What a perfect life?

Bagaimana kehidupan sempurna menurut masing-masing orang?

pasti banyak orang memiliki definisi sendiri soal bahagia, entah dengan materi atau hanya sekedar hati. Entah dengan kekuasaan atau hanya sekedar kebersamaan. Kita hidup di dunia yang penuh akan tuntutan ini dan itu, diminta untuk selalu bersyukur tapi pada kenyatannya sulit menerima realita.

ya, hidup memang banyak menuntut sih.

berbicara soal kehidupan sempurna, mungkin jika melihat sungchan semua orang akan menilainya demikian. Sempurna. Dari kekayaan, ketampanan, kuasa dan orangtua yang tentunya lengkap. Namun itu kan yang hanya terlihat dari luar.

Mareka tidak akan tau semua luka di tubuhnya yang tertutupi baju mahal, mereka tidak akan tau soal berapa kali sungchan korbankan perasaan hingga mati rasa. Memang bahagia yang seperti apa yang diliat banyak orang tentangnya?

memangnya ia bahagia?

dunianya hancur sejak kecil, obsesi bundanya dengan kekayaan dan kekuasaan membuat alpha itu sampai hari ini berdiri dibawah kuasa bundanya. Sebagai boneka. Ditambah dengan kehadiran ayah tiri yang ternyata sifatnya sama saja dengan bundanya.

sungchan jadi mengerti, mengapa jisung bisa membenci ayah kandungnya sendiri.

dari kecil sungchan tidak tahu bagaimana rasanya mencintai bahkan dicintai, hidupnya seperti kertas kosong yang bahkan jika dicoret pun hanya menyisakan warna merah; hanya rasa sakit. Sampai suatu hari ia bertemu seorang omega di taman kanak-kanak saat itu. Omega dengan paras cantik juga tampan serta manis juga sok pemberani namun memiliki jiwa yang hangat. Sungchan bisa rasakan hanya dengan melihat senyumnya yang merekah, Omega dengan name tag zhong chenle.

Chenle. Padanya ia jatuh cinta, sejatuhnya perasaan itu sampai apapun sakit dan patahnya ia abaikan.

seorang alpha yang bahkan jika harga dirinya dikorbankan untuk omeganya ia tidak akan menolaknya. Sebesar itu rasa cinta yang seharusnya tidak tumbuh antara dirinya dan juga omega yang sudah memiliki pasangan hidup.

harusnya ia sadar diri namun perasaannya menolak sadar, cinta memang buta dan sungchan tidak akan menampik itu.

“kalian nggak akan tau! gimana... gimana rasa cinta itu membuat saya bertahan hidup” sungchan berteriak lantang kala itu, di kantor ayahnya, di depan kedua orangtuanya. alpha itu jujur perihal perasaannya yang ternyata dipermainkan juga.

“apa hidup saya tidak cukup kalian manfaatkan, tolong jangan perasaan saya! Bunda...ayah...” sungchan bersimpuh dengan kedua lututnya, memohon untuk cinta dan hidupnya yang ternyata adalah rencana licik bundanya.

“cinta itu hanya membuatmu sakit, sungchan!” bundanya mendesis sinis melihat anak satu-satunya rela menurunkan harga diri alphanya hanya untuk seorang omega.

seorang omega yang bahkan ia jodohkan untuk anaknya karena masalah bisnis. Bodoh sekali anaknya menaruh hati pada seseorang yang tidak mencintainya

“shh, menyedihkan sekali alpha sepertimu ya nak...” ayahnya menepuk pelan pucuk kepala sungchan lalu selanjutnya tertawa kecil. “sayangnya jisung tidak ingin berbaikan denganku, sayang. Kalau saja iya, kita bisa pakai jisung untuk memperlancar kerja sama dengan ayahnya chenle”

“chenle harus berbangga diri memiliki mate seperti anak kandungmu, kalau ia punya mate seperti sungchan...”

“apa jadi hidupnya?” suara tawa bunda yang terdengar sarkas serta kata-kata pedasnya membuat sungchan ciut dan hanya bisa menunduk.

ayahnya mendadak menarik rambut anak tirinya itu, sungchan dibuat mendongakkan kepala untuk melihatnya.

“disuruh menjadi seorang alpha yang baik saja tidak becus! saya sudah sering bilang soal jaga sikapmu sampai kalian menikah...”

“dan setelah itu kamu bisa bebas memperlakukan chenle sebagaimana inginnya kamu, atau mau dibuang sekalian. Terserah! yang saya mau cuman kamu bisa bersikap baik. baik. BAIK”

ini rencana licik yang dimaksud sungchan tadi. Perjodohan ini hanya sebatas kekuasaan, bukan atas sungchan yang mencintai chenle. Bahkan bundanya tidak peduli soal itu.

emosi sungchan mendadak naik, matanya berubah menjadi wujud alpha. Semua orang bebas mencacinya tapi tidak untuk cintanya.

sungchan menarik kasar tangan ayahnya, merematnya kencang tanpa ampun. Ayahnya memang seorang alpha tapi faktanya sungchan juga seorang alpha dominan.

“ayah bilang buang? segampang itu perasaan saya di mata ayah?” sungchan menghempaskan tangannya termasuk tubuh ayahnya yang juga ikut tersungkur. “saya ini bukan ayah”

“jaga omonganmu sungchan!” kini bundanya berteriak, mengundang atensi alpha itu ke arahnya. Ia tersenyum sinis, bertanya dalam hati darimana keberaniannya ini muncul?

vas bunga disampingnya kini ada di genggamannya lalu terlempar keras ke arah bundanya yang beruntungnya malah meleset. Sungchan berdecak kesal namun tubuh bundanya mendadak gemetar.

“saya benci tahu fakta ternyata saya lahir dari rahim anda”