Suasana taman kota saat itu ramai apalagi pasar malam dekat sana. Jam masih menunjukkan pukul 7 malam dan chenle sudah membawa tiga kresek jajanan pasar. Wajahnya sumringah saat melihat banyak anak-anak masih bermain di taman kota yang luas dengan lampu disetiap pohonnya.

Chenle itu sebenarnya tidak suka anak kecil tapi entah kenapa semenjak ada jiel pandangannya berubah saat melihat makhluk-makhluk kecil itu bermain dan tertawa kesana kemari tidak ada beban.

Ternyata masa kecil itu menyenangkan ya, saat dilihat dari pandangan orang dewasa

“seneng?” tanya jisung sambil memakan eskrim di genggamannya, chenle dibuat menoleh dan mengangguk kencang.

“iya seneng! Gue mau main itu boleh?”

“boleh”

Chenle tersenyum senang, ia tidak bisa menyembunyikan senyum lebarnya saat jisung mengatakan kalau ia boleh memainkan gelembung sabun yang dijual oleh seorang bapak-bapak diujung jalan sana.

Kakinya ia langkahkan ke pedagang itu, berbagai macam mainan anak kecil dijual. Chenle ambil yang tutupnya berbentuk lumba-lumba. Ia berjalan langsung ke arah taman, sedang si alphanya membayarnya.

Ada sedikit percakapan yang terbentuk disana. Antara sang alpha dan pedagang balon sabun itu.

“manisnya, pasangan baru ya?” tanya si pedagang dan jisung gelagapan bingung ingin menjawab apa.

“enggak pak, cuman temen”

Bapak yang wajahnya tadi ikut sumringah melihat wajah chenle mendadak melunturkan senyumannya. Ia sekilas melihat jisung lalu menundukkan kepalanya sambil mengangguk kecil mengiyakan.

“ini kembaliannya. Maaf ya, saya kira pasangan baru”

salah ya?

Jisung menghampiri chenle, ia duduk di kursi panjang sebelah omeganya yang asik meniup gelembung sabun sampai banyak gelembung tercipta memenuhi pandangan mereka. Chenle cekikikan senang.

“capek niup”

“yaudah, taruh sana”

Chenle menurut. Kini pandangan keduanya tertuju pada arah depan dimana banyak anak-anak berkumpul dan bermain, banyak juga pasangan pasangan lainnya sedang berjalan-jalan. Malam ini taman kota dipenuhi wangi dan aura menyenangkan dari setiap orang. Menenangkan.

“chenle”

Chenle menoleh saat namanya dipanggil oleh sang alpha. Ia menaikkan kedua alisnya, “hmm?”

“kenapa lo bahagia sama gue?”

chenle mengernyitkan alisnya lalu di detik berikutnya tertawa keras, “emang gue ada bilang gue bahagia sama lo?”

“bukannya lebih baik lo sama orang pilihan mamah lo? i mean maybe he will treat you better than me, right? Don't you think it's easy for you to leave me...

...even it will not easy for me

Chenle tersenyum, ia memejamkan matanya sambil mengusap pelan perutnya, ia tertawa kecil, “yes, i think so”

Jisung menundukkan wajahnya, ia tersenyum miris. Memang dari awal harusnya tidak sesusah ini ceritanya kalau saja waktu tidak memilih chenle bertemu dengannya, kan?

“— but i don't love him 'cuz i love you” Chenle tersenyum manis, sangat manis, kedua matanya menyipit, pipinya juga memerah berbentuk seperti kumis kucing yang menggemaskan. Barusan ia mengatakannya lagi? ia menyatakamnya lagi.

Jisung disebelahnya dibuat kaku, alpha itu terdiam. Ia ingin menyanggah banyak untuk jangan membuat perasaan omega itu semakin larut tapi nyatanya ia hanya terdiam, menikmati perasaan itu bermuara di pikirannya. Sampai ia akan sadar sesuatu.

“jangan terlalu serius, dijalanin aja ji. Gue selalu bilang di awal gue ga pernah maksa lo karena ya gue tau ini berat buat lo terima” chenle ambil tangan jisung lalu menaruhnya diatas perutnya sendiri, jisung merasa. Alpha itu merasakan tendangan kecil disana.

Thanks for everything, ji. Gue berharap bisa bareng lo terus bukan orang lain”