Sakit?
Dengan langkah cepat, sungchan masuk ke dalam rumahnya. Mengabaikan shotaro yang sedari tadi memanggilnya cukup keras. Wajahnya memerah, urat di lehernya mulai nampak, sungchan sedang menahan emosi saat ini dan shotaro tau akan terjadi hal yang buruk pada omega itu, ia memilih untuk menyusul sungchan, meninggalkan pekerjaannya di taman depan sementara agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.
Saat pintu besar itu terbuka, menampilkan chenle yang sedang duduk santai di ruang tamu. Omega itu menatap sungchan takut apalagi melihat aura hitam yang terasa disekililing alpha itu, feromonnya mencekik sisi omeganya, ia benci saat seorang alpha membuatnya tak berdaya seperti sekarang. Sungchan menarik lengan chenle kasar, tidak ada sepatah katapun terucap, ia hanya membawa omega itu cepat ke arah kamarnya padahal chenle sudah berusaha memberontak.
“lepasin gue!” ucap chenle yang berusaha melepaskan diri dari genggaman sungchan pada lengannya. Rasanya menyakitkan seperti ingin diremukkan.
BRAKK!
pintu kamar dibuka kasar oleh sungchan, chenle dilempar masuk ke dalam. Omega itu jatuh ke lantai namun sungchan tak mengindahkan, alpha itu hanya tersenyum sinis dengan mata alphanya yang kentara menunjukkan bahwa sisi dominan, egois dan amarahnya muncul apalagi saat melihat chenle meringis kesakitan memegang perutnya.
“sakit ya? sakit? Lo harus ngerasain sakit melebihi sakit hati gue” sungchan tertawa keras melihat chenle menahan sakitnya disana. Memegang bajunya erat menahan sakit yang luar biasa dari perutnya karena saat terjatuh malah bagian perut yang terkena lantai.
Omega itu memegang perutnya erat, semakin erat dan beralih menjadi cengkraman erat pada kaosnya. Chenle tidak bohong kalau saat ini ia sedang kesakitan, tapi tawa sungchan malah semakin keras tanpa niat membantunya sampai langkah kaki seseorang terlihat cepat menuju kamarnya dan tamparan keras terdengar disana.
Tamparan seorang pria paruh baya itu sangat keras di belakangnya, pendengarannya menangkap suara ayah sungchan yang berteriak lantang.
“kembalikan bahagia anak saya kalau kamu ga becus jaga dia!” ucap ayah sungchan yang bertanda tanya besar di kepalanya.
Anak siapa yang dimaksud?
Setelahnya chenle tidak mendengar apapun karena kesadarannya mendadak direnggut, bayangan yang terakhir dilihat adalah shotaro yang berwajah panik berusaha mengangkatnya dan sekilas sosok jisung terlintas di pikirannya lalu setelahnya hitam yang dilihatnya.
Jiel, bertahan ya...
Jisung baru sampai di rumahnya, kini suasana tampak sepi dan gelap. Mungkin karena abangnya dan renjun sudah pergi dari beberapa minggu yang lalu. Hari ini kerjaannya semakin banyak bahkan makan siang sampai ia lupakan, kalau ada chenle pasti sudah diamuk abis-abisan.
Ia mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Menghela nafas berkali-kali untuk sejenak merasakam nafas, hari ini melelahkan tapi tidak seorang pun bisa dijadikan pelipur lara.
Drrtt... drrt
Ponsel di sakunya berbunyi, menampakkan nama seseorang yang sebulan penuh ia kenal sekaligus membantunya. Tanpa pikir panjang segera ia angkat telepon itu.
“halo—”
Jisung membulatkan matanya penuh kesal, ia remat ponselnya dan langsung mengambil kunci motornya. Tidak peduli soal pakaian kantor yang masih ia kenakan, juga tidak peduli dengan telepon seorang dokter yang ia matikan sepihak tanpa ingin mendengar penjelasan lebih.
Pikirannya hanya tertuju pada satu titik saat ini; Chenle juga bayinya.