Lelah...
Malam ini menjadi malam yang akan cepat berlalu. Kalau biasanya ia akan terjaga sampai pagi, tapi hari ini dengan gampangnya malam menjemput jiwanya untuk bermuara di alam mimpi.
Matanya terbuka perlahan, cahaya terang matahari menusuk pengheliatannya. Berkali mengerjap berkali juga samar tempatnya terlihat. Bukan kamar yang awal ia pakai tidur tapi sebuah halaman kecil dengan banyak bunga bermekaran disana. Jisung menatap sekitar mencoba mengumpulkan memori ingatan tentang tempat yang tak terasa asing ini
“jisung?”
Suara manis itu menyapa pendengarannya, ia kenal suara itu. Bertahun-tahun lama ia tidak mendengarnya tapi sekarang ia mendengarnya lagi. Ia menoleh dan menatap terkejut dengan sosok di depannya ini.
Ini pasti mimpi, kan?
“bunda?”
“wah, sudah setinggi ini ya kamu” wanita paruh baya itu tersenyum, sambil mengusap pelan bahu jisung sampai alpha itu tak sadar kalau ia menangis. “baik-baik aja kan tanpa bunda?”
Jisung menggeleng sambil mengusap kasar wajahnya, “gak ada yang pernah baik kalau bunda pergi”
Bunda hanya tersenyum, “harusnya ada satu diantaranya, capek ya nak?”
Kali ini jisung mengangguk pelan lalu perlahan ia beranikan diri menatap wajah bunda yabg menatapnya iba, “capek bunda”
“maaf ya nak... Kamu anak bunda yang paling hebat!” bunda memegang erat kedua tangan jisung lalu menaruhnya tepat di depan dada alpha itu.
“jisung boleh ikut bunda sekarang?”
“nanti ya sayang...”
“sekarang ya bunda, jisung capek—”
“nanti ada waktunya ya? Berjuang sedikit lebih lama lagi”
“sekarang aja ya bunda, please, jisung kangen dipeluk bunda”
Bunda menggelengkan kepalanya pelan, ia melepaskan genggamannya pada jisung lalu berjalan pelan menjauh, ke arah cahaya yang jisung sendiri tak bisa melihatnya dengan jelas. Terlalu silau dan berisik. Seseorang memanggilnya terus menerus.
Jisung
Jangan takut lagi sayang...
Ji, bangun
“jisung! Bangun goblok, lo mau mati minum obat tidur sebanyak itu” jeno mencoba menggoyangkan tubuhnya yang lemah, tidurnya kali ini melelahkan ya.
“renjun! Telpon dokter renjun cepet!” suara panik itu keluar dari jaemin yang mendesak renjun yang gemetar.
“bawa aja ke rumah sakit, udah ga ada waktu!” renjun berteriak dengan nada gemetar.
Semua berisik. Jisung mengerjap, mencerna apa yang terjadi di kamarnya saat ini. Samar-samar pandangannya, tepat dibawah lantai satu botol obat tidur berserakan tiga buah pil lalu setelahnya ia tertawa kecil. Sebelum tidur tadi, ia yakin melihat obat itu masih dua puluh lima buah pil. Jadi tadi ia benar ingin ikut bunda ya?
Pantas saja malam ini menjadi sangat amat melelahkan, ternyata ia nyaris mati
“renjun, bilang gue gapapa” ucap jisung yang mengundang pasang mata disana melihatnya, namun tak lama setelahnya gelap yang dilihatnya. Entah tidur atau hanya sekedar pingsan atau mati?