“na... naresss” kepala juna sontak mendongak ke belakang saat merasakan nikmat di area sensitifnya. Nares— pelaku utama yang menyebabkan juna sedari tadi menahan sekuat tenaga desahan demi desahan agar tetangga kost tidak memiliki bahan hibah di esok hari, dengan tatapan yang sudah sayu juga peluh disekitar dahi, tangan mungil juna terus menerus menarik rambut nares guna melampiaskan rasa nikmat yang mendera vaginanya yang asik dijilat-jilat oleh nares.
“enak? enak dijilat jilat memeknya?”
juna enggan bersuara tapi anggukan kepala sudah cukup menjadi jawaban untuk nares.
nares terkekeh kecil, sebelum akhirnya memposisikan kepala penisnya di depan vagina juna yang menganga dan berkedut siap melahap habis penis besar nares.
“memek lu basah, basah banget, lu keluar banyak cuman karena jari sama lidah gue. Gue suka, gue suka liatnya Juna”