Sedihnya malam ini.

Pada akhirnya shotaro hanya bisa mengikuti arahan dari sungchan, entah apa resiko yang akan ia dapatkan nanti, sungchan sudah berjanji akan selalu membuatnya aman.

Mobil mereka terhenti di sebuah pantai yang letaknya sudah jelas sangat jauh dari jangkauan orang tua alpha itu, tempat ini sungchan yang arahkan dan sepertinya alpha itu sudah sering sekali kemari. Pantai yang sangat sepi dan gelap itu hanya bising akan ombak dan angin yang berhembus saja.

“lo cari masalah apa lagi?” shotaro memulai pembicaraan, yang ditanya hanya berdecak kesal sambil memijat keningnya yang lumayan pening.

“chenle—”

“berhenti terus terusan bela omega itu, lo cuman buang-buang waktu!” shotaro berbicara ketus dengan deru nafas yang tidak karuan dan juga jelas sekali terlihat bahwa pelupuk mata Beta itu mendadak memerah, amarahnya sednag berada di puncak.

sungchan mengernyitkan salah satu alisnya, terlihat bingung dengan perkataan shotaro, “maksud lo? ayah gue bilang kalau chenle itu cuman dimanfaatin, perjodohan kita ini cuman untuk kepentingan dia aja—”

“kalau emang gitu lo bisa langsung tolak perjodohan kalian dan boom, masalah selesai kan? ayah lo gagal nyakitin chenle dan chenle bakalan hidup tenang, aman dan damai sama alphanya dan lo bahkan bisa memulai hidup baru yang lebih baik tanpa orangtua lo atau omega itu...

... apa lo nggak pernah berfikir semudah itu???”

“gue nggak bakalan lepasin chenle untuk jisung”

“kenapa?! lo bilang itu rencana jahat ayah buat jodohin lo sama chenle, kalau gitu bukannya lebih baik dia sama jisung aja???”

“gue nggak bisa lepasin chenle gitu aja, gue nggak bisa, dia omega gue”

“dia udah punya mate sungchan dan lo tau itu!”

“dan itu gue” sungchan masih bersikeras, menolak fakta yang sebenarnya memang ada di depannya. Hal itu membuat shotaro berteriak frustasi, apa efek jatuh cinta sekarang menyerang akal sehat manusia?

shotaro berkali-kali memukul setir di depannya, berteriak menggila sebelum akhirnya menunjuk alpha di depannya itu dengan lancang “berhenti jadi tolol deh anjing. Lo mau sampe kapan kayak gini? mau sampe kapan gue tanya? sadar nggak kalau lo nyakitin omega itu juga” suara shotaro terdengar menggebu, terdapat siratan emosi di dalam setiap penekanan nada bicaranya. Kentara sekali kalau sudah muak dengan semuanya. Ia lelah sekali menasehati seorang alpha yang pada akhirnya ucapannya hanya akan dianggap angin lalu. Alpha dan egonya merupakan hal yang paling shotaro benci.

sungchan yang mendengarnya mendadak terdiam tanpa ingin melakukan pembelaan atau yang lainnya, ia kehilangan kata-kata untuk menepis fakta itu bahwa dirinya sendiri lah pelakunya. Dalang dari semua kesengsaraan omega itu.

apa sungchan sadar hari ini? apa ini akhirnya?

sudah beta itu katakan, ego dari seorang alpha itu salah satu hal yang menyebalkan!

“gue bisa perbaiki semuanya, gue bisa minta maaf dan mungkin mempercepat pernikahan ini kan? mungkin dengan cara itu juga gue bisa lebih mudah buat benteng perlindungan untuk chenle, gimana menurut lo?”

rencana yang dikatakan sungchan adalah hal paling bodoh yang pernah shotaro dengar, rencana tanpa pondasi itu seakan menggelitik perut shotaro yang mengundang tawa cukup kencang di mobil itu. Beta itu memilih keluar dari mobil dan tertawa kencang, berteriak ke arah pantai yang sunyi itu, bahkan kalau kalian bayangkan, beta itu seperti orang bodoh yang kehilangan akal sehatnya namun kalau kalian di posisi shotaro, kalian akan mengetahui siapa yang paling bodoh saat itu.

sungchan keluar menyusul, angin sontak menerpa seluruh bagian tubuhnya yang membuat semuanya makin berantakan.

“heh lo gila ya?”

“rencana lo yang gila, anjing! lo pikir di dunia ini semua tentang lo doang? kok bisa lo pikir dengan minta maaf bisa memperbaiki semua masalah yang udah lo lakuin sejauh ini? kenapa bisa segampang itu? gue ingetin, lo hampir buat omega itu kehilangan anaknya!”

“lo mau ngelak lagi? semua orang tau termasuk chenle chan! lo... semua kekacauan ini salah lo dari awal”

“kalau aja lo nyerah dari awal semuanya nggak bakal serumit ini, apa... apa yang lo mau dari mereka?”

Alpha itu menunduk, pelupuk matanya sudah banjir akan air mata, memikirkan berkali-kali apa semua cerita rumit ini ia lah penyebabnya? Sungchan menahan sesak dadanya, ia jatuh dengan lutut menjadi tumpuannya. Tubuhnya melemas, ia lelah.

“gue minta maaf... maaf... gue nggak bermaksud gue, maaf...” berkali-kali sungchan katakan maaf entah untuk siapa dan apa, shotaro tidak mengerti

“gue cuman mau dicintai, apa gue nggak pantas buat itu? kenapa semua orang yang gue harapin selalu... bukan jawabannya

sementara shotaro yang memang mengetahui hampir 90% kehidupan sungchan hanya bisa terdiam, mereka bersama sudah dari kecil dan beta itu sudah jelas tahu bagaimana sebenarnya orang tua alpha itu memperlakukan anaknya.

tidak bisa disebut orang tua.

shotaro mendekat ke arah sungchan dan ia bisa liat raut wajah yang lebih berantakan darinya. Remang lampu mobil mereka hanya menjadi cahaya satu-satunya yang memperlihatkan bagaimana mereka saling menghancurkan diri dengan perasaan mereka sendiri.

nyatanya, perasaan ini bukan hanya sekedar khawatir namun takut kehilangan. Shotaro yakin perasaannya sudah mengalah kala itu namun ternyata sisanya belum siap itu merela. Alpha itu membuatnya hancur padahal seharusnya ia tidak usah ikut campur urusan ini.

“cinta harusnya nggak semenyakitkan ini chan, lo emang nggak pantes dapet semua rasa sakit ini”

dekap itu ia rasakan, hangat sekali. Sungchan menangis tepat di bahu shotaro, memberikan segala beban di hatinya untuk dibagi. Ia sedang jatuh cinta, pada kebanyakan teori rasanya akan menyenangkan namun yang ia rasakan hanya sebuah kesedihan dan rasa bersalah. Mungkin memang benar ini bukan cinta.

“sakit bunda”

Bagaimana sisi kecil alpha itu merengek meminta pertolongan.