“lo kok dianter pulang malah ngambek sih, le?” kata aji, sementara yang ditanya hanya diam saja sambil membuka sepatu sekolahnya untuk ditaruh di depan pintu rumahnya.
“ale, jawab dong” aji masih berusaha membujuk tapi ale tetap mengabaikannya, sampai ia berinisiatif untuk turun dari sepedanya lalu menghampiri laki-laki manis itu yang melengos masuk bahkan tanpa senyum dan ucapan terima kasih seperti biasa.
“ck! Kamu itu selalu begini, aku gak suka kamu kayak gini tau gak!” ale berdecak kesal, kini wajah manisnya memang sedang menunjukkan kesal.
“gimana apanya ale? gue kan cuman nganter lo pulang, salah?”
“salah!”
Loh kok?
“kamu itu jangan selalu mentingin aku, karena aku gak suka!”
“kenapa... maksudnya kenapa gak suka ale? gue niatnya baik loh”
Ale memegang kedua pundak aji lalu menepuknya agak keras beberapa kali, “aku temen kamu ajiii, aku gak mau jadi beban kamu terus. Berat kan? kamu bisa bilang enggak ke aku dan aku bakalan ngertiin itu”