Malam pesta megah di lobby.
Pesta yang meriah. Lampu kelap kelip sana sini, minuman cocktail dan mocktail khas bar restauran tersedia di beberapa meja, puluhan orang berdansa sesuai irama musik, lobby itu penuh kegirangan.
Jisung selaku penanggung jawab, ia berdiri di depan meja bar yang menyediakan deretan minuman dengan alkohol tinggi. Jisung menyukai alkohol sejak umurnya baru menginjak delapan belas tahun. Ia menyukai sensasi memabukkan dari itu, sensasi yang membuat sejenak merasa bahagia, melupakan semua masalah yang mendera.
Beberapa orang menyapanya, jisung tersenyum sembari meminum alkohol pilihannya. Sampai sungchan— Sang pemilik restauran sekaligus hotel ini menghampirinya dengan senyum tak kalah lebar.
“widih bro, keren amat, gue seneng banget. Emang ga salah gue milih lo” seru sungchan. Ia tidak bohong mengatakan bahwa pesta yang megah ini sangat amat menganggumkan, layak mendapatkan seratus bintang atau penaikan gaji pokok.
“santai lah, kecil buat gue”
“songong amat”
“sesuai perjanjian bos”
Sungchan berdecak pelan sambil menoyor kepala belakang jisung, ia tau arah pembicaran ini. “iya gue naikin aelah!”
Jisung menunjukkan senyumannya dengan deretan gigi putih nan rapinya.
“by the way lo harus ketemu bokap gue jis, bokap gue harus tau karyawan terbaik tahun ini”
“oh iya? gue juga harus ketemu sih siapa tau dikasi duit”
Sungchan tertawa renyah. Dipikiran jisung hanya tentang uang, uang, dan uang. Saat ditanya alasannya, jisung selalu menjawab ada tanggung jawab yang harus gue penuhi, ungkap alpha itu.
Jari telunjuk sungchan tertuju pada salah satu keramaian disana. Banyak pria berjas mahal sambil memegang minuman dengan kadar alkohol rendah. Dibawah remang-remang lampu, jisung melihat salah satu pria paruh baya ditengah kerumunan itu. Sungchan menunjuknya.
“itu bokap gue” kata sungchan dengan senyum bangganya.
Rasanya memang semesta sedang bermain-main perihal masa lalunya
Chenle sedang sibuk di dapur, ia sedang mencoba membuat makanan kesukaannya sendiri, apalagi kalau bukan sushi. Dengan apron yang terpasang apik di tubuhnya dan juga handphone yang bertengger di meja dapur tempatnya membuat kekacauan.
Dapur kacau dibuatnya. Ia hanya mencoba belajar membuat masakan sendiri agar jisung tidak selalu ia repotkan. Chenle membuatnya dengan susah payah, sushi dengan judul “avocado salmon sushi roll” yang ia temukan resepnya di handphonenya.
“akhirnya jadi!!!” ia berseru senang, bertepatan dengan suara gebrakan pintu yang sangat kencang di depan.
Oh itu jisung, iya, itu alphanya.
Alpha itu berjalan gontai kesana kemari, pakaiannya berantakan serta rambutnya acak-acakan. Wajahnya sembab khas orang menangis, ia meracau tidak jelas. Ada apa dengan pestanya?
Chenle menghampirinya. Tubuh kecil itu sudah berdiri di depan si bongsor. Alpha itu tertawa cekikikan menatap chenle dengan mata berwarna merah terangnya, sepertinya sisi alphanya mengambil alih tubuhnya. Ada apa dengan pestanya?
“jisung?” chenle memanggil, lalu seketika tubuh itu ambruk di atasnya— mendekapnya erat lalu membenamkan wajahnya di ceruk leher sang omega. Feromon maskulin jisung menerpa penciumannya, sangat kuat. Aura yang dikeluarkan bukan lagi nyaman tapi mencekik.
Ada apa dengan pestanya?
“jisung, jisung lo kenapa?” tanya sang omega hanya dijawab tawaan dan racauan tidak jelas.
“gue sayang banget sama lo! gue sayang sayang sayang banget sama lo sampe rasanya gue gila” ucap sang alpha lalu tawaan kencang menguar memenuhi isi rumah. Chenle terdiam lalu semburat merah mewarnai pipi gembilnya. Jisung mengungkapkan semuanya? secepat ini? apa ini akhirnya. Chenle tidak pernah percaya mimpi jadi apakah ia bermimpi?
Chenle senang, ia membalas dekapan alphanya, namun tiba-tiba jisung melepaskan peluknya lalu mendorong chenle pelan. Tatapannya berubah menajam dengan warna merah yang pekat, terlihat mengerikan.
“itu kan yang mau lo denger?” ucapnya sarkas dengan seringaian.
Chenle terdiam, harapannya pupus, apa maksud pertanyaan itu. Omega itu mematung sambil menatap jisung dengan air mata yang memenuhi pelupuk matanya, ia bungkam.
“lo pikir gue sayang sama lo? lo pikir gitu? Bego!” jisung tertawa keras, mengejek chenle yang patah mendengarnya. “setelah lo hancurin hidup gue, setelah semua kesalahan tertuju ke gue, lo menuntut banyak hal termasuk rasa sayang sama cinta? Pikir!”
“lo ga berhak, lo ga berhak anjing! Lo hancurin hidup gue, lo hancurin semuanya!”
Jisung terduduk di bawahnya, raungan tangisannya terdengar pilu. Chenle sudah hancur makin hancur mendengarnya, ia masih bingung apa maksud jisung, ia yakin jisung hanya meracau ngawur. Tapi kenapa dirinya yang ditunjuk?
“lo kenapa?” chenle bertanya, tangis jisung terdiam.
bagaimana pestanya?
“Laki-laki brengsek, bajingan! Orang yang gak bakalan sudi gue panggil ayah”
pestanya hancur sehancur hatinya melihat bahagianya orang yang membuat dirinya hidup tak karuan
Chenle terdiam lagi, ia enggan bertanya ini itu mengingat jisung sedang dalam pengaruh alkohol dan sisi alphanya. Yang pasti yang ia tau, makian itu bukan tertuju padanya. Ia lega sejenak. Tubuhnya ia bawa menyesejajarkan dengan jisung, alphanya sedang hancur dengan masa lalu yang masih mencekiknya.
Chenle mendekap jisung erat. Sama seperti awal. Jisung menangis lagi kali ini makin pilu, ia sudah buang masa lalu sialan itu, tapi semesta selalu ada-ada saja.
“gapapa, nangis aja” ucap chenle bergetar juga karena ingin menangis tapi ia berusaha menangkan, tanpa sadar juga feromon chenle dengan bau menenangkan juga keluar, aura yang dikeluarkan omega itu nyaman.
Jisung pulang walau ia tidak tau besok akan jadi seperti apa. Ia pulang.