Jisung menaruh kasar handphonenya di nakas samping kasurnya, Berkali-kali mengusap wajahnya yang gusar. Hari ini entah kenapa masalah datang terus menerus tanpa diundang. Alpha itu menghela nafas berkali-kali tapi tetap saja rasanya masih sama sesaknya, perpisahan kemarin sama sekali tidak bisa lepas dari ingatannya barang semenit saja.
Ya, siapa juga yang bisa melupakan sebuah perpisahan secepat itu?
Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka, kepala jaemin terlihat disana. Ia tak mengindahkan, memilih membelakangi jaemin ketimbang menyambutnya. Ia terlalu malas berdebat soal chenle yang pergi kemarin, ia sedang tidak dalam kondisi yang baik untuk disalahkan. Jaemin selalu terlihat membela chenle hanya karena alpha itu takut kalau jisung sama sialannya seperti ayahnya walaupun ia juga tau soal jisung yang membenci ayahnya.
“makan lo?”
“nanti aja, belum laper”
Jaemin terdiam, jisung juga enggan menoleh. Sampai tubuh abangnya itu duduk di pinggiran kasurnya. Menepuk pelan bahunya yang lelah memikul banyak beban selama bertahun-tahun. Jaemin tau soal luka dan derita adiknya ini, hanya saja jisung jarang ingin memperlihatkan sisi lemahnya.
“lo udah mau jadi papa masih aja kelakuannya kayak bocah” ucap jaemin dengan tawaan kecil, ia terus menerus menepuk bahu jisung.
”... Trauma lo masih ya ji?”
Jisung masih enggan menoleh apalagi menjawab. Topik pembicaraannya terlalu mencekiknya dalam rasa sakit dan sesak lagi.
“hidup ga adil ya buat lo ji? Kasian adek gue ini, capek ya? Istirahat dulu ya jagoan tapi harus makan dulu” ucap jaemin. Nada alpha itu memelan. Ditambah usapan lembut dari tangan besarnya, jisung seperti balik ke masa-masa kecilnya yang selalu berlindung di tubuh besar jaemin tapi sekarang bahkan tubuhnya lebih besar dari jaemin.
Waktu menjadi dewasa itu cepat, ya?
“apaan sih? Lo kayak giniin bocah” jisung akhirnya menjawab, nadnaya serak khas orang menangis.
“ya bodoamat, mau lo nanti punya anak lo tetap jadi adek kecil gue”
Suasana menghangat saat tawa kecil datang dari jisung. Alpha itu bangun dari tidurnya lalu menoleh ke arah jaemin, ia tersenyum kecil sebelum mengusap air matanya yang jatuh berkali-kali. Jisung rindu semua hal yang ia lewatkan begitu saja tanpa bersyukur hal itu hadir dalam hidupnya.
“lo tau bang, terkadang... Trauma seseorang bisa membunuh orang itu sendiri”
”... Gue buat semua hal jadi kacau dan rumit untuk melindungi diri. Apa gue terlalu egois?” ucap jisung pelan lalu meninggalkan jaemin yang masih duduk dalam diam saat mendengar kata-kata itu keluar dari mulut adik kesayangannya.
Hal-hal menyakitkan apa yang dilalui jisung selama ini?