“hai balen” jidan menyapa sambil menaik-naikan alisnya, balen hanya mendengus geli melihat tingkah laki-laki di depannya ini. Jidan berikan helm yang sekarang menjadi sering dipakai balen setiap mereka bepergian

Balen memakainya lalu langsung duduk di kursi belakang, ia menjawaab sapaan jidan “hai juga jidan”

Jidan tertawa, wajahnya menoleh ke spion kaca bagian kanan, ia lihat setengah kepala balen menyembul disana karena sebagiannya tertutup bahunya sendiri, senyumnya terbentuk padahal hari ini lelah sedang melingkupi dirinya

Tapi, melihat balen resahnya lenyap. Jidan tau sendiri kisah pertemuan dengan balen sesingkat cerita pendek sekali duduk, tapi karena kata-kata yang semalam si manis ucapkan, jidan mulai berfikir kalau balen akan hidup menjadi bagian ceritanya, ya, sebagai teman sih

“tebak mau kemana kita, len?” jidan bertanya, pandangannya tak lepas dari spion kaca kanan

“kemana emang?” balen menjawab dengan raut wajah bingung

“ke tempat dimana banyak orang pacaran datengin kalau malam minggu”

“tapi kita gak pacaran?”

Jidan terdiam, wajahnya memerah karena malu, sambil menundukan pandangan ia jalankan motor merahnya sambil tertawa kencang agar malunya tersembunyi

“ya emang, tapi kita berdua sama kayak orang pacaran”

Balen bingung, jidan malah membuatnya makin bingung. kan yang berdua, bukan berarti namanya pacaran gumam balen dalam hati.