Hari ini kelas sedang ditiadakan karena kebetulan dosen yang biasa mengajar sedang mengambil cuti selama seminggu, chenle membuka jendela kamar kostnya selebar mungkin, membiarkan udara pagi yang terasa makin sejuk menyapa setiap inci kulitnya, ia tersenyum senang karena pada akhirnya ia mendapatkan ketenangan sejenak dari rutinitas setiap harinya. Banyak rencana yang ingin ia kerjakan hari ini, seperti bersih-bersih atau makan diluar atau mungkin jalan-jalan sendiri mengingat hari esok ia sudah harus memulai rutinitasnya kembali.
“sarapan apa hari ini enaknya?” monolognya di depan jendelanya, sampai suara ketukan di depan kamar kosnya terdengar, chenle mengernyitkan alisnya sebentar sebelum akhirnya berjalan untuk membuka pintunya.
saat dibuka, pemandangan pertama yang ia lihat adalah sosok laki-laki jangkung dengan setelan kaos dan celana pendek, tidak terlihat biasa saja mengingat merk yang tertera disana cukup terkenal, laki-laki itu memberikan senyuman yang lebar sambil mengangkat tas plastik yang ia bawa, “pagi sayang, belum sarapan kan? aku bawain nih” katanya
chenle terdiam cukup lama, ia menatap laki-laki itu dari bawah ke atas sambil mencoba berfikir sesuatu.
oh! gue lupa gue punya pacar sekarang
“jisung? kok nggak bilang mau kesini?” chenle gelagapan, ia menggaruk lengannya yang sebenarnya tidak gatal juga, ia gugup setengah mati.
jisung ini pacarnya sekarang?
jisung— laki-laki yang ternyata adalah pacarnya sendiri hanya terkekeh kecil lalu melenggang masuk tanpa harus meminta persetujuan dari si pemilik kamar, “kenapa harus?”
“yaaaa.....” setelah menutup pintu kamar kosnya, chenle menyusul jisung yang sedang merebahkan diri di kasurnya yang agak berantakan— belum sempat ia bersihkan tadi, kan baru rencana.
“lupa ya kalau kita udah pacaran sekarang?” jisung berbisik tepat disamping telinganya saat ia mengambil duduk di bawah kasurnya.
chenle menegang, ia berdehem kecil lalu menunjukkan senyum sampai matanya juga ikut menyipit, pipinya mulai membentuk cekungan kecil seperti kumis kucing. Gemas, jisung selalu dibuat gemas dengan senyum itu.
“hehehe”
“hahaha... lucu banget sih” jisung menarik tangan chenle cukup keras agar empunya ikut naik ke atas kasurnya sendiri, dengan gerakan cepat jisung dekap erat tubuh yang meronta duluan minta dilepaskan.
“lepas ah, mau makan!” teriak chenle namun pacarnya itu malah mendekapnya makin erat.
Salah satu sifat yang baru-baru ini diketahui chenle setelah berpacaran dengan temannya ini selama hampir sebulan adalah jisung itu sebenarnya keras kepala, lebih daripada dirinya. Jadi chenle harus menggunakan tenaga ekstra saat dimana ia beradu argumen dengan jisung.
ngomong-ngomong soal pelukan tadi, jisung mulai merenggangkan pelukannya sedikit hanya untuk melihat chenle, sepintas ide gila muncul di kepalanya, ia tersenyum jahil lalu mendekati wajah chenle dengan senyum jail, “ciuman dulu baru dilepas” katanya picik, ia menggunakan kesempatan dengan baik
ya, kalian pasti udah bisa nebak wajah chenle jadi semerah apa? warna tomat matang. Wajah terkejutnya jadi semerah tomat dan jisung menyadari jelas hal itu.
“ogah, minggir nggak?!”
“nggak mau, cium dulu coba”
“jisung, minggir”
“nggak mau”
chenle menyerah, ia sedikit kesal jadi ia memilih membiarkan jisung mendekapnya makin erat. Sebenarnya tidak masalah juga kalau harus pelukan dengan jisung seharian hanya saja ia masih perlu belajar mengatur detak jantungnya yang berdebar tak karuan. Karena sekarang dadanya sangat berisik di dalam sana.
“kok diem?”
chenle hanya bisa menggelengkan kepalanya kecil dan memilih membalas pelukan sang pacar tak kalah erat. Kelakuannya membuat jisung tersenyum kecil lalu tangan besarnya memberi usapan kecil di rambut belakang chenle.
ada kurang lebih 30 menit mereka berpelukan namun yang tak ingin lepas sekarang malah chenle, ia mulai merasa nyaman dengan wangi tubuh jisung, postur tubuh yang bagus apalagi bagian dada yang lebar membuat chenle ingin mendusal terus menerus disana. Jisung definisi laki-laki nyaris sempurna bagi chenle, tak jarang ia merasa tidak pantas tapi tidak jarang juga ia menyombongkan diri kepada semua orang.
“kamu nggak laper?” chenle bertanya dengan menggumam kecil, jisung yang mendengarnya segera mengalihkan atensinya dari handphonenya ke pacarnya itu.
“laper”
“tapi aku nggak mau dilepas pelukannya”
jisung hanya mengangguk paham. Chenle itu sebenarnya manja hanya saja tertutup gengsi yang besar dan sifat yang selalu ingin mendominasi semua hal padahal ia hanya butuh sekedar afeksi. Jisung baru tau setelah berpacaran dengannya dan laki-laki itu sadar kalau ia menyukai sifat pacarnya yang satu ini.
“kalau gitu, aku makan kamu aja ya. Boleh?”
chenle mencengkram erat kaos belakang jisung, ia kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan itu.
sementara jisung dengan tiba-tiba mendorong kecil tubuh chenle sampai laki-laki yang lebih mungil darinya itu merebahkan diri dengan posisi jisung yang mengukungnya diatas.
“boleh?” tanya jisung sekali lagi, suaranya mendadak merendah, mereka baru pertama kali saling bersitatap sebegini dekat dan intimnya, atau mungkin hanya chenle yang baru pertama kali rasakan ini karena jisung tidak terlihat gugup sama sekali berbanding terbalik dengannya.
dari bawah sini, chenle bisa lihat jelas wajah pacarnya yang errr... sexy mungkin? karena astaga Ya Tuhan... jisung bisa terlihat tampan sekali dari sini. Rambutnya yang agak panjang jatuh saat menatapnya, menutup sebagian wajahnya seperti poni tapi tidak menghalangi pandangannya. Senyum yang sengaja ia ukir tipis agak miring lalu leher dan rahang yang menegas menambah kesan sempurna pada diri pacarnya.
terlalu berlebihan mungkin tapi chenle mulai bersyukur saat itu tanpa pikir panjang menerima jisung menjadi pacarnya.
Balik ke keadaan sebelumnya, tangan jisung mulai merambat naik mengelus pinggang chenle yang kaosnya sedikit terbuka tanpa melepas pandangannya dengan wajah chenle yang matanya sedikit menyayu. Sementara chenle, sedikit bergetar saat bagian sensitifnya tersentuh percuma, biasanya ia akan memukul siapapun yang berani memegang area pinggangnya tapi untuk kali ini ia hanya akan merasakannya mungkin menikmatinya.
“suka ya dipeluk?” jisung mendekat ke arah ceruk leher chenle yang wanginya jadi candu barunya, membuatnya nyaman. Chenle memejamkan matanya saat merasakan kecupan kecil disekitar lehernya.
Dua titik sensitifnya terjamah jisung tapi tubuhnya tidak bisa menolak seperti biasa.
“ah iya suka... harum, kamu harum aku suka jisung” jawaban chenle membuat jisung tersenyum dan makin semangat mengerjai tubuh chenle.
tangan yang semula berada di pinggang chenle, mulai berani perlahan membuka kaos si mungil setengah badan, membiarkan kaos itu hanya berada di leher chenle saja dan bagian tubuh lainnya terekspos secara percuma, mata jisung berbinar sempurna saat melihat tubuh polos dan mulus milik pacarnya itu dengan kedua putingnya yang mencuat, berwarna merah.
telapak tangan besarnya ia bawa untuk menyentuh kedua puting yang sepertinya sudah sangat sensitif, terlihat dari hanya memegangnya saja, tubuh chenle bergetar dan empunya mengerang kecil.
“ah! jisung...” chenle memegang pergelangan tangan jisung, niatnya ingin meminta pacarnya itu berhenti namun yang dilakukan malah sebaliknya, kini jari telunjuk dan jempol jisung yang mulai mencubit pelan kedua putingnya.
“enak? enak ga diginiin sayang? kamu pasti baru pertama kali ngerasain ini kan?”
chenle tidak menjawab apapun karena jawabannya sendiri pun mendadak hilang di kepalanya, jisung benar, ini pertama kali baginya. Selama pacaran dengan mantan-mantan sebelum akhirnya berpacaran dengan jisung, paling jauh dengan mereka sekedar berciuman kalau untuk selebihnya chenle tidak pernah ingin melakukannya. Tapi untuk jisung, entah mengapa ia bisa terlena sejauh ini.
“sakit ji”
“masa sih? kalau aku giniin gimana sayang?” jisung merendahkan kepalanya yang kini tepat berada di depan puting kanan si manis, ia mulai menjulurkan lidahnya dan memberi beberapa jilatan disana, memberi kecupan manis di sekitar dada dan perut chenle lalu balik melanjutkan dengan menjilat serta mengecup lagi di area puting chenle, kiri dan kanan secara bergantian.
Benar kata jisung, rasanya enak namun sedikit geli bagi chenle. Membuat chenle tanpa sadar menikmatinya.
“ahhh... ah jisung, jis— jisung” chenle mencengkram erat rambut jisung yang sedang sibuk menyusu padanya. Gerakan lidahnya yang lincah membuat tubuh chenle terangsang dengan mudahnya, pandangan jisung memejam disana seperti menikmati kelakuannya sendiri. Chenle jadi berfikir kalau ini bukanlah suatu hal yang baru bagi jisung, because he do it like a pro-player
jisung menegakkan tubuhnya. Terlihat untaian salivanya dari ujung bibirnya sepertinya memang jisung menikmati acara menyusunya tadi, laki-laki itu sempat tertawa kecil melihat kondisi chenle yang jauh dari kata waras tapi itu terlihat indah dimatanya. Jisung membuka kaosnya sendiri, menampakkan otot lengannya yang bisa dikatakan lumayan besar disana mengingat bagaimana ia sering pergi ke gym setiap dua kali seminggu dan juga lihat perut abs yang terbentuk sempurna itu, membuat bagian bawah chenle mulai menegang dan sedikit nyeri.
“take off all your clothes, babe...”
chenle hanya terdiam, masih mencerna semua kata-kata jisung, di suasana seperti ini memang otaknya jadi sedikit lebih lamban dari biasanya, bahkan membuat jisung memiringkan kepalanya seperti kebingungan. Namun tak lama dari itu, jisung memberi usapan pelan pada pipi pacarnya itu.
“let me see who is the good boy here” bisikan jisung bagai perintah, tanpa banyak bantah chenle lakukan dengan suka rela.
fuck????
kalau chenle bisa jelaskan dengan detail kondisi ia saat ini pasti ceritanya akan menjadi sangat panjang. Tepat ketika akhirnya seluruh pakaian chenle terlepas, jisung dengan kalapnya mendorong tubuh mungil itu agar terbaring kembali, menciumnya dengan tergesa dan terkesan kasar bahkan sempat membuat chenle kewalahan, namun tak lama setelah itu ciuman jisung jatuh tepat di beberapa titik sensitifnya yang membuat penisnya beberapa kali mengeluarkan precum dan pada akhirnya ciuman itu jatuh pada penisnya.
“ahh! ah jis... jisunggggg, angh! udah... aku mau pipis, lepas ahh!!” chenle membanting kepalanya sendiri ke belakang saat jisung ternyata berhasil memasukkan seluruh penisnya ke dalam mulut laki-laki itu. Bukan sesuatu yang susah bagi jisung untuk memanjakan penis milik pacarnya itu, melihat ukurannya yang lebih kecil dari miliknya, gemas sekali, jisung rasanya ingin mempermainkan chenle terus menerus.
namun pada akhirnya jisung melepas kulumannya seperti apa yang pacarnya minta, terlihat jelas untaian saliva dan precum chenle membekas di ujung bibir jisung dan cekatan lidahnya mulai membersihkan dan menelan semuanya habis.
“kenapa minta udahan? kamu belum keluar kan?”
chenle mengerang kecil, pelepasannya padahal sebentar lagi tapi jisung malah menghentikan kegiatannya. Chenle kesal tapi ini juga ia sendiri yang minta
“ah kenapa kamu turutin sih?!” ucap chenle dengan nada merajuk, jisung hanya menaikkan kedua alisnya yang berarti laki-laki itu sedang kebingungan, padahal ia sudah turuti kemauan pacarnya tapi tetap saja kena amuk. Chenle itu gengsinya besar punya pacar yang memiliki tingkat ketidakpekaan yang nyaris 100%
Chenle yang merasa masih butuh sentuhan di bagian bawahnya, jadi ia berinisiatif untuk mengangkat kedua kakinya lalu melebarkannya tepat di depan jisung, ia menjilat jari telunjuknya sendiri sebelum akhirnya memasukkan jarinya itu ke dalam lubangnya sendiri, memainkannya seperti yang biasa ia lakukan.
“ah.. ah..ah gatel banget disini, enak, ahh jisung jisung”
akalnya mungkin sudah hilang entah kemana, ia memanjakan dirinya sendiri di depan pacarnya yang hanya terdiam tanpa berniat melakukan apa-apa. Ia menatap chenle bahkan nyaris tanpa berkedip
Jisung tahan tangan chenle yang semakin brutal mengobrak-abrik lubangnya sendiri mencari kenikmatan, menarik jari itu keluar lalu memberi kecupan di punggung tangan chenle beberapa kali tanpa melepas pandangannya pada sang pacar, “aku bantuin biar makin enak” ucap jisung dengan suaranya yang memberat, kegiatan chenle tadi ia gantikan dengan dua jari yang sebelumnya sudah ia jilat agar sedikit basah, memudahkannya untuk masuk ke dalam lubang sempit chenle, sementara tangan satunya berada di sekitar leher chenle agar empunya tetap mendongak.
jisung menggempur lubang kemerahan itu tanpa ampun dengan dua jari panjangnya, menyodok lubang itu sampai beberapa kali menyentuh prostat si manis.
wajah chenle memerah, matanya beberapa kali memejam karena nikmat bahkan pelepasan pertamanya pun sudah terjadi tetapi jisung masih tetap asik menggempurnya di bawah sana. Tangan yang semula berada di area lehernya kini dengan lancangnya memberi tamparan kecil beberapa kali, menyadarkan chenle agar tetap membuka matanya hanya untuk melihat bagaimana jisung mendominasi permainan di pagi ini.
chenle sama sekali tidak merencanakan kegiatan ini sebelumnya, karena sudah terjadi mungkin rencana lainnya akan terancam batal dilakukan.
“hari ini kamu jangan kemana-mana ya, kamu disini aja bareng aku, ah! hahaha kamu cantikk banget sihhh” jisung memberi kecupan di sekitar leher dan telinganya, tidak lupa juga dengan banyak tanda kemerahan disana.
chenle sudah bisa memperkirakan kalau kegiatan panasnya bersama pacarnya akan selesai sampai sore hari nanti kalau begini.