“kita udahan aja ya, bel?”

“segampang itu?”

“ya, mau gimana pun juga akhirnya ga bakalan bisa selamanya? Memang mau sampai kapan buang-buang waktu?” begitu kata Aji

Malamnya selesai hari ini, semuanya selesai disini. Di tempat cintanya bersembunyi, perasaannya sekaligus mati. Semuanya diakhiri dengan satu kalimat, dunianya runtuh bak kiamat.

Beberapa kali mengerjap, abel kira ia akan bangun dari mimpi buruk ini ternyata malah air mata yang keluar. Ia masih berharap aji berbohong seperti tipuan anak kecil yang sering ia ucapkan kala mereka bergurau.

Ternyata tatapannya tampak nyata dan datar. Abel dibuat bungkam seribu bahasa, tidak ada penolakan apalagi sanggahan. Aji membuat pernyataannya mutlak

memang mau buang waktu sampai kapan?

Malam kota bandung dengan udara yang tidak manusiawi, hubungan terlarangnya usai, di kota yang katanya dibuat saat Tuhan sedang tersenyum itu patah hatinya terbentuk. Kota bandung membuatnya mengerti, tak seharusnya bertahan pada sesuatu yang sudah mati dari lama

“ya... Kita sudah lama membuang waktu percuma”