Sungchan masuk ke mobil setelah ia membiarkan tubuh chenle masuk terlebih dahulu. Omega itu terlihat sendu dan menurut jadi memudahkan dirinya membawa pergi chenle.

Setelah ia berhasil mendudukkan dirinya di kursi kemudi dan siap menghidupkan mesin mobil, mendadak tangannya dicengkram kuat oleh chenle. Omega itu menatapnya dengan linang air mata yang menghiasi pelupuk matanya, seperti memohon dalam diam.

“tunggu sebentar ya... ” katanya, sungchan menaikkan alisnya sebelah. Bingung.

“buat apa?”

“sebentar aja” kini pandangannya beralih ke arah keluar jendela lagi, seperti berharap.

5 menit

6 menit

9 menit

15 menit mereka berdiam diri disana, entah chenle menunggu apa tapi sepertinya sungchan mulai muak dengan ini semua. Ia menghidupkan mobilnya secara tiba-tiba membuat chenle sedikit terkejut.

“sungchan, lo apaan sih—”

“lo yang apaan? Nunggu siapa sih? Jisung?” nada sungchan mendadak naik membuat chenle ciut. Kekuatan seorang alpha mampu menghancurkan ego seorang omega.

“— ngapain nunggu dia? Mau berapa lama lagi?”

mau berapa lama lagi?

gatau

Chenle cuman diem, dia nunduk sambi sesenggukan. Iya, dia berharap kalau jisung mengejarnya tapi ternyata ia dilepas begitu saja. Sebegitunya alpha itu benar-benar ingin ia pergi padahal ia banyak berucap janji.

“lo ga perlu sedihin orang kayak jisung, alpha lemah yang cuman bisa mentingin egonya sendiri. Lo harusnya seneng—” sungchan jalankan mobilnya perlahan dan tidak ada protes sama sekali dari chenle

“—lo harusnya seneng lepas dari orang yang ga pernah anggap lo ada”

Harus senang katanya?