Malam menghantarkan jiwa-jiwa lelah untuk beristirahat, termasuk jisung yang sudah mendengkur dikasurnya dengan chenle disampingnya mengusap pelan surainya.

Mata yang menangis itu sudah tertutup sedari tadi, ia lelah makanya berhenti, tidak ada pelampiasan makanya ia terhenti. Chenle mengundur waktu untuk makan makanan yang tadi dibuatnya, makanan itu jadi di taruh ke kulkas.

Chenle menatap jisung lamat, alphanya itu tenang, berbeda dengan beberapa jam yang lalu saat jisung menangis sambil memukul dan menarik rambutnya sendiri. Berarti benar-benar menyakitkan

“lo kenapa sih?” chenle bermonolog, perasaannya sensitif jadi ia menangis dalam diam. “lo kenapa kayak gitu anjing? lo ga mikirin jiel ya?”

Chenle menangis seperti seorang anak yang melihat ayahnya terluka. Iya, itu jiel. Namun chenle yang mewakilkan.