Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore, langit sudah berwarna oren keemasan menandakan matahari akan segera berpulang untuk digantikan tugasnya oleh sang rembulan. Alpha itu baru saja memakirkan mobilnya di garasi rumahnya.
Satu kata untuk hari ini; melelahkan. Seharian bepergian kesana kesini hanya untuk mencari telor gulung kesukaan si omega, biasa lagi ngidam
“capek” keluh chenle, omega itu menaruh barang bawaannya di dapur.
Jisung dengan langkah besarnya berjalan mengikuti omeganya, “gue enggak” jawabnya
Chenle menoleh ke arah alphanya yang langsung menunjukkan senyum dengan deretan gigi yang diperlihatkan. Chenle tau akan kemana kegiatan mereka saat ini.
“gue capek, lagi males—”
Jisung mendekat, ia mempersempit jarak lalu diarahkannya wajah yang memerah dengan ekspresi terkejut itu untuk melihat wajahnya yang menampilkan senyum miring.
Sialan
“biar gue yang gerak”
Chenle tidak tau pasti apa yang terjadi setelahnya, karena sekarang tubuhnya sudah telanjang bulat diatas kasur mereka. Wajahnya memerah, pandangannya memburam tertutup kabut nafsu apalagi saat melihat jisung diatasnya sedang membuka pakaiannya.
“semenjak lo hamil jiel, gue takut buat nyentuh lo” jisung buang pakaiannya sembarang arah, ia bawa wajahnya mendekat ke arah ceruk leher si omega. Mencium aroma feromon alami yang dikeluarkan sang omega. Ia jilat lalu hisap setelahnya.
“—ternyata boleh aja”
“ahh... Mmh jisung”
Tangan jisung tidak tinggal diam, alpha itu membawa tangan kanannya untuk memilin puting yang menegang milik sang omega, kelakuannya berhasil membuat dada chenle membusung keenakan.
“enak ya le?”
Chenle menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia jadi ikutan rindu semua sentuhan ini, sentuhan yang hampir 6 bulan tidak dilakukan oleh alphanya. Ia rindu berpasrah diri dihancurkan sisi buas alphanya.
“jawab chenle? lo tau gue ga suka pertanyaan gue dianggurin” jisung menarik kencang puting tersebut lalu beralih menjilat serta menghisapnya rakus. Chenle pusing, rasa nikmatnya seakan baru dirasanya.
“a-ah! ah iya alpha”
Jisung tersenyum, sambil menyusui sambil juga tangannya turun untuk mengusap pelan perut chenle, ciumannya juga turun ke arah perut sang omega.
“jiel, baik baik disana ya sayang” deep voice jisung memang brengsek, chenle sampai gemetar mendengarnya. Setelah berucap kata-kata manis untuk si bayi, alpha itu menegakkan tubuhnya lalu membuka resleting celananya, menampilkan penisnya yang sudah menegang sempurna.
Chenle cengo, sejak kapan penis itu sudah menegang?
Jisung kocok sebentar penisnya, ia tersenyum ke arah chenle yang matanya tidak lepas dari kebanggaannya. Alpha itu merendahkan tubuhnya, ia bawa semua atensi si manis ke arahnya.
“chenle, chenle liat gue”
Manik berair itu melihat ke arah alphanya yang mengungkung dirinya. Wajah jisung tampan, berkeringat, panas, feromonnya menyengat tapi tetap membawa gairah melingkupi tubuh omega itu. Sejenak ia lupa waktu— mereka. Jisung dan chenle mengabaikan segala hal karena yang sekarang adanya hanya mereka berdua saling berbagai rasa.
“hng?”
Jisung tersenyum, “cantik, lo cantik kalau lagi kayak gini. Ah, sebenarnya lo cantik setiap hari”
Kata orang, jangan percaya apa yang dikatakan seseorang saat sedang berhubungan seks, karena bisa jadi hanya bualan, hanya pujian semata untuk menaikkan gairah pasangan.
Tapi, chenle tetaplah percaya itu
“le, udah berapa bulan jiel di dalem?”
“gak tau”
“kok gak tau?”
“6 bulan lebih kayaknya, ya?”
Kali ini alpha itu tertawa kecil, “lama ya, dia ga panas apa di dalem?”
“ga lah tolol, AHH!!” chenle mendongak lalu memejamkan matanya. Jisung diatasnya menatapnya sayu. Penis besar alphanya berhasil masuk keseluruhan ke dalamnya.
“hhh... gue gerak? Pelan kok” ucap jisung sambil mengusap dahi chenle yang berkeringat, memberi kecupan ringan di pipi yang basah karena air mata itu.
“pelann hiks... sakit”
“sakit? iya ini bakalan pelan” jisung mengusap pelan perut chenle sambil menggerakan pinggulnya maju mundur secara perlahan sesuai permintaan omeganya. Kali ini memang ia harus bisa mengontrol sisi alphanya.
“ahh, ah... cium mau cium” chenle merentangkan tangannya dan jisung tersenyum lalu mengikuti perintah omeganya lagi.
Hanya beberapa kecupan dan ciuman ringan mampir diseluruh wajah si manis, pinggulnya tak henti bergerak bahkan beberapa kali sodokam kasar terasa tapi tidak lama setelahnya kembali melembut.
“sakit? sakit le?”
“hng! enak... alpha enak mau lebih ahh! gue mau pipis, pipis”
Feromon kedua pasangan itu bercampur jd satu, sisi alpha jisung mulai keluar namun ia masih berusah untuk kontrol berbeda dengan chenle yang sisi omeganya sudah keluar sedari tadi. Sisi omega yang hanya pasrah jika dihadapkan alphanya.
“mau pipis?” jisung kocok penis chenle cepat, sementara empunya hanya bergerak gelisah kesana kemari. Mencari kenikmatan itu lagi. “pipis aja le, keluarin semuanya, cantik”
Disodokan ketiga chenle keluar terlebih dahulu, banyak dan sangat banyak karena juga sudah lama mereka tidak melakukannya.
Badan chenle gemetar merasakan ejakulasi apalagi saat sperma jisung juga keluar tanpa permisi memenuhi lubangnya sampai penuh berceceran keluar disodokannya yang keenam.
Mereka berdua terengah, jisung mengambil beberapa tisu kering untuk mengelap keringat di dahi omeganya sementara tisu basah untuk membersihkan lubang chenle yang penuh akan sperma.
“mau mandi?”
Chenle menggeleng kecil, lalu memejamkan matanya. Tidak peduli seberapa repotnya jisung membersihkan kekacauannya.
“le, chenle” panggil jisung tidak diindahkan, dirinya sebentar lagi akan datang menjemput mimpi.
“mandi dulu baru tidur, le” begitu percakapan terakhir yang diingat chenle sebelum akhirnya omega itu tertidur pulas
“capek”