Sekarang gilirannya yang memutar botol, ia putar terlalu cepat. Hampir jatuh tapi berhasil ditangkap haechan yang tepat bagian atasnya langsung tertuju padanya.

“gue truth gue truth” kata haechan, semua orang mendesah kecewa. Mereka bahkan sudah mengira si paling pecicilan akan memilih tantangan.

“payah lo bang” kata jisung lalu mengacungkan jempolnya yang diturunkan ke bawah. Haechan mengendikkan bahu tidak peduli.

Sekarang giliran pemain sebelumnya yang bertanya, jaemin melihat lamat-lamat haechan yang cengengesan menunggu pertanyaan paling kotor dari jaemin. Jaemin tersenyum miring.

“chan, gue tau lo sering coli, nah siapa yang ada dibayangan lo kalau lagi horny?” Haechan terkejut setengah mampus, pertanyaannya terlalu pribadi, bisa habis kalau menyebut nama si objek kotornya. Tapi kalau tidak menjawab ia akan dihina habis-habisan. Ia memutuskan menghela nafas pelan. Mau tak mau, suka tak suka, ia akan jujur walaupun nanti akan mendapatkan pukulan telak di kepala.

“renjun” ucap singkat haechan, yang merasa terpanggil sontak menatap haechan terkejut dengan kepalan tangan yang sudah terangkat. “badannya kecil, gue ngebayangin gimana kontol gue ngerojok ke dalem lubangnya, pasti enak banget—”

“BANGSAT! Lo lanjut lo mati ditangan gue”

Semua pasang mata menatap renjun yang wajahnya memerah, antara marah atau malu. Ucapan haechan terlalu frontal dan brengsek, renjun jadi bingung ingin merespon apa selain marah karena laki-laki berkulit tan itu membayangkan hal yang tidak-tidak tentangnya.

Haechan hanya tertawa kecil, ia suka melihat wajah merah itu. Haechan menyukainya, fantasi liarnya semua ada renjun di dalam. Memang bajingan tapi begitu adanya.

Tangannya terulur memutar botol itu dan berakhir di hadapan jeno yang hanya menatapnya datar, sudah tidak terkejut apalagi kalau haechan yang akan memberinya tantangan.

“jenoo... jeno dare or dare”

“dare”

Sorakan dan tepuk tangan terdengar riuh, jisung sampai memukul-mukul meja kelewat antusias. Haechan sendiri berfikir tantangan apa yang harus diberikannya pada si bongsor lee jeno. Sampai ide gila mampir di kepalanya.

“french kiss sama orang disebelah lo”

Jeno menoleh sebelah kiri dan kanannya, ada renjun di kiri dan jaemin di kanannya sambil melipat tangan di dada terlihat tidak peduli. “ada dua”

“bebas”

Jeno sedari tadi juga sudah melihat renjun, inginnya pada si mungil tapi tubuh itu terlihat menegang dan enggan menolehnya. Akhirnya halunya berubah ke arah jaemin.

“jaem, bantu gue”

“ya, cepet”

Jeno menangkup kedua pipi jaemin, agak gembil tapi rahangnya tegas. Pandangan keduanya menyayu, sampai akhirnya bibir mereka menyatu. Memberi kecupan pemanis di awal sebelum akhirnya jaemin mengalungkan tangannya di leher jeno untuk memperdalam ciumannya.

Semuanya menelan ludah kasar apalagi saat mendengar sesapan dan perminan lidah yang suaranya jelas memasuki telinga masing-masing. Jeno dan jaemin menikmati ciumannya cukup lama sampai jeno melepasnya sepihak, meninggalkan untaian saliva diantara keduanya. Sial, sial, sial

Jeno mengelap bibirnya kasar, saliva selepas ciumannya masih menempel diujung bibir. Tangan besarnya memutar kembali botol beer itu. Permainan makin lama makin menyenangkan dan chenle serta renjun mulai tertarik diam-diam.

Botol berikutnya berhenti tepat di arah renjun, senyum miring tipis terlihat dari wajah manis itu, ia menatap chenle sebentar yang hanya memberikan semangat untuknya.

“Lo pilih truth kan?—” ucapan jeno terpotong.

“dare! ya itu... gue pilih dare” ucap renjun cepat. Semua orang melihatnya dengan mulut menganga, tidak percaya renjun akan memilih tantangan gila!

Jeno si pemberi tantangan tidak banyak pikir, bagus juga kalau mangsanya langsung kena begini jadi sekalian saja dipancing. Renjun sendiri menatap semua orang gugup terutama ke arah jeno yang tersenyum menatapnya.

Ucapkanlah kalau ia bego, gila, sinting dan lain sebagainya karena berani masuk ke kandang singa yang lapar.

Jeno menyingkirkan botol permainan, “buka baju lo semuanya, naik kesini terus puasin diri lo sendiri diatas sini”

Sial. Harusnya renjun sudah tau pikiran bejat dari lee jeno, tapi si mungil tidak menyesal malah makin tertantang. Kalau kalian mengira renjun yang terpancing berarti kalian salah, renjun lah yang akan memancing.

Renjun mengangguk kecil. Ia buka seluruh pakaiannya sampai telanjang, naik ke atas meja ditengah semua kawannya berdiri dan mengangkang lebar diatas sana. Renjun tersenyum miring melihat semua orang disana tidak ada yang satupun bergeming.

Birthday party yang menyenangkan

“gue biasanya gini... ” renjun jilat tiga jarinya secara sensual sampai basah semuanya. Is bawa tangannya untuk melingkupi penisnya yang sudah setengah menegang. Dikocok cepat sampai menengadah, apalagi banyak pasang mata yang melihatnya, renjun semakin semangat mengocok penisnya sekaligus memasukkan tiga jarinya langsung ke lubangnya.

“A-ahh! Ssh... perih” ucap renjun pelan tapi tetap saja ketiga jarinya menyodok cepat lubangnya, memuaskan diri sendiri di depan banyak orang adalah tantangan tersendiri. Jarinya tidak sengaja menyentuh prostatnya lalu sontak mendesah kencang.

“AHH!” benar, ia barusan saja mendapatkan nikmatnya dan renjun butuh lebih dari sekedar ini. Nakal. Renjun sengaja mengangkang lebih lebar tepat di hadapan si lelaki na.

Tangannya terhenti. Seseorang mencekat tangannya kencang, ia menoleh ke arah orang itu yang ternyata adalah jaemin sendiri. Pertahanan lelaki itu lebur sudah, persetan dengan permainan. Ia sudah keoalang nafsu melihat lubang memerah itu apalagi membayangkan penisnya terjepit di dalam.

“enak ya?” deep voice jaemin keterlaluan, ia keluarkan tiga jari renjun lalu menjilatnya sensual di hadapan si empunya. “gue bantu biar makin enak” sekarang giliran dua jari panjang jaemin menggaruk lubangnya yang gatal. Ternyata memang lebih enak, bajingan na jaemin, rasanya enak.

Wajahnya menengadah sampai mengeluarkan air mata, ia dibuat mengangkang lebih lebar, jari tengah jaemin terus menerus menumbuk prostatnya di dalam bahkan cairan spermanya sudah keluar berceceran di perutnya sendiri.

Jaemin fokus dengan kegiatannya, renjun sibuk mendesah, dan yang lain?

“renjun” renjun menoleh ke kanan— asal suara berat itu berasal dan jeno langsung menyambar bibir renjun tanpa permisi. Ciuman penuh nafsu dan kasar yang baru pertama kali renjun rasakan.

“ah bangsat bangsat! Renjun anjing lo seksi banget” haechan bergumam banyak umpatan lalu menahan tangan kiri renjun diatas kepala si manis—memegangnya erat lalu dirinya sibuk menyusui puting disebelah kiri.

Mark menoleh ke arah jisung yang tersenyum miring melihat kegiatan di depannya. Pandangan mereka bertemu dan jisung mengangguk mempersilahkan.

“hahaha sial, thanks!” mark bergabung ke arah meja. Ia mengambil alih tangan renjun di sebelah kanan lalu menahannya sama seperti yang dilakukan haechan di bagian kiri, ia menyusui puting disebelah kanan.

Renjun pusing. Satu kata yang menggambarkan keadaannya saat ini; nikmat, enak, bangsat ini enak banget anjing!

Chenle dan jisung termangu. Laki-laki teman akrab renjun itu hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya ikut menahan pusing, ia melangkahkan kakinya pergi dari sana. Jisung yang melihatnya ikut berjalan mengikuti chenle. Meninggalkan acara panas di ruang tamu.

“le, chenle!” panggil jisung, chenle tidak mengindahkan karena ia terus berjalan sampai berada di depan kamar milik si yang ulang tahun hari ini.

“buka ji, panas”

“apanya panas? Dingin gini—”

“itu yang bikin panas” tubuh chenle gemetar, ia menunjuk ke arah ruang tamu yang ternyata kegiatannya sudah segila itu.

Jisung mengerti, dengan membawa semua hadiah gilanya ia membuka pintu kamarnya sendiri yang langsung diserobot chenle untuk masuk. Laki-laki china itu benar terlihat gelisah sendiri. Jisung mengunci pintu kamarnya agar suara laknat itu tidak ikut masuk.

Jisung bingung melihat chenle, “kenapa?”

“panas ji”

“sange ya?”

“mungkin, tapi kok panas banget gitu badan gue ya”

“buka aja bajunya gapapa” ucap jisung enteng, ia taruh semua hadiahnya dimeja kecil samping kasurnya lalu melanjutkan bermain handphonenya. Diam-diam membuka kamera

Chenle membulatkan matanya sempurna, ia ingin melempar wajah jisung tapi ah! sudah gak kepikiran lagi buat ribut dengan si jangkung park jisung, “takut di ewe!!” rengekan chenle terdengar jelas.

“ya di ewe siapa sih? Gue? Kagak lah gue punya pacar. Emang lo abis ngapain?”

“gak ada! Gue abis nonton film bokep secara live tadi, masa itu doang bikin badan gue kayak gini?” chenle menggerutu lalu mengikuti saran jisung tiba-tiba. Ia buka seluruh pakaiannya dan menyisakkan celana dalam saja. Chenle menidurkan dirinya di atas kasur big size milik jisung.

Jisung menaruh handphonenya di meja belajarnya, membuatnya berdiri dan menghadapkan kamera ke arah kasur. Jisung sama bejatnya!

Jisung menghampiri chenle. Duduk di pinggiran kasur sambil mengusap pelan perut hingga dada chenle, bahkan empunya tidak sadar, malah menikmati sentuhan itu ditubuhnya.

“gue inget tadi minum alkohol yang lo tuang ke gelas ji, gue kira itu buat gue” ucap chenle, matanya menyayu menatap jisung dengan air mata terkumpul di pelupuk matanya.

Alkohol yang tadi dimasukkan obat perangsang satu botol sebagai hukuman untuk para pemain tadi tapi malah chenle yang meminumnya sampai habis.

“le, yang lo minum itu hukuman” jisung ikut naik ke atas kasur. Ia mengungkung tubuh chenle jadi dibawahanya. Chenle tidak menolak maupun membantah dan jisung segera mengambil kesempatan dibawah kesadaran chenle yang hampir hilang karena nafsu melingkupinya.

Chenle dibawahnya menatapnya bingung, “hukuman?”

“hukuman untuk para pemain, sayang, isinya obat perangsang” jisung mendekatkan wajahnya ke arah ceruk leher chenle yang langsung mendongak. Chenle mencoba berfikir tapi susah! Hasrat nafsunya melingkupi seluruh akalnya.

Yang chenle pikirkan hanya, seberapa besar penis jisung?

“le, lo hadiah yang gue tunggu dan ternyata dapet ya”

Chenle terengah lalu tertawa kecil, jari jisung tidak berhenti memainkan dadanya, “happy birthday ji! Gue kasih hadiah yang ga bakalan pernah lo lupain” ucap chenle sebelum bibir tebal jisung membungkamnya.

Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore, langit sudah berwarna oren keemasan menandakan matahari akan segera berpulang untuk digantikan tugasnya oleh sang rembulan. Alpha itu baru saja memakirkan mobilnya di garasi rumahnya.

Satu kata untuk hari ini; melelahkan. Seharian bepergian kesana kesini hanya untuk mencari telor gulung kesukaan si omega, biasa lagi ngidam

“capek” keluh chenle, omega itu menaruh barang bawaannya di dapur.

Jisung dengan langkah besarnya berjalan mengikuti omeganya, “gue enggak” jawabnya

Chenle menoleh ke arah alphanya yang langsung menunjukkan senyum dengan deretan gigi yang diperlihatkan. Chenle tau akan kemana kegiatan mereka saat ini.

“gue capek, lagi males—”

Jisung mendekat, ia mempersempit jarak lalu diarahkannya wajah yang memerah dengan ekspresi terkejut itu untuk melihat wajahnya yang menampilkan senyum miring.

Sialan

“biar gue yang gerak”


Chenle tidak tau pasti apa yang terjadi setelahnya, karena sekarang tubuhnya sudah telanjang bulat diatas kasur mereka. Wajahnya memerah, pandangannya memburam tertutup kabut nafsu apalagi saat melihat jisung diatasnya sedang membuka pakaiannya.

“semenjak lo hamil jiel, gue takut buat nyentuh lo” jisung buang pakaiannya sembarang arah, ia bawa wajahnya mendekat ke arah ceruk leher si omega. Mencium aroma feromon alami yang dikeluarkan sang omega. Ia jilat lalu hisap setelahnya.

“—ternyata boleh aja”

“ahh... Mmh jisung”

Tangan jisung tidak tinggal diam, alpha itu membawa tangan kanannya untuk memilin puting yang menegang milik sang omega, kelakuannya berhasil membuat dada chenle membusung keenakan.

“enak ya le?”

Chenle menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia jadi ikutan rindu semua sentuhan ini, sentuhan yang hampir 6 bulan tidak dilakukan oleh alphanya. Ia rindu berpasrah diri dihancurkan sisi buas alphanya.

“jawab chenle? lo tau gue ga suka pertanyaan gue dianggurin” jisung menarik kencang puting tersebut lalu beralih menjilat serta menghisapnya rakus. Chenle pusing, rasa nikmatnya seakan baru dirasanya.

“a-ah! ah iya alpha”

Jisung tersenyum, sambil menyusui sambil juga tangannya turun untuk mengusap pelan perut chenle, ciumannya juga turun ke arah perut sang omega.

“jiel, baik baik disana ya sayang” deep voice jisung memang brengsek, chenle sampai gemetar mendengarnya. Setelah berucap kata-kata manis untuk si bayi, alpha itu menegakkan tubuhnya lalu membuka resleting celananya, menampilkan penisnya yang sudah menegang sempurna.

Chenle cengo, sejak kapan penis itu sudah menegang?

Jisung kocok sebentar penisnya, ia tersenyum ke arah chenle yang matanya tidak lepas dari kebanggaannya. Alpha itu merendahkan tubuhnya, ia bawa semua atensi si manis ke arahnya.

“chenle, chenle liat gue”

Manik berair itu melihat ke arah alphanya yang mengungkung dirinya. Wajah jisung tampan, berkeringat, panas, feromonnya menyengat tapi tetap membawa gairah melingkupi tubuh omega itu. Sejenak ia lupa waktu— mereka. Jisung dan chenle mengabaikan segala hal karena yang sekarang adanya hanya mereka berdua saling berbagai rasa.

“hng?”

Jisung tersenyum, “cantik, lo cantik kalau lagi kayak gini. Ah, sebenarnya lo cantik setiap hari”

Kata orang, jangan percaya apa yang dikatakan seseorang saat sedang berhubungan seks, karena bisa jadi hanya bualan, hanya pujian semata untuk menaikkan gairah pasangan.

Tapi, chenle tetaplah percaya itu

“le, udah berapa bulan jiel di dalem?”

“gak tau”

“kok gak tau?”

“6 bulan lebih kayaknya, ya?”

Kali ini alpha itu tertawa kecil, “lama ya, dia ga panas apa di dalem?”

“ga lah tolol, AHH!!” chenle mendongak lalu memejamkan matanya. Jisung diatasnya menatapnya sayu. Penis besar alphanya berhasil masuk keseluruhan ke dalamnya.

“hhh... gue gerak? Pelan kok” ucap jisung sambil mengusap dahi chenle yang berkeringat, memberi kecupan ringan di pipi yang basah karena air mata itu.

“pelann hiks... sakit”

“sakit? iya ini bakalan pelan” jisung mengusap pelan perut chenle sambil menggerakan pinggulnya maju mundur secara perlahan sesuai permintaan omeganya. Kali ini memang ia harus bisa mengontrol sisi alphanya.

“ahh, ah... cium mau cium” chenle merentangkan tangannya dan jisung tersenyum lalu mengikuti perintah omeganya lagi.

Hanya beberapa kecupan dan ciuman ringan mampir diseluruh wajah si manis, pinggulnya tak henti bergerak bahkan beberapa kali sodokam kasar terasa tapi tidak lama setelahnya kembali melembut.

“sakit? sakit le?”

“hng! enak... alpha enak mau lebih ahh! gue mau pipis, pipis”

Feromon kedua pasangan itu bercampur jd satu, sisi alpha jisung mulai keluar namun ia masih berusah untuk kontrol berbeda dengan chenle yang sisi omeganya sudah keluar sedari tadi. Sisi omega yang hanya pasrah jika dihadapkan alphanya.

“mau pipis?” jisung kocok penis chenle cepat, sementara empunya hanya bergerak gelisah kesana kemari. Mencari kenikmatan itu lagi. “pipis aja le, keluarin semuanya, cantik”

Disodokan ketiga chenle keluar terlebih dahulu, banyak dan sangat banyak karena juga sudah lama mereka tidak melakukannya.

Badan chenle gemetar merasakan ejakulasi apalagi saat sperma jisung juga keluar tanpa permisi memenuhi lubangnya sampai penuh berceceran keluar disodokannya yang keenam.

Mereka berdua terengah, jisung mengambil beberapa tisu kering untuk mengelap keringat di dahi omeganya sementara tisu basah untuk membersihkan lubang chenle yang penuh akan sperma.

“mau mandi?”

Chenle menggeleng kecil, lalu memejamkan matanya. Tidak peduli seberapa repotnya jisung membersihkan kekacauannya.

“le, chenle” panggil jisung tidak diindahkan, dirinya sebentar lagi akan datang menjemput mimpi.

“mandi dulu baru tidur, le” begitu percakapan terakhir yang diingat chenle sebelum akhirnya omega itu tertidur pulas

“capek”

Alpha adalah kasta tertinggi dari status masyarakat. Mereka adalah kaum pembangun dan pemimpin, mereka tegas dan berani karena kasta tertinggi adalah orang yang disegani.

Seorang alpha yang dipegang adalah ucapannya dan tanggung jawabnya. Tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun dan kapanpun, mutlak adanya. Aturan tidak tertulis tapi berlaku di masyarakat.

Seperti salah satu alpha yang saat ini tengah duduk di dalam mobilnya di area parkir rumah sakit. Hampir 15 menit ia sudah berdiam diri disana, menunggu seseorang keluar dari dalam.

“chenle” badan alpha itu menegak dan tersenyum senang, buru-buru ia buka pintu mobilnya. Kedatangannya kesini adalah mempertanyakan ribuan pertanyaan di benaknya, salah satunya yang paling sederhana adalah mengapa nomernya diblock tanpa alasan?

Namun saat ia berhasil membuka pintunya, pandangannya melihat seseorang yang tidak asing menghampiri calon tunangannya. Badannya menegang, matanya membulat sempurna, serta jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Itu adalah orang yang hidupnya dibuat hancur tanpa sadar oleh dirinya.

“jisung... Iya itu jisung, chenle?” sungchan mengurungkan niatnya, ia menutup kembali pintu mobilnya lalu memukul stir mobilnya keras, matanya perlahan berubah warna menjadi abu gelap, emosinya berada dipuncaknya.

“BANGSAT! alphanya chenle... itu jisung?” ia bawa pandangannya lagi ke arah jisung dan chenle yang sedang tertawa disana. Manik sungchan bergerak acak dan di detik berikutnya alpha itu tersenyum miring. Senyum yang mengerikan, siapapun pasti akan melemah saat menangkap auranya.

“oh... si brengsek itu jisung”

Suasana taman kota saat itu ramai apalagi pasar malam dekat sana. Jam masih menunjukkan pukul 7 malam dan chenle sudah membawa tiga kresek jajanan pasar. Wajahnya sumringah saat melihat banyak anak-anak masih bermain di taman kota yang luas dengan lampu disetiap pohonnya.

Chenle itu sebenarnya tidak suka anak kecil tapi entah kenapa semenjak ada jiel pandangannya berubah saat melihat makhluk-makhluk kecil itu bermain dan tertawa kesana kemari tidak ada beban.

Ternyata masa kecil itu menyenangkan ya, saat dilihat dari pandangan orang dewasa

“seneng?” tanya jisung sambil memakan eskrim di genggamannya, chenle dibuat menoleh dan mengangguk kencang.

“iya seneng! Gue mau main itu boleh?”

“boleh”

Chenle tersenyum senang, ia tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya saat jisung mengatakan kalau ia boleh memainkan gelembung sabun yang dijual oleh seorang bapak-bapak diujung jalan sana.

Kakinya ia langkahkan ke pedagang itu, berbagai macam mainan anak kecil dijual. Chenle ambil yang tutupnya berbentuk lumba-lumba. Ia berjalan langsung ke arah taman, sedang si alphanya membayarnya.

Ada sedikit percakapan yang terbentuk disana. Antara sang alpha dan pedagang balon sabun itu.

“manisnya, pasangan baru ya?” tanya si pedagang dan jisung gelagapan bingung ingin menjawab apa.

“enggak pak, cuman temen”

Bapak yang wajahnya tadi ikut sumringah melihat wajah chenle mendadak melunturkan senyumannya. Ia sekilas melihat jisung lalu menundukkan kepalanya sambil mengangguk kecil mengiyakan.

“ini kembaliannya. Maaf ya, saya kira pasangan baru”

salah ya?

Jisung menghampiri chenle, ia duduk di kursi panjang sebelah omeganya yang asik meniup gelembung sabun sampai banyak gelembung tercipta memenuhi pandangan mereka. Chenle cekikikan senang.

“capek niup”

“yaudah, taruh sana”

Chenle menurut. Kini pandangan keduanya tertuju pada arah depan dimana banyak anak-anak berkumpul dan bermain, banyak juga pasangan pasangan lainnya sedang berjalan-jalan. Malam ini taman kota dipenuhi wangi dan aura menyenangkan dari setiap orang. Menenangkan.

“chenle”

Chenle menoleh saat namanya dipanggil oleh sang alpha. Ia menaikkan kedua alisnya, “hmm?”

“kenapa lo bahagia sama gue?”

chenle mengernyitkan alisnya lalu di detik berikutnya tertawa keras, “emang gue ada bilang gue bahagia sama lo?”

“bukannya lebih baik lo sama orang pilihan mamah lo? i mean maybe he will treat you better than me, right? Don't you think it's easy for you to leave me...“

...even it will not easy for me

Chenle tersenyum, ia memejamkan matanya sambil mengusap pelan perutnya, ia tertawa kecil, “yes, i think so”

Jisung menundukkan wajahnya, ia tersenyum miris. Memang dari awal harusnya tidak sesusah ini ceritanya kalau saja waktu tidak memilih chenle bertemu dengannya, kan?

“— but i don't love him 'cuz i love you” Chenle tersenyum manis, sangat manis, kedua matanya menyipit, pipinya juga memerah berbentuk seperti kumis kucing yang menggemaskan. Barusan ia mengatakannya lagi? ia menyatakamnya lagi.

Jisung disebelahnya dibuat kaku, alpha itu terdiam. Ia ingin menyanggah banyak untuk jangan membuat perasaan omega itu semakin larut tapi nyatanya ia hanya terdiam, menikmati perasaan itu bermuara di pikirannya. Sampai ia akan sadar sesuatu.

“jangan terlalu serius, dijalanin aja ji. Gue selalu bilang di awal gue ga pernah maksa lo karena ya gue tau ini berat buat lo terima” chenle ambil tangan jisung lalu menaruhnya diatas perutnya sendiri, jisung merasa. Alpha itu merasakan tendangan kecil disana.

“Thanks for everything, ji. Gue berharap bisa bareng lo terus bukan orang lain”