Luruh semua tangis dan penyesalan
sesampainya dirumah sakit ia segera berlari menuju ruang periksa yg diberitau oleh jaemin, beruntungnya lorong itu sepi tanpa ada renjun dan amukannya.
Dari luar ia bisa lihat chenle yg menangis sambil ditenangi oleh seorang dokter disana, tubuh jisung mulai menegang, pikirannya sudah kemana-kemana, soal kehilangan bahagianya yg baru jangan sampai karena ia belum siap
Chenle semakin menangis tapi berusaha ia hapus semua air mata yg keluar dari pelupuk matanya.
please, jangan sampai kenapa-kenapa ucap jisung dalam hati, jantungnya ribut tak karuan, tangannya juga gemetar. Ia seorang alpha maka ia harus melangkah masuk dengan tegas walaupun khawatir melingkupi seluruh isi dirinya
Pintu terbuka dan semua atensi mengarah kepadanya, dokter tersenyum ke arahnya namun chenle malah memalingkan wajah melihat sang janin dari sebuah tv besar disana sambil sesenggukan. Sementara dokter menyuruhnya mendekat untuk melihat bsyi yg masih berbentuk janin disana
jisung lihat, sama seperti foto yg dikirimkan chenle. Saat itu di tengah lelahnya semua tanggung jawab dan penyesalan, luruh seketika, air mata sang alpha tidak bisa disembunyikan lagi.
itu jiel kan? Angan-angan dua hari yg lalu menjadi cerita penghantar tidur? iya itu jiel, dia hidup di dalam chenle
“pak, ini si janin, lihat dia baru aja tumbuh dan baik-baik saja. Untung tadi secepatnya dibawa kesini, kalau tidak bisa bahaya walaupun cuman sakit perut biasa tadi” kata dokter dan jisung mengiyakan sambil menahan isak tangisnya.
“tapi karena omeganya masih muda dan kandungannya masih rentan, tolong makan dan pola hidupnya di atur ya... Takutnya malah terjadi apa-apa karena ini masih baru” sambung dokter dan lagi-lagi jisung mengangguk mengiyakan
Jisung menunduk, ia meremat kasur rumah sakit yg ditiduri chenle. Isakannya mulai terdengar, antara pilu dan bahagia, terdengar sama di pendengaran chenle. Untuk pertama kalinya, ia dengar alphanya menangis hanya karena penyesalannya berbuah manis.
“janinnya baik-baik aja kan dok?” jisung bertanya lagi, kini ia beranikan mengenggam tangan chenle dan omeganya itu membalas genggamannya begitu erat, dengan gemetar
sang dokter tersenyum, lalu mengangguk setelahnya “iya baik-baik saja, kalian masih muda ya... Tolong dijaga baik-baik juga ya, jangan sampai menyesal”
jangan menyesal, katanya
Jisung menangis, chenle pun begitu. Alphanya berucap maaf beribu kali disana, semua tangis membanjiri pelupuk mata. Jisung beralih memeluk tubuh chenle, dia menangis disana, dan jisung tak lupa ucap maaf untuknya dan untuk semua waktu yg dihabiskannya menunggu
Pelukan jisung lepas, ia gumamkan kata“maaf.. maaf, gue minta maaf” jisung tangkup tangan chenle di genggamannya lalu membawanya ke dahinya. Dokter disana hanya menepuk pundak jisung agar setidaknys diberi kekuatan untuk alpha itu memikul tanggung jawab lebih besar setelah ini.
“brengsek” gumam chenle dalam hati, ditengah tangisannya, ditengah patah hatinya, omega itu harus memikirkan banyak hal setelah ini.