Setelah pesan itu terbaca, jisung sontak mengedarkan pandangannya ke arah kanan, kiri, depan, dan belakang sampai akhirnya sebuah tepukan dari samping terasa. Saat badannya ia bawa menoleh ke belakang, dapat dilihat badan jeno yang berdiri tegap dengan renjun disampingnya.
“kerja?” suara sinis rada mengejek terdengar dari jeno. Alpha itu tersenyum sinis lalu memijat pelipisnya yang kepalang pusing melihat tingkah kekanakan jisung. Jeno itu lelah, mengapa juga ia harus ikut campur urusan rumah tangga orang lain begini?
Jisung cuman diam lalu mengalihkan pandangannya tanpa menjawab jeno. Renjun memejamkan matanya menahan emosinya juga.
“dek—”
“pulang aja sana!” belum jeno selesai bicara tapi jisung sudah memotongnya dengan cepat, jeno menggeram, ia lelah ditambah jisung yang gegabah membuat emosi perlahan meluap. Ia cengkram kerah baju jisung sampai kedua alpha itu bersitatap. Manik mata jeno menajam berbanding terbalik dengan mata jisung yang datar dan pasrah.
“heh bangsat, denger ya! Gue capek ngurus orang macem lo gini—”
“gue juga gak minta lo urus bang”
“masih bisa jawab ya lo? Emang manusia bangsat! Mati aja lo anjing!”
Hampir satu pukulan telak mampir di wajah jisung kalau saja renjun tidak mencegah jeno terlebih dahulu, beta itu mencoba menenangkan jeno agar ia melepas cengkraman penuh emosi itu. Jeno memang diam tapi kalau sudah marah akan lebih berbahaya dan jisung tidak pernah mau mengerti soal itu.
Jeno melepaskan cengkramannya dan membiarkan jisung terduduk diatas rerumputan di taman. Alpha itu tidak melawan seperti kemarin ia hanya diam, menatap semuanya kosong.
“jen udah, biar aku yang urus”
“tapi si bangsat ini emang udah keterlaluan—”
“jeno, please“
Jeno menatap sekilas ke arah jisung yang hanya menunduk lalu meninggalkannya dengan renjun. Ia juga harus meredakan emosinya terlebih dahulu.
Sementara renjun, ia ikut duduk di rerumputan sebelah jisung. Matanya menyendu apalagi melihat jisung yang sudah berkaca-kaca. Ia tepuk kepala si kecil lalu mengusapnya pelan rambut yang makin hari makin terlihat panjang itu, jisung memejamkan matanya merasakan.
Chenle suka begitu kalau ia sedang gundah
“udah? Kita mungkin terlalu maksa lo ya ji? Gue minta maaf juga mewakilkan abang-abang lo yang ya... Lo tau sendiri kan” renjun tertawa kecil, jisung masih terdiam namun perlahan kepalan tangan terlihat meremas rerumputan.
“Sebenarnya gue gak maksud ikut campur, gue cuman mikir kalian masih ada kesempatan, ternyata enggak ya? Yaudah mau gimana lagi... “
Renjun berdiri sambil membersihkan beberapa rumput di celananya, ia menatap jisung yang masih dalam posisi yang sama.
”... Gue juga gak mau maksa lo lagi, juga gak mau bikin chenle sakit hati terus. Lo emang gak akan pernah cinta sama dia kan? Iya cinta emang gak bisa dipaksain sih”
Setelah mengatakan itu, renjun beranjak dari tempatnya. Namun belum ada selangkah tangannya digenggam erat oleh jisung dan isakan kecil terdengar dari alpha itu.
“jangan, gue mohon jangan... “
“Gue sayang chenle, gue mohon gue mohon—” ucap jisung memohon sambil memegang erat tangan renjun karena merasa renjun adalah harapan satu-satunya agar chenle bisa kembali dengannya. Jisung hanya butuh keberanian melawan dirinya sendiri untuk ini.
Renjun membulatkan matanya terkejut, ia genggam erat tangan jisung lalu menariknya agar berdiri tepat di depannya “bilang sekali lagi, gue yakin gue gak salah denger”
“gue sayang... ” isakan kencang mulai terdengar dari alpha itu, ia mencoba sekuat tenaga melawan dirinya sendiri kali ini. Tangan yang digenggam renjun mendadak gemetar, ia masih takut.
“apa?”
“gue sayang chenle, gue sayang... chenle”
Ucap final jisung, renjun memeluk tubuh jangkung di depannya ini. Membiarkan jisung menangis sejadi-jadinya disana, entah apa yang membuat adik iparnya sebegini gemetarnya hanya karena mengungkapkan perasaannya tapi yang ia tau pasti perasaan jisung itu benar adanya, perjuangan chenle selama ini berarti tidak sia-sia ya? Hanya sedikit terlambat diketahui, pasti masih ada waktu untuk mereka.
“kenapa baru sekarang jisung?”
“gue takut, maaf gue terlalu takut kalau perasaan gue bakalan buat dia pergi” jisung menjawab dengan nada gemetar sambil menarik erat kaos belakang renjun.
Renjun memilih diam. Ia sedikit tau cerita soal masa lalu jisung dari jaemin— orang yang menyelamatkan jisung saat alpha itu ingin mengakhiri hidupnya sendiri karena banyak rasa sakit saat itu. Apa mungkin itu arti dari alasannya?
Trauma masa lalu ya ji?