Rafa lagi rebahan di kamar kostnya, kepalanya benar-benar pusing daritadi karena nangisin naren sambil denger lagu galau spotify terus ditambah fyp tiktok nya mendadak banyak quotes galau yang nyelekit hati. Gimana gak nangis mulu?
Pas lagi sesenggukan denger lagu, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk pelan dan suara hega terdengar dari luar. Mampus! rafa lupa kan kalau hega datang buat bawain dia soto ayam pesanannya sementara sekarang wajahnya terlihat jelas sembabnya. Bisa abis ditanya ini itu sama hega.
“b-bentar ya hega!” rafa sedikit berteriak, padahal suara seraknya jadi kentara banget di pendengaran hega.
Rafa pergi ke kamar mandinya buat cuci muka terus poninya yang lumayan panjang ia ke depankan supaya sembab matanya tersamarkan. Berjalan kecil ke arah pintu dan membuka pintunya, mempersilahkan hega buat masuk.
“lo nangis?” hega bertanya saat laki-laki itu duduk di kasur milik si mungil. Rafa cuman tertawa kecil lalu menggeleng sebagai jawaban.
“yaaaa tadi, soalnya gue pusing masih maksain nugas”
Hega mengernyitkan dahinya, agak curiga juga, pasalnya rafa ini bukan orang yang ambisius juga bukan orang yang bisa dibilang rajin. Hega itu sudah kenal baik tabiat mantan pacarnya ini.
“oh gitu” ucap hega seadanya sebagai jawaban. Laki-laki itu menatap lekat rafa yang sedang memakan soto ayam bawaannya. Pipinya jadi tembam kalau sedang makan dan pandangan itu menjadi salah satu favorit hega dulu— mungkin sampai sekarang, sih
“gue balik ya”
Rafa menoleh ke arah hega yang mulai beranjak dari duduknya, ia mengangguk kecil lalu tersenyum “hum, makasih ya hega” Hega cuman membalas senyumannya dan tangan kanannya jail mengusak rambut rafa pelan, lalu keluar dari kamar rafa. Sementara yang tadi diusak rambutnya cuman diem aja, harusnya yang berantakan itu rambutnya bukan hatinya. Astaga...
Saat rafa mengambil plastik yang tadi menjadi tempat soto ayamnya, ia mendadak terkejut ternyata ada satu barang lagi di dalamnya. Matanya membulat terkejut, di dalamnya ada obat demam yang biasa rafa pakai kalau sedang sakit.
ternyata, hega masih hafal baik tentangnya