Gale dan hadiahnya

Malam di jalanan Jakarta hari ini sangat ramai, semua yang isi adalah para remaja yang kebanyakan butuh hiburan dan pelampiasan. Motor-motor gede dengan merk mahal terparkir rapi di sisi jalan, lampu jalanan disana mempercantik suasana para bajingan jalanan ini.

Jerry tengah sibuk berbincang dengan teman-temannya, saling berbagi guyonan sarkas dan tertawa bersama. Sampai satu pukulan mengenai kepala belakangnya, jerry berdecak dan menoleh ke arah pelaku yang dengan lancangnya memukulnya

“bangsat!” umpat jerry namun detik berikutnya malah terdiam, pandangannya ia bawa turun dari ujung kaki sampai wajah si pelaku. Sementara yang ditatap hanya tersenyum miring lalu memukul dahi jerry lagi, kali ini memang cukup keras sampai jerry hampir ambruk ke belakang. Tawanya cukup keras, berhasil memenuhi isi telinga dan pikiran jerry

nih anak, makin hari makin nyebelin gumam jerry dalam hati, ia menatapnya sinis sebelum balik memukul dahi si pelaku yang diketahui bernama gale. musuh bebuyutannya

“anjing, dateng dateng langsung ngajak ribut ya lu” kata jerry, kini atensinya sepenuhnya pada gale. Ia lupakan topik pembicaraan dengan teman-temannya, memilih bertegur sapa oleh musuhnya ini

“males ribut, lu pasti kalah soalnya” jawab gale dengan wajah tak kalah menyombong

“tingkat kepercayaan diri lu tingginya melebihi monas”

“ya, udah mencerminkan gue tinggal di jaksel kan?”

Mereka tertawa, dua anak adam yang diketahui banyak orang itu sering bersiteru malah sekarang melempar banyak candaan, tapi tidak lama sebelum pandangan satu sama lain menajam tanda bendera persaingan dikibarkan. Seperti kesepakatan tadi, hari ini Jakarta akan bersorak untuk mereka. Berteriak mendukung, entah untuk jerry atau gale

Malam jakarta adalah yang paling nikmat bagi gale dan senikmat-nikmatnya sesuatu harus ada perjuangan mendapatkannya, kan? Maka gale dan motor kesayangannya akan menjadi jawaban, bahwa sesuatu hari ini harus dimenangkan

Dan gale selalu lupa satu hal, jerry itu pandai melakukan banyak hal untuk mendapatkan kemenangannya. Entah itu harus dengan cara pintas.

Mereka sudah berada di atas motor masing-masing, perlengkapannya sudah terpasang apik di tubuh masing-masing. Garis kotak-kotak belang menjadi garis pemula, gadis dengan pakaian minim berada ditengah dengan bendera berwarna merah terang. Hitungan mundur mulai terdengar, pandangan gale lurus ke depan sementara jerry lurus ke arahnya. Bndera terangkat dan motor mereka mulai berjalan secepat angin.

Saling menyalip dan saling mengumpat dengan suara lantang, pertandingan balap hari ini kelewat menyenangkan karena hadiah yang dijanjikan

Diputaran pertama dan kedua, gale memimpin tapi saat putaran ketiga motornya tiba-tiba macet di tengah jalan. Semakin dijalankan, motor itu makin menunjukkan gelagat aneh dan akhirnya tidak bisa diselamatkan. mati total

“heh anjing, anjing.... wah bangsat kok mati sih?!” gale berteriak frustasi, ia parkirkan motornya ke pinggir jalan, melepas helmnya dan berakhir memukul motor saat mengetahui bahwa indikator bensinnya menunjukkan tangki bensinnya kosong

“yah anjing si mang asep gimana sih? manasin motor tapi bensinnya kagak diisi, ah goblok!” gale melempar helmnya ke jalan, yang membuat kacanya pecah berserakan. Dari kejauhan pandangannya menangkap sosok jerry yang menjalankan motornya dengan santai, ia mengerang kesal dengan berbagai umpatan yang keluar dari bibirnya

Tawa jerry terdengar, ia membunyikan klakson motornya tanda kemenangan sudah ada di genggamannya. Gale mendengus dan memberikan jari tengahnya sebagai tanda selamat

“CIE YANG MAU DISODOK!” teriakan jerry memenuhi langit jakarta kala itu, pipi gale memerah karena malu. Walaupun memang jalanan itu sepi tapi tetap saja, saksinya itu semesta

“BACOT!” dan umpatan itu menjadi kata-kata untuk menyembunyikan rasa malunya.

Dan dari sinilah, jerry akan beri hadiah paling nikmat untuk merayakan kekalahan dan sakit hati musuhnya itu. Di bawah langit jakarta mereka akan berbagi rasa patah dan sakit, memang sialan dunia para bajingan kota. Tiada rumah hanya tempat singgah, tiada pelepas penat hanya pelampiasan.

Mereka sakit hati karena ayah ibu sendiri, berkali-kali mengais atensi hanya acuh yang di beri. Jadi sekalian saja tidak peduli.

“le, gue harap lo gak terpaksa”

Gale terdiam sebentar, ia sibuk dengan handphonenya. Jerry membolakan matanya malas, gale memang menyebalkan kalau disampingnya.

“gimanapun gue harus terima kekalahan walaupun gue emang terpaksa, hahaha sekalian gue juga pengen lupain sesuatu”

masalah orangtuanya