“happy birthday, semoga bisa dikurangin nonton bokepnya”
“anjing, doa apaan begitu?” jisung memegang dadanya sendiri sambil menggelengkan kepalanya, memasang wajah sok dramatis padahal seharusnya doa itu memang pantas untuknya.
Hari ini adalah hari spesial untuk si paling kecil, usia 20 tahun akhirnya sudah tersemat di dirinya. Dewasa sudah anak dengan senyuman paling menggemaskan itu. Sifat bayi yang dulu menjadi ciri khasnya sudah benar-benar terlepas dan digantikan dengan sifat dewasa seperti remaja lainnya— maksud lainnya itu jeno dan haechan. Si mesum
Malam ini, rumah tingkat dengan halaman seluas lapangan itu menjadi miliknya seutuhnya untuk satu hari ini, tentu dengan izin orangtuanya atas dasar ingin membuat pesta dengan para kawannya. Jisung sang tuan rumah tersenyum pahit saat melihat hadiah yang diberikan teman-teman sialannya ini.
Si na jaemin dan lee jeno memberikan dua bungkus kondom, lalu lee haechan dengan alat aneh yang katanya ditemukannya di online shop, ya harusnya ini untuk si pacar sih. Dan hadiah aneh lainnya datang dari si paling tua—mark lee dengan lubricant dan obat perangsang. Memang manusia-manusia sialan, hadiah yang aneh yang sama sekali tidak akan berguna untuk masa depannya yang cerah benderang. Tapi setelah dipikir-pikir juga, mungkin akan berguna untuk bermain dengan pacarnya yang cantik itu. Jisung tertawa kencang melihat deretan hadiahnya di meja ruang tamu.
“brengsek, pada otak selangkangan! Hadiah apaan nih anjing?” renjun mengangkat salah satu hadiah dari haechan, itu adalah vibrator. Renjun menggelengkan kepalanya dan menaruh hadiahnya yang berup hoodie berwarna hitam.
“jangan dihina dong! Nyarinya butuh effort yang banyak” gerutu haechan lalu merebut hadiahnya dari tangan renjun. Menaruhnya dengan apik sambil memberi sedikit puk puk pada benda laknat itu.
“goblok!”
“mungkin lo mau jadi percobaan pertama jun” jaemin tersenyum lebar ke arah renjun yang langsung mendapatkan tatapan sengit dari empunya.
“lo mau gue pukul dulu?” renjun mengepalkan tangannya lalu memperlihatkan pada si na yang hanya dibalas tawaan nyaring.
Chenle yang hanya diam sedari tadi langsung menaruh hadiahnya di meja. Ia memberikan sebuah gitar. Jisung dari dulu ingin belajar bermain benda ini, ia tau karena jisung sering cerita soal impiannya itu. Jadi tidak salah ingin memberikannya pada hari spesialnya, kan
“gitar, gue tau lo pengen banget main ini. Setidaknya yang satu ini bakalan berguna” ucap chenle. Jisung menganga tidak percaya, ia langsung mengangkat hadiah dari chenle lalu memeluknya erat.
“tau aja lo”
“doanya sama kayak jeno, dikurangin nonton bokep supaya waras”
Semua orang tertawa kencang atas ucapan sarkas yang keluar dari mulut chenle. Sebenarnya pria darah china itu mulutnya memang pedas sama seperti renjun, ngomongnya gak pernah difilter dulu, pokoknya!
Mark menggelengkan kepalanya karena tidak kuat tertawa, ia mengelap pelupuk matanya yang berair lalu beralih menatap jisung. Ia memberi kode lewat mata lalu diberi anggukan oleh sang tuan rumah.
“langsung main aja kali ya?” ucap mark, semua atensi kini tertuju pada pria agustus itu. Wajah kebingungan kentara dari semua orang kecuali jisung.
“main apaan?” kini renjun yang bertanya.
“truth or dare”
Haechan yang berdiri tepat diseberang mark membalas ucapannya dengan tawaan. Permainan yang biasa dipermainkan anak kecil jadi terkesan konyol kalau remaja dewasa berumur 20 tahun keatas memainkan itu, akan terasa membosankan, kan? Ya itu pikiran haechan.
Jisung tersenyum miring, ia mengambil botol beer yang sengaja dikosongkan. Berjalan ke arah meja ruang tamu lalu mengambil hadiah-hadiahnya dan menaruhnya di meja satunya. Botol ditangannya ditaruh di tengah meja, diantara para teman-temannya berdiri.
“beneran main itu?” tanya jaemin yang dibalas anggukan oleh mark.
“bocah bener” sekarang, haechan yang menanggapi.
“liat dulu cara mainnya bang”
Ke tujuh pria disana menaruh semua perhatiannya ke arah botol beer yang diputar cepat oleh mark. Beberapa detik telah dilewati botol itu berputar sampai akhirnya bagian atasnya terhenti tepat di arah jaemin. Semua pasang mata melihatnya.
“gue bakalan yang ngasi duluan biar lo pada tau alurnya gimana, jaem, lo pilih truth apa dare?” tanya si paling tua sekaligus si paling semangat. Semua orang menatap penasaran sampai mengundang gelak tawa dari jaemin.
“gue pilih truth lah buat pemanasan dulu”
Semua bersorak kecewa sementara jaemin hanya tertawa keras. Mark mengangguk pelan, membuat gestur berfikir kemudian malah tertawa sendiri. Para pemain disana was-was kecuali jisung yang sibuk menuangkan beer ke dalam gelas.
“oke, jaem... Whats your fetish?“
Haechan berteriak histeris sementara yang lain membulatkan matanya terkejut dan tertawa, kecuali chenle dan renjun yang sontak tau kemana alur permainan ini akan berlanjut. Memang teman-temannya ini tidak diragukan soal pikiran kotor tapi nilai fisika selalu nol.
Jaemin tersenyum miring, sekilas menatap renjun yang menegang diseberangnya, “gue suka orang yang badannya lebih kecil dari gue, enak buat dikendaliin, dihancurin” ucap jaemin
“woooooo, serem serem”
“pasti udah ada bayangannya”
Semua tertawa kencang dengan jawaban dari pria agustus yang satu itu, haechan sampai heboh sendiri. Sekarang gilirannya yang memutar botol, ia putar terlalu cepat. Hampir jatuh tapi berhasil ditangkap haechan yang tepat bagian atasnya langsung tertuju padanya.
“gue truth gue truth” kata haechan, semua orang mendesah kecewa. Mereka bahkan sudah mengira si paling pecicilan akan memilih tantangan.
“payah lo bang” kata jisung lalu mengacungkan jempolnya yang diturunkan ke bawah. Haechan mengendikkan bahu tidak peduli.
Sekarang giliran pemain sebelumnya yang bertanya, jaemin melihat lamat-lamat haechan yang cengengesan menunggu pertanyaan paling kotor dari jaemin. Jaemin tersenyum miring.
“chan, gue tau lo sering coli, nah siapa yang ada dibayangan lo kalau lagi horny?”
Haechan terkejut setengah mampus, pertanyaannya terlalu pribadi, bisa habis kalau menyebut nama si objek kotornya. Tapi kalau tidak menjawab ia akan dihina habis-habisan. Ia memutuskan menghela nafas pelan. Mau tak mau, suka tak suka, ia akan jujur walaupun nanti akan mendapatkan pukulan telak di kepala.
“renjun” ucap singkat haechan, yang merasa terpanggil sontak menatap haechan terkejut dengan kepalan tangan yang sudah terangkat. “badannya kecil, gue ngebayangin gimana kontol gue ngerojok ke dalem lubangnya, pasti enak banget—”
“BANGSAT! Lo lanjut lo mati ditangan gue”
Semua pasang mata menatap renjun yang wajahnya memerah, antara marah atau malu. Ucapan haechan terlalu frontal dan brengsek, renjun jadi bingung ingin merespon apa selain marah karena laki-laki berkulit tan itu membayangkan hal yang tidak-tidak tentangnya.
Haechan hanya tertawa kecil, ia suka melihat wajah merah itu. Haechan menyukainya, fantasi liarnya semua ada renjun di dalamnya. Memang bajingan tapi begitu adanya.
Tangannya terulur memutar botol itu dan berakhir di hadapan mark yang hanya menatapnya datar, sudah tidak terkejut apalagi kalau haechan yang akan memberinya tantangan.
“si abang, pilih yang mana? truth atau dare?”
Mark menatap haechan dengan tawaan kecil, memang laki-laki tan ini si pembangkit suasana. “gue pilih truth”
Lagi-lagi kecewa yang di dapat para penonton. Haechan memejamkan matanya, membuat gestur seperti berfikir. Sampai satu pertanyaan kotor terlintas di otaknya.
“bang, Fantasi liar lo soal sex?”
Haechan tersenyum bangga, ia merasa seperti sedang bertanya saat presentasi mata pelajaran ips padahal sedang mengajukan pertanyaan kotor!
Mark tersenyum lalu mengangguk kecil, “gangbang, mungkin kita bisa nanti? Bareng lo sama yang lain? Kita cari lawan main”
“kenapa gangbang?”
Mark mengendikkan bahu, “i don't know, cuman mikir kalau rame-rame bakalan lebih asik ngehancurinnya”
“setia kawan”
Semua orang disana tertawa, kecuali renjun dan chenle. Dua orang itu memang tidak suka membahas hal-hal bajingan ini, kalau bukan yang lain memaksa mungkin mereka berdua tidak akan terlibat di dalam arena setan ini.
Mark mendapat giliran memutar botol lagi, tidak keras hanya pelan sampai akhirnya sasaran selanjutnya adalah jeno. Laki-laki april itu sedikit terkejut namun tidak terlalu, ia hanya mengikuti alur permainan.
“jenoo... jeno dare or dare”
“dare”
Sorakan dan tepuk tangan terdengar riuh, jisung sampai memukul-mukul meja kelewat antusias. Mark sendiri berfikir tantangan apa yang harus diberikannya pada si bongsor lee jeno. Sampai ide gila mampir di kepalanya.
“french kiss sama orang disebelah lo”
Jeno menoleh sebelah kiri dan kanannya, ada renjun di kiri dan jaemin di kanannya sambil melipat tangan di dada terlihat tidak peduli. “ada dua”
“bebas”
Jeno sedari tadi juga sudah melihat renjun, inginnya pada si mungil tapi tubuh itu terlihat menegang dan enggan menolehnya. Akhirnya halunya berubah ke arah jaemin.
“jaem, bantu gue”
“ya, cepet”
Jeno menangkup kedua pipi jaemin, agak gembil tapi rahangnya tegas. Pandangan keduanya menyayu, sampai akhirnya bibir mereka menyatu. Memberi kecupan pemanis di awal sebelum akhirnya jaemin mengalungkan tangannya di leher jeno untuk memperdalam ciumannya.
Semuanya meneguk ludah kasar apalagi saat mendengar sesapan dan permainan lidah yang suaranya jelas memasuki telinga masing-masing. Sunyi. Semuanya mendadak diam saat Jeno dan jaemin malah menikmati ciumannya cukup lama sampai jeno melepasnya sepihak, meninggalkan untaian saliva diantara keduanya. Sial, sial, sial
Jeno mengelap bibirnya kasar, saliva selepas ciumannya masih membekas diujung bibir. Tangan besarnya memutar kembali botol beer itu. Permainan makin lama makin menyenangkan dan chenle serta renjun mulai tertarik diam-diam.
Botol berikutnya berhenti tepat di arah renjun, senyum miring tipis terlihat dari wajah manis itu, ia menatap chenle sebentar yang hanya memberikan tersenyum menang untuknya.
“Lo pilih truth kan?—” ucapan jeno terpotong.
“dare! ya itu... gue pilih dare” ucap renjun cepat. Semua orang melihatnya terkejut, tidak percaya renjun akan memilih tantangan gila!
Jeno si pemberi tantangan tidak banyak pikir, bagus juga kalau mangsanya langsung kena begini jadi sekalian saja dipancing. Renjun sendiri menatap semua orang gugup terutama ke arah jeno yang tersenyum menatapnya.
Bebas ngatain! kalau renjun itu bego, gila, sinting dan lain sebagainya karena berani masuk ke kandang singa yang lapar.
Jeno menyingkirkan botol permainan, “buka baju lo semuanya, naik kesini terus puasin diri lo sendiri diatas sini kayak yang biasa lo lakuin”
“maksud lo biasa apa jen? Emang sering mergokin?” tanya mark dan dibalas anggukan oleh jeno
“ya, asal kalian tau aja renjun itu binal kalau lagi sendiri. Masa coli dikamar mandi kampus dikira desahannya ga kenceng apa?”
ANJING LEE JENO! Bisa-bisanya kegiatan sakralnya setiap kamis diintip diam-diam oleh lelaki dengan tampang sok polos ini, renjun hanya menunduk malu, ia mengumpat 1001 umpatan kasar dalam hati.
“hahaha bener jun?” kini jaemin bertanya dan dengan lancangnya malah menyenggol sikutnya
“kalau mau mah lo tinggal pilih nih” kata haechan, jari telunjuknya menunjuk temannya satu satu, “ada mark, ada gue, jaemin, jeno—”
“udah ah anjing! Ini jadi main kagak? Tai lo semua”
“jadi lah, naik lah kesini” jeno menepuk pelan meja yang akan menjadi tempat tantangan renjun.
“i-ini gue bisa ganti truth aja ga? Kenapa tantangan gue frontal banget sih setan?”
“salah sendiri milih dare” ucap jeno enteng dan dibales anggukan setuju semua orang. Renjun gugup, nyalinya ciut, seumur-umur juga ia tidak pernah melakukannya di depan banyak orang begini.
“tapi tadi dare lo cuman ciuman jen—”
“ya itu kan haechan yang kasik ren, sekarang mah gue yang ngasik” jeno tersenyum miring, ia mengusap pelan dagu renjun
Sial. Harusnya renjun sudah tau pikiran bejat dari lee jeno, tapi sedikit engganya si mungil tidak menyesal walaupun daritadi menolak terus, malah makin tertantang. Kalau kalian mengira renjun yang terpancing berarti kalian salah, renjun lah yang akan memancing.
Renjun mengangguk kecil. Ia buka seluruh pakaiannya pelan sampai telanjang, naik ke atas meja ditengah semua kawannya berdiri dan mengangkang lebar diatas sana. Renjun tersenyum miring melihat semua orang disana tidak ada yang satupun bergeming.
Birthday party yang menyenangkan
“gue biasanya gini... ” renjun jilat tiga jarinya secara sensual sampai basah semuanya. Ia bawa tangannya untuk melingkupi penisnya yang sudah setengah menegang karena ciuman jaemin dan jeno tadi. Dikocok cepat sampai ia menengadah, apalagi banyak pasang mata yang melihatnya, renjun semakin semangat mengocok penisnya sekaligus memasukkan tiga jarinya langsung ke lubangnya yang ternyata sudah basah.
“A-ahh! Ssh... perih” ucap renjun pelan tapi tetap saja ketiga jarinya menyodok cepat lubangnya, memuaskan diri sendiri di depan banyak orang adalah tantangan tersendiri yang baru pertama kali ia rasa. Jarinya tidak sengaja menyentuh prostatnya yang membuatnya mendesah makin kencang
“AHH!” benar, ia barusan tidak sengaja mendapatkan nikmatnya dan renjun butuh lebih dari sekedar ini. Nakal. Renjun sengaja mengangkang lebih lebar tepat di hadapan si lelaki na yang tepat berada di depannya.
Tangannya terhenti. Seseorang mencekat tangannya kencang, ia menoleh ke arah orang itu yang ternyata adalah jaemin sendiri. Pertahanan lelaki itu lebur sudah, persetan dengan permainan. Ia sudah kepalang nafsu melihat lubang memerah itu apalagi membayangkan penisnya terjepit di dalam.
“enak ya?” deep voice jaemin keterlaluan, ia keluarkan tiga jari renjun lalu menjilatnya sensual di hadapan si empunya. “gue bantu biar makin enak” sekarang giliran dua jari panjang jaemin yang masuk ke dalam lubangnya, menyodoknya kencang, menggaruk lubangnya yang gatal. Ternyata memang lebih enak, bajingan na jaemin, rasanya enak!
Wajahnya menengadah sampai mengeluarkan air mata, ia dibuat mengangkang lebih lebar, kedua jari jaemin terus menerus menumbuk prostatnya di dalam bahkan cairan spermanya sudah keluar berceceran di perutnya sendiri.
Jaemin fokus dengan kegiatannya, renjun sibuk mendesah, dan yang lain?
“renjun” renjun menoleh ke kanan— asal suara berat itu berasal dan jeno langsung menyambar bibir renjun tanpa permisi. Ciuman penuh nafsu dan kasar yang baru pertama kali renjun rasakan.
“ah bangsat bangsat! Renjun anjing lo seksi banget” haechan bergumam banyak umpatan lalu menahan tangan kiri renjun diatas kepala si manis—memegangnya erat lalu dirinya sibuk menyusui puting disebelah kiri.
Mark menoleh ke arah jisung yang tersenyum miring melihat kegiatan di depannya. Pandangan mereka bertemu dan jisung mengangguk mempersilahkan.
“hahaha sial, thanks!” mark bergabung ke arah meja. Ia mengambil alih tangan renjun di sebelah kanan lalu menahannya sama seperti yang dilakukan haechan di bagian kiri, ia menyusui di puting disebelah kanan.
Renjun pusing. Satu kata yang menggambarkan keadaannya saat ini; nikmat, enak, bangsat ini enak banget anjing!
Chenle dan jisung termangu. Laki-laki teman akrab renjun itu hanya terdiam lalu menggelengkan kepalanya ikut menahan pusing, ia melangkahkan kakinya pergi dari sana. Jisung yang melihatnya ikut berjalan mengikuti chenle. Meninggalkan acara panas di ruang tamu.
“le, chenle!” panggil jisung, chenle tidak mengindahkan karena ia terus berjalan sampai berada di depan kamar milik si yang ulang tahun hari ini.
“buka ji, panas”
“apanya panas? Dingin gini—”
“itu yang bikin panas” tubuh chenle gemetar, ia menunjuk ke arah ruang tamu yang ternyata kegiatannya sudah segila itu.
Jisung mengerti, dengan membawa semua hadiah gilanya ia membuka pintu kamarnya sendiri yang langsung diserobot chenle untuk masuk. Laki-laki china itu benar terlihat gelisah sendiri. Jisung mengunci pintu kamarnya agar suara laknat diluar tidak ikut masuk.
Jisung bingung melihat chenle, “kenapa?”
“panas ji”
“sange ya?”
“mungkin, tapi kok panas banget gitu badan gue ya”
“buka aja bajunya gapapa” ucap jisung enteng, ia taruh semua hadiahnya dimeja kecil samping kasurnya lalu melanjutkan bermain handphonenya. Diam-diam membuka kamera
Chenle membulatkan matanya sempurna, ia ingin melempar wajah jisung tapi ah! sudah gak kepikiran lagi buat ribut dengan si jangkung park jisung, “takut di ewe!!” rengekan chenle terdengar jelas.
“ya di ewe siapa sih? Gue? Kagak lah gue punya pacar. Emang lo abis ngapain?”
“gak ada! Gue abis nonton film bokep secara live tadi, masa itu doang bikin badan gue kayak gini?” chenle menggerutu lalu mengikuti saran jisung tiba-tiba. Ia buka seluruh pakaiannya dan menyisakkan celana dalam saja. Chenle menidurkan dirinya telentang di atas kasur big size milik jisung.
Jisung menaruh handphonenya di meja belajarnya, membuatnya berdiri dan menghadapkan kamera ke arah kasur. Jisung itu sama bejatnya!
Jisung menghampiri chenle. Duduk di pinggiran kasur sambil mengusap pelan perut hingga dada chenle, bahkan empunya tidak sadar, malah menikmati sentuhan itu ditubuhnya.
“gue inget tadi minum alkohol yang lo tuang ke gelas ji, gue kira itu buat gue” ucap chenle, matanya menyayu menatap jisung dengan air mata terkumpul di pelupuk matanya.
Alkohol yang tadi dimasukkan obat perangsang satu botol sebagai hukuman untuk para pemain tadi tapi malah chenle yang meminumnya sampai habis.
“le, yang lo minum itu hukuman” jisung ikut naik ke atas kasur. Ia mengungkung tubuh chenle jadi dibawahanya. Chenle tidak menolak maupun membantah dan jisung segera mengambil kesempatan dibawah kesadaran chenle yang hampir hilang karena nafsu melingkupinya.
Chenle dibawahnya menatapnya bingung, “hukuman?”
“hukuman untuk para pemain, sayang, isinya obat perangsang” jisung mendekatkan wajahnya ke arah ceruk leher chenle yang langsung mendongak. Chenle mencoba berfikir tapi susah! Hasrat nafsunya melingkupi seluruh akalnya.
Yang chenle pikirkan hanya, seberapa besar penis jisung, ya?
“le, lo hadiah yang gue tunggu-tunggu dari tahun lalu dan ternyata dapetnya sekarang, how lucky i am“
Chenle terengah lalu tertawa kecil, jari jisung tidak berhenti memainkan dadanya. Si manis mengalungkan tangannya di leher, menatap jisung menggoda “happy birthday ji! Gue kasih hadiah yang ga bakalan pernah lo lupain” ucap chenle sebelum bibir tebal jisung membungkamnya.
Ciuman terjadi selama 15 menit, sampai sang dominan menurunkan ciumannya ke arah puting chenle. Menghisapnya dengan lahap, dan tak segan menggigitnya kencang. Chenle sendiri hanya bisa bergerak gelisah dibawah kungkungannya.
“aahh... ji, jangan digigit!” chenle dorong pelan kepala jisung sampai empiunya menengadah ke arahnya. Menatapnya datar dengan rambut yang berantakan. Jisung itu ketampanannya nambah kalau sedang berantakan begini.
“apa?” deep voice jisung lebih berat dari jaemin dan berkali-kali lipat lebih keterlaluan di pendengaran.
“jangan digigit”
“perih? sakit, hm?” jisung beri kecupan di putingnya, kiri dan kanan. Wajah chenle memerah, ia jadi tau kenapa banyak orang mengantri disetubuhi langsung oleh manusia ini, tapi beruntungnya chenle mendapatnya langsung tanpa memohon.
Chenle mengangguk patah-patah. Ia memejamkan matanya saat dengan lancang tangan jisung dibawah sana bermain dengan penisnya yang sudah basah karena precum.
“buka boleh?”
anjing! Jisung itu kalau ngewe memang soft begini? Selain bikin enak bikin baper juga! Pantas saja sih, semua orang jadi bertekuk lutut di depan pria aquarius ini.
“boleh” ucapan chenle menjadi kalimat permisi yang disetujui untuk melakukan lebih. Jisung buka celana dalam yang tersisa tadinya, lalu mengocok cepat penis yang menegang sempurna itu. Penis chenle lumayan tapi tidak sebesar dirinya, kepala penis berwarna merah itu terus menerus mengeluarkan precum sekaligus membuatnya tidak kesusahan.
“gimana? Enak? Udah tau kan rasanya jadi renjun?”
“iya enak! enak! jisung mau lebih”
“lebih apa, le?”
“mau, mau itu...” jawab chenle sedikit merengek, jisung jadi tertawa gemas
“apa? yang jelas dong”
“ahh mau itu masuk ke dalem, ya ya ya? pasti enak kayak renjun” chenle menunjuk bagian bawah jisung yang sudha menegang sempurna, matanya berbinar menatap jisung tanda memohon dengan sangat.
“mau kontol gue mah bilang yang jelas le” jisung percepat kocokannya pada penis chenle dan jempolnya sengaja bermain pada bibir lubang chenle
Si manis hanya bisa memejamkan matanya erat, mulutnya terbuka tanpa desahan, ia mengangguk cepat sebagai jawaban. Dan jisung tertawa kecil lalu melihat ke arah kamera handphonenya disana
Ia bangkit dari kasur, melepaskan handjobnya pada penis chenle. Nafsunya sudah tidak bisa ditahan lagi, ia bukan tipe yang lembut saat bermain tapi karena tau chenle sebagai lawannya jadi ia berinisiatif untuk melembut, memberi banyak afeksi, menaruh banyak atensi pada chenle seakan ini cinta.
Jisung buka seluruh pakaiannya, kini ia juga sama telanjangnya seperti chenle. Dengan satu bungkus kondom di gigitannya, ia mengungkung kembali tubuh chenle. Jisung robek bungkusan kondom itu dengan giginya lalu tertawa kecil saat chenle melihatnya lamat dengan pandangan sayu
“safety first, baby”
FUCK, PARK JISUNG! laki-laki yang sedang memasang kondom di penisnya itu memang kadang berbahaya untuk jantung. Chenle akui pesona jisung saat sedang melakukan hubungan seksual berkali-kali-kali lipat lebih brengsek dan bajingan sekaligus tampan.
“le, buka coba kaki lo, ngangkang buat gue” bisik jisung bagai mantra yang langsung dituruti chenle tanpa babibu, ia mengangkang di depan temannya yang hampir 10 tahun dikenalnya.
Jisung menyugar rambutnya ke belakang, perlahan memasukkan penisnya ke arah lubang chenle yang ternyata lebih sempit yang dikiranya. Laki-laki itu mendongak bersamaan dengan chenle, menikmati rasa nikmat dan sakit melingkupi keduanya.
“rileks le, gue susah masuknya”
“sakit anjing! Lo kira kontol lo gak gede apa bangsat?” chenle berucap sarkas mengundang decakan keras dari sang dominan
“tenang, tahan dikit lagi” jisung mengusap pelan paha chenle yang bertengger di bahunya. Memberikan stimulus agar rileks dan mengabaikan rasa sakit dibawahnya.
Jisung tidak bisa terus menerus menahan diri seperti ini, ia susah mengendalikan diri kalau sudah dilingkupi nafsu, sampai akhirnya desahan kencang dari chenle terdengar memenuhi ruangan saat jisung tiba-tiba mendorong paksa penisnya agar masuk ke lubangnya. Terlalu dalam dan keras. Dirinya merasa penuh di dalam.
“AHHH SAKIT! jisung... hiks...” badan besar jisung menunduk. Laki-laki itu merem melek keenakan, penisnya diremat kuat di dalam chenle. Hangat dan nikmat.
Chenle dibawahnya menangis, biarpun akalnya sudah lenyap gara-gara obat perangsang, tapi tetap saja dirinya tidak akan mati rasa. Rasa sakitnya masih jelas dirasa. “hiks jisung... mmh” chenle menggigit bahu jisung pelan sebagai pengalihan rasa sakitnya dibawah.
“sakit ya?”
Chenle mengangguk, “huum...”
“gerak ya?”
Kini chenle menggeleng, “hmm...”
Jisung mengerti. Jadi ia lebih baik memberi chenle banyak pengalihan rasa sakit; dari menjilat cuping telinganya, memberi banyak kecupan di seluruh wajah, dan mengocok pelan penis chenle. Laki-laki manis itu terbuai sampai lupa rasa nyeri. Jisung mengambil kesempatan menggerakan pinggulnya perlahan sampai temponya mulai berangsur sedang
Chenle memeluk erat leher jisung, membiarkan laki-laki itu menggenjotnya keras. Ya, temponya sudah mulai lebih keras dari sebelumnya karena penis jisung mulai terbiasa di dalam chenle dan begitu sebaliknya. Si manis mendongak, membusungkan dada saat dengan lancangnya jari-jari panjang itu bermain di area dadanya— tepatnya di puting kiri dan kanan.
“Ah! Ah! Jisung, jisung... hikss... enak!” chenle berteriak tak tau malu dan jisung tidak akan peduli soal itu, suara chenle itu favoritnya apalagi desahannya saat ini. Pasrah, memohon dan menangis.
Jisung tersenyum miring diatasnya, sekilas menoleh ke arah kamera yang masih menyala lalu menggenjot makin kencang. Jisung kesetanan, sudah ia katakan kan sebelumnya kalau jisung bukan tipe yang lembut saat bermain.
Jam menunjukkan pukul 3 pagi, efek obat perangsang itu sudah habis. Chenle lemas, satu bungkus kondom dihabiskan jisung untuk membantunya meredakan panas dibadannya. Keduanya terengah sama-sama lelah, tidak peduli apa yang terjadi di bawah, mereka memilih merebahkan diri.
Jisung tersenyum dalam pejamannya, videonya berhasil terselesaikan sempurna. Katanya lumayan sebagai simpanan karena ia akan jarang mendapatkan kesempatan langka seperti ini
“lain kali, gue bakalan kasik tau sisi gue yang lain saat diranjang le” ucap jisung memberikan sedikit kecupannya pada kening chenle sebelum akhirnya menjemput mimpinya dengan chenle di dekapannya.