“Lo daritadi diem aja, ga seneng ya sama makanannya?”
Jisung bertanya. Mereka berdua sedang berada di dalam mobil yang masih terparkir di parkiran restauran. Lumayan sepi, jadi mereka leluasa ingin berdiam diri lebih lama lagi.
Chenle menoleh, ia sedikit terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan sang alpha, pasalnya barusan ia mengira bahwa jisung tidak akan mengetahui gundah yang dirasanya mengingat alpha itu senang-senang saja menimmati hidangannya.
“eng-enggak... enak kok tadi” jawab chenle.
“terus kenapa diem daritadi?”
“lah? emang biasanya gimana?”
“banyak bacotnya”
Chenle memejamkan matanya, menarik nafas panjang sambil mengusap pelan perutnya yang kemarin baru saja memasuki bulan keenam. Kandungannya sudah besar dan jiel makin aktif bergerak di dalam sana. Chenle harus bisa mengatur emosinya.
“males, lagi banyak pikiran” ucap chenle, ia enggan menatap ke arah alphanya. Ia bawa pandangannya keluar jendela, menumpu kepalanya dengan tangan kirinya.
Jisung menghela nafas, padahal sebenarnya hatinya sedang senang hari ini tapi kenapa omeganya tidak, ia juga berekspetasi soal chenle yang akan excited dibawanya kesini. Dengan perasaan campur aduk jisung hidupkan mobilnya lalu berjalan keluar parkiran.
Hening. Suasana hening di mobil, tidak ada percakapan apapun dan tidak ada yang berusaha membuka topik pembicaraan. Mereka yang di dalam mobil sibuk dengan acara dipikiran masing-masing. Jisung sibuk dengan menyetir dan chenle dengan mengusap terus menerus perutnya.
Chenle menegang. Ia rasa mobil ini semakin membawa mereka jauh dari rumah, karena jalan saja sudah beda arah dari biasanya.
“Jisung, mau kemana? Rumah lo udah lewat”
Jisung tersenyum, ia membawa mobilnya terus melaju sampai ke arah pusat kota. Chenle mengedarkan pandangannya dan matanya berbinar melihat malam pusat kota yang terang. Lampu-lampu gedung menghiasi setiap jalan, orang-orang berjalan kesana kemari. Chenle melihat ke depan, ke arah jisung membawa mobilnya.
Itu taman kota yang dipenuhi anak-anak kecil sedang bermain.
“ngapain bego?”
“biar lo ga banyak pikiran” ucap jisung saat berhasil memakirkan mobilnya, ia keluar terlebih dahulu sementara chenle masih saja cengo, ia bingung dengan apa yang diucap jisung. Sampai alphanya itu tiba-tiba membuka pintu bagiannya, ia merentangkan tangan. “keluar sini, ayo belanja. Tenang, gue yang traktir”
Apa kata chenle diawal memang benar, kan. Omega itu berkali-kali dibuat patah dengan ketidakyakinan tapi disatu sisi chenle tidak memungkiri akan semakin jatuh cinta dengan jisung. Hal-hal kecil yang alpha itu lakukan selalu berharga untuk disimpannya di memori.
Chenle mengangguk, sejenak ia berhasil lupa soal waktu. Ia meraih tangan jisung dan alpha itu mengaitkannya dengan tangannya. Erat namun tidak menyakitkan.
“hati-hati ada jiel”
“iyaa iya”
Jisung itu pintar menuai harapan kosong.