Sebenarnya jibran itu bukan orang yang mudah kemakan gosip, ia benar-benar tidak peduli dengan semua hal yang tidak akan ada pengaruhnya dengan kehidupannya ke depan.

Namun, sore itu ketika abimana menjumpainya di kantin fakultasnya yang jaraknya lumayan jauh dari gedung fakultasnya sendiri demi sebuah kabar burung kalau,

“Azura itu open bo ya?” Bisiknya teramat pelan pada jibran yang menunjukkan wajah tidak pedulinya, jibran hanya mengangkat bahunya tidak tahu-menahu, menyebabkan abimana berdecak sambil menggebrak mejanya pelan.

“Lu kan kenal azura jib?”

“Nggak bisa dibilang deket juga sih, jadi gue gak peduli. Lagian bi, lu jauh jauh kesini cuman buat kasih tau itu aja?”

Anggukan kepala abimana sudah cukup menjadi alasan jibran untuk pergi sekarang juga, banyak hal yang harus dilakukan di hari libur kerja part timenya ya seperti mengerjakan skripsinya yang sialannya tidak kunjung selesai di bab pendahuluan.

“Jib, lu gak berminat kalau semisal azura beneran apa yang dikabarin orang-orang?”

Jibran yang awalnya sudah ingin beranjak mendadak menghentikan langkahnya, menatap kawannya itu sambil berfikir, buat apa ia habiskan gaji kerja kerasnya hanya untuk menyewa seseorang hanya untuk satu malam, bodoh sekali kalau dibayangkan.

“Nggak.”

Senyuman abimana mengembang bersamaan dengan rangkulannya yang mendadak sudah berada di leher jibran, laki-laki yang lebih tua beberapa bulan dengan jibran hanya tertawa renyah dengan jawaban teman SMA nya itu. Walau hanya mengenal beberapa tahun, nyatanya abimana lebih mengenal jibran lebih daripada dirinya sendiri.

“Munafik lu”


“Azura, gue bener-bener minta maaf tapi gue harus jujur”

Jibran mengacak-acak rambutnya sendiri, berjalan mondar-mandir di kamar kostnya sendiri sambil terus menerus memikirkan penjelasan bagaimana yang harus ia berikan pada azura nanti agar dirinya tidak terlihat seperti bajingan yang sialan. Ia terus menerus mengumpat dalam hati sambil merutuk abimana sialan itu yang sudah membuatnya di posisi menyulitkan ini.

“Bangsat emang abimana, gue harus jujur gimana sama azura anjing? bisa-bisanya dia yang pesen gue yang nerima, emang anak tolol, Mana bentar lagi mau dateng anaknya”

Tok tok tok

Pintu kamar kostnya terketuk, jibran rasanya ingin lompat ke jendela kamarnya sekarang juga. Dengan kewarasan yang masih tersisa tangannya yang gemetar membuka pintu kamarnya dengan perlahan dan sosok laki-laki manis dengan setelah outfit casual menambah kesan imut itu hadir di depannya, laki-laki yang ia tahu bernama azura itu memberikan senyum yang cukup lebar.

Jibran sempat terkesima sesaat, persiapan orang di depannya ini memang berbanding terbalik dengannya yang hanya memakai kaos abu-abu biasa dan juga celana pendek futsalnya.

“Hai jibran, ketemu lagi kita” sapanya hangat, jibran mematung sejenak.

Pertemuan keduanya setelah terlibat satu organisasi dengan azura dulu saat menjadi maba. Ya, kesan pertama jibran cukup bagus dengan laki-laki di depannya ini. Azura terkenal dengan julukan si social butterfly, ia mudah akrab dan pintar berbicara di depan banyak orang, jadi tak heran kalau kabar azura yang menjadi pemuas nafsu sangat menggemparkan seluruh kampus.

“Aku boleh masuk jib?”

“Oh iya, sorry gue kebanyakan ngelamun, masuk aja masuk” jibran membuka jalan agar laki-laki itu mudah masuk di kediamannya, pintunya ia kunci rapat mengingat kegiatan yang akan mereka lakukan disini walaupun tidak pasti kalau saja rencana untuk jujur akan dilakukannya.

“Lama banget ya kita nggak ketemu jib, kamu sibuk apa sekarang?” Azura mengambil tempat ternyaman diatas kasur jibran yang sudah pemiliknya rapikan sebelumnya, ia memulai dengan sebuah pembicaraan ringan, jibran tahu kalau azura pandai sekali dibagian ini.

“Ya skripsi zu, gue ngambil kerja part time juga sih hahaha lumayan bikin ngeluh setiap hari”

“Seriusan? Keren banget kamu, skripsian sambil kerja bukan hal yang mudah sih”

Jibran berjalan mendekati azura lalu mengambil tempat disampingnya, ia tersenyum sipu mendengar pujian yang dilayangkan azura untuknya, jibran seharusnya tahu kalau mulut azura itu manis apalagi dia tipe orang yang pandai berbicara. Hadeh

“Ya gitu lah, bikin capek juga”

Dengan lancang dan secara tiba-tiba tangan mungil azura mengusap pelan surai jibran lalu perlahan turun sampai ke pipi sebelah kirinya, jibran berani bersumpah kalau usapan tangan azura itu benar-benar lembut dan menenangkan.

“You did very well jibran” bisik azura seakan menghipnotis jibran agar terbuai.

Kata-kata afirmasi yang sedari dulu ingin jibran dengar hanya untuk dirinya sendiri.

Mata jibran memejam, masih menikmati usapan lembut azura di pipinya bahkan tanpa sadar tangan azura yang satunya sudah memulai aksi nakalnya dengan mengusap bagian sensitif jibran di bawah sana, jibran terkejut sebentar lalu membuka matanya perlahan dan hal yang pertama kali ia lihat adalah senyum azura dan matanya yang menyayu, semua sentuhan laki-laki manis itu benar-benar menghipnotis. Jibran tidak mengira akan secepat ini aksi si manis dan juga sebenarnya ia masih memiliki sedikit waras untuk enggan melakukan lebih dari ini lalu menyesalinya nanti, tapi sialannya ia bahkan tidak bisa menolak sentuhan laki-laki di depannya ini.

“Jibran capek ya?” Azura perlahan mendekat, tubuhnya yang mungil sudah tepat berada di depan jibran yang bahkan membuat laki-laki bertubuh jangkung itu merasakan harum parfum si manis. “Biar azura bikin enak mau?” Tangan azura yang berada di pusatnya masih bekerja dengan memberikan usapan pelan, bahkan tanpa sadar sudah membuat penis itu menegang.

“Ahh” geraman berat jibran mulai terdengar, menjadikannya lampu hijau bagi azura untuk melanjutkan kegiatannya. Ia bawa tubuhnya turun untuk duduk diantara kedua kaki jibran, dari bawah ia bisa lihat pemandangan jibran dengan tatapan tajamnya yang sangat berbeda dengan tatapan kikuknya tadi.

“Boleh nggak?”

“Boleh apa?” Tangan besar jibran mulai berani mengusap rambut azura agar wajah manis itu masih tetap bisa ia lihat dengan jelas. Warasnya benar-benar sudah hilang terbawa nafsu sekarang.

katakan lah apa yang dikatakan temannya tadi terjadi sekarang, munafik dirinya kalau ia tidak ingin melakukan hal lebih daripada ini.

“Bikin kamu enak, boleh?”

Anggukan kepala jibran menjadi jawaban yang jelas bagi azura, ia mulai membuka celana pendek beserta dalaman jibran dengan cekatan dibantu dengan jibrannya sendiri juga. Azura mulai memberi kocokan kecil di kepala penis milik jibran yang membuat rambutnya ditarik pelan oleh jibran, tidak masalah juga baginya.

Lalu di detik berikutnya, mulutnya lah yang bekerja. Memberikan service sebaik mungkin seperti apa yang biasa ia lakukan, geraman dan desahan mulai terdengar mampir di telinga azura yang membuatnya semakin semangat mengerjai jibran.

Ahh... take it slow, it's all yours azura

Damn it

Azura bergidik, kalimat yang diucapkan jibran membuat tensi seksualnya semakin tinggi. Ia bahkan dengan beraninya memasukan seluruh penis besar itu ke dalam mulutnya, membiarkan wajahnya benar-benar menyentuh selangkangan laki-laki diatasnya.

Satu hal yang harus kalian tahu, jibran itu bukan manusia yang sepenuhnya baik apalagi jika sedang dikelilingi nafsu dan keinginan seperti saat ini, ia bahkan tidak segan untuk menahan kepala azura di selangkangannya lalu menggerakan pinggulnya cukup cepat untuk mengejar pelepasannya. Tidak sekalipun menggubris azura yang sudah memukul-mukul pahanya cukup kencang, yang ia pikirkan hanya bagaimana menyemburkan seluruh spermanya nanti di wajah sang casanova kampus itu.

“Hold on, i'm close azura... ahhh shh”

Dihentakan ketiga, jibran menarik penisnya keluar dari mulut azura lalu menyemburkan seluruh spermanya di wajah azura. Senyum miring tercetak di wajah jibran dengan nafas yang masih terengah, ia merasa puas melihatnya.

Namun rasa puas itu tidak bertahan lama karena sekarang rasa bersalah mulai melingkupinya saat melihat azura membersihkan spermanya di bagian matanya, sekarang jibran merasa menjadi seorang bajingan, niat baik awalnya ia urung hanya sebatas meladeni nafsu yang malah terbuai.

“Sial, gue bener bener minta maaf, gue nggak bermaksud—”

Azura membersihkan seluruh sperma jibran yang membanjiri wajahnya sendiri tanpa melepas pandangannya dengan jibran, “Call my name again”

“Hah?”

“Your voice makes me turn on... Call my name again, please”

Jibran terdiam. Tubuhnya mendadak enggan bereaksi apa-apa, pikirannya kosong namun tatapannya tidak lepas dari manik indah milik azura di bawahnya. Seperti apa yang dikatakan tadi, tidak semua manusia murni karena pada dasarnya mereka tercipta bersamaan dengan rasa nafsu, perbedaannya hanya bagaimana mereka dapat mengendalikannya.

“Jibran...” Azura mengambil langkah terlebih dahulu, ia bangun dari tempat awalnya lalu mengambil tempat di pangkuan jibran. Bahkan ia sama sekali tidak terganggu dengan penis jibran yang mengacung kembali di pahanya, ia kalungkan kedua lengannya di leher laki-laki di depannya itu agar tidak terjatuh lalu dengan lancangnya mencium bibir jibran, memberi bibir tebal itu sedikit usapan lembut dengan lidahnya.

Jika waras jibran masih, mungkin ia akan mendorong azura sejauh mungkin lalu mengunci diri di kamar mandinya sambil menunggu laki-laki manis itu pergi, namun sepertinya fakta berbalik dari pikirannya.

Lengan besar berurat itu menarik pinggang azura mendekat lalu membalas ciumannya tak kalah agresif, bahkan sekarang keadaan sudah berubah. Jibran mengungkung tubuh ramping azura yang terbaring di kasurnya sendiri, matanya lebih sayu, bibirnya merah membengkak terlebih lagi liptint yang tadi menghiasi wajah cantik itu terlihat berantakan yang membuktikan bahwa jibran memang sudah mengikuti alur mainnya.

“Azura, lo cantik banget...”

...you know that fact right?

Jibran terus menerus memberi kalimat pujaan bagi azura dibawahnya, sambil mengambil kecupan diseluruh wajah manis itu membuat azura terkekeh kecil. Pernyataan yang beribu-ribu kali ia dengar dari semua orang.

I know jibran...

Azura menengadahkan kepalanya saat rahangnya dicengkram erat oleh jibran yang asik memberi kecupan di lehernya, ia sudah menebak kalau jibran akan meninggalkan jejak keunguan di lehernya nanti.

shh...

mendengar desahan tertahan dari azura, tangan besar milik jibran mulai berani dengan perlahan masuk ke dalam kaus azura untuk meraba tubuh polosnya, mengundang desahan demi desahan dari belah bibir manis azura. Gerakan yang pelan dan lambat sangatlah menyiksanya tapi ia tidak berhak protes jika pelanggannya mengingkan seperti itu.

Jibran sepertinya memang sudah kehilangan akal ketika beberapa kali menangkap wajah keenakan azura, dengan tergesa-gesa ia buka baju yang azura pakai saat itu lalu dilanjut celana kain serta dalamannya.

Ia dibuat benar-benar terkejut bahkan terpukau, mungkin azura sendiri bisa melihat bagaimana binar matanya terlihat.

Bangsat, bangsat, bangsat

berkali-kali umpatan terdengar, isi kepalanya mendadak kosong, rasanya semua waras yang sedari tadi ia pertahankan mendadak hancur begitu saja.

“azura ternyata punya memek, gue nggak expect sejauh ini” gumamnya dalam hati.

perlahan, ia lebarkan paha laki-laki manis yang terbaring pasrah itu. Kemaluannya terlihat memerah merekah, basah, bahkan suara beceknya terdengar jelas dipendengarannya. Ia tarik pinggul azura agar terangkat lalu ia rendahkan tubuhnya sedikit, tanpa meminta persetujuan ia kecup paha dalam si manis berkali-kali yang mengundang desahan desahan kecil dari mulut si manis, bahkan jibran dapat melihat wajah memerah dan penuh nafsu dari si manis, setelahnya, lidah nakalnya mulai dengan berani menciumi kemaluannya yang merekah, menyebar wangi yang mengundang jibran melakukan hal yang lebih.

lebih dan lebih.

Slurrp

“ahh...”

desahan azura yang terdengar membuat tensi seksual jibran meningkat hingga 200%, ia jilat terus menerus kemaluan itu bahkan sampai beberapa kali mengeluarkan lendirnya. Jibran tidak merasa jijik sekalipun, menjilat kemaluan azura untuk mendapatkan desahannya yang kencang mungkin akan menjadi salah satu hal yang ia sukai saat ini.

Setelah merasa puas dan menurutnya sudah cukup basah, jibran mengangkat kepalanya— menyudahi kegiatan tadi, lalu beralih mencium kasar bibir azura yang masih sibuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.

Azura sendiri juga tidak mengerti, ia sudah berkali-kali melakukan kegiatan panas seperti ini bahkan dengan beberapa pelanggan sebelumnya tapi entah mengapa bersama jibran membuatnya kewalahan.

ditengah ciuman jibran yang menuntut, azura dapat merasakan tangan jibran tidak tinggal diam, tangan besar itu sibuk mengusap kasar kemaluannya dibawah sana, menekan nekan klitorisnya sampai rasanya ia bisa saja banjir saat ini juga.

ahh! jibrannnnn” ia mendorong badan besar itu untuk melepas ciumannya dan mengeluarkan desahan yang cukup kencang, namun buru-buru mulutnya ditutup oleh jibran, ia bahkan lupa kalau sekarang masih di kost milik pelanggannya itu.

sstt... pelan azura nanti ketahuan tetangga gue” diatasnya, jibran tersenyum lebar dengan jarinya yang sudah terbenam di dalam kemaluan azura, mengeluar-masukannya dengan kasar tanpa berpikir kalau azura tersiksa dengan tangan yang masih membekap mulutnya itu.

“bangsat, ketat banget zu padahal gue yakin ni memek udah punya banyak langganan” ucapan yang terdengar sarkas itu dilayangkan jibran sambil menatap azura yang terlihat keenakan dibawahnya, bola mata hitamnya bergulir hingga ke atas, kedua tangannya menarik sprai tempatnya berbaring untuk melampiaskan rasa nikmat dan sakitnya sekaligus. Jibran bisa bersumpah sekarang juga kalau pemandangan dibawahnya ini adalah yang paling seksi dan indah di matanya. Sialnya, ia tahu kalau memori di kepalanya akan terus menerus merekam kejadian ini, setiap detailnya, setiap desahannya akan terus berada diingatan jibran.

“enak ya azura? tell me how that's feel?

Pertanyaan retoris. Azura pun tahu kalau jibran sebenarnya sudah mengetahui jawabannya akan seperti dan tepat ketika ketiga jari jibran lepas dari kemaluannya bersamaan dengan itu air mani yang ia tahan sedari tadi mengucur deras hingga membasahi setengah badan jibran di depannya. Badannya melengkung keenakan, kemaluannya cengap-cengap ketika pelepasannya selesai, nafasnya tak beraturan. Ia benar-benar merasa aneh, disini harusnya ia lah yang membuat pelanggannya merasa keenakan namun mengapa dengan jibran justru sebaliknya.

“jibran, maaf—” belum selesai kalimatnya ia ucapkan, azura merasa tercekat melihat senyum lebar dengan mata yang sudah dipenuhi kabut nafsu milik jibran itu melihatnya.

“hah... hahaha wow” jibran tertawa kecil lalu dengan sergap mengangkat tubuh azura, membuat punggung si manis menempel ditembok kamarnya, penisnya yang sudah mengacung tegak ia gesekkan pada kemaluan azura beberapa kali lalu setelahnya memasukkannya semua penisnya langsung tanpa permisi, membuat azura sontak berteriak digendongannya dan mengetatkan kemaluannya pada penis jibran.

ahh, gaya kayak gini bikin kontol gue bener bener dimakan habis sama memek lo zu”

ketika jibran menjauhkan badan azura dari tembok yang semula menumpu punggungnya, ia mulai menggerakan penisnya ke atas dan bawah dengan kencang bahkan ia tidak peduli kalau teriakan dan desahan azura akan didengar oleh siapapun yang melewati kamarnya, ia hanya akan menyombongkan dirinya dengan semua pertanyaan yang akan dilayangkan semua teman-temannya dikamar sebelah nanti. Bahwa ia berhasil membuat seorang casanova kampusnya mendesah keenakan seperti yang didengar mereka.

hentakan demi hentakan yang terus menerus mengenai prostatnya membuat tubuh azura melemas bahkan tangan yang mengalung erat di leher sang dominan seakan ingin melepaskan diri saja kalau ia tidak berfikir tubuhnya akan jatuh jika ia benar-benar melepaskan diri. Seks kali ini memang bukan yang biasa terjadi, ia menikmati semua hal yang diberikan jibran untuk tubuhnya. Kali ini, ia yang terbuai.

“memek lo enak banget anjing zu, gimana bisa masih seketat ini kalau udah dimasukin berkali-kali”

ahh! ahh... jibrannnnn aku mau pipisss”

Jibran yang mendengar pernyataan dari azura langsung mempercepat sodokannya untuk mengejar pelepasannya juga. Teriakan dan desahan mereka saling bersahutan satu sama lain, seakan saling berbicara betapa nikmatnya kedua titik sensitif mereka.

“bareng”

tepat saat jibran mengatakan itu, ia membaringkan azura dikasurnya lagi untuk bersama-sama saling melepas nikmatnya masing-masing. Jibran bahkan tidak sadar kalau ia keluar di dalam azura, lelehan spermanya terlihat jelas menetes, menandakan betapa banyaknya pelepasan yang ia keluarkan.

oh... god” gumam jibran, buru-buru ia keluarkan penisnya dari dalam kemaluan azura yang menyebabkan lelehan sperma itu banyak keluar dari kemaluan si manis, melihat pemandangan itu nafas jibran rasanya menjadi sedikit berat, ia tidak akan pernah berhenti memuji betapa cantiknya azura seperti ini, pantas saja banyak orang yang ingin bersamanya

Dengan inisiatif yang entah darimana, kedua jari panjang milik jibran masuk kembali ke dalam kemaluan azura, laki-laki jangkung itu berniat membuat sperma yang awalnya keluar, masuk lagi hingga ke rahimnya, mengundang desahan azura lebih kencang lagi mengingat vaginanya yang masih sangat sensitif.

“azura, lo cantik banget” berkali-kali jibran katakan itu, entah pada dirinya maupun ia sampaikan secara terang-terangan pada azura, sementara respon yang diberikan si manis hanya desahan-desahan mengingat jari itu gerakannya semakin cepat

“gue bikin hamil lo lama-lama, ahh ayo keluar lagi azura, pipis yang banyak cantik”

dan dengan perkataan jibran tersebut, kedua jarinya ia lepaskan dan azura keluar lebih banyak dari awal pelepasannya. Sumpah, demi apapun jibran menjadi menyukai hal ini.

ahhh jibran, ahh aku pipis banyak, enak”

jibran tertawa mendengar pernyataan itu lalu menyambar cepat bibir yang terus menerus bergumam enak, enak itu. Ah... jibran mana kuat melihat sesuatu yang menggemaskan.

Saat ciuman keduanya terlepas, tubuh mereka melemas, tadi itu benar-benar luar biasa dan diluar perkiraan mereka, tubuh yang masih berbalut kaos yang sudah basah keringat itu tidak segan menindih tubuh laki-laki manis dibawahnya, memberikan beberapa ciuman kecil dipipi dan lehernya, yang membuat azura hanya mengerutkan alisnya

Kebingungan.

“Thankyou for today, azura” bisik sang dominan sebelum memilih berbaring disampingnya, azura masih kelelahan terlihat dari dadanya yang terus menerus mengatur nafasnya yang memburu sampai bahkan ia tidak kuat untuk sekedar berbicara sepatah katapun.

“azura”

azura yang merasa dirinya terpanggil, langsung menoleh ke arah sumber suaranya yang ternyata dari jibran disampingnya.

kalau azura deskripsikan bagaimana tampak jibran saat ini adalah wajah tampan itu masih memerah dengan keringat yang terus jatuh, ditambah rambut depannya yang lepek karena keringat, menambah kesan sexy di laki-laki itu

“hmm?”

“cantik”

azura mengernyitkan alisnya heran, ini entah yang ke berapa kali jibran katakan cantik terus menerus.

“lo cantik banget azura, lo cantik”

azura mengerjapkan matanya beberapa kali, kebingungan, bahkan tanpa sadar wajahnya menjadi panas dan memerah. Azura tahu fakta bahwa dirinya memang secantik itu org seukuran laki-laki dan tidak sedikit pula yang mengatakan hal yang sama tapi ketika jibran yang mengatakannya, semuanya terasa berbeda saja.

terasa menyenangkan?


ahhh... ahh... shh terus memek aku gatelketiga jari itu terus menyodok liang vaginanya yang entah ke berapa kalinya sudah banjir akan pelepasannya sendiri, tapi entah mengapa azura masih belum cukup puas.

jibrannn, aku mau pipis lagi

dengan lancang ia lantangkan nama jibran berkali-kali dalam kegiatan panasnya sendiri di kamar kostnya.

Setelah pulang dari kost laki-laki jangkung ya memesannya itu, ia sama sekali tidak dapat melupakan bagaimana tubuh besar jibran mendominasinya kala itu. Padahal dari pertama kali ia bertemu dengannya, azura tidak pernah menyangka kalau jibran memiliki sisi dominan yang cukup membuat vaginanya basah.

Azura mengatur nafasnya, ia lepaskan ketiga jarinya yang awalnya menyumpal vaginanya yang yernyata tidak cukup menjadi sepuas itu sama seperti ketika bersama jibran. Jarinya tidak begitu panjang itu sampai terus menerus mengenai prostatnya yang kungkin sudah membengkak sekarang.

Sudah seminggu lebih, dirinya dan jibran tidak bertemu kembali bahkan nomer telepon yang sempat mereka tukar seakan tidak berguna dan hanya sekedar formalitas. Azura menatap langit-langit atapnya dengan mata yang menggenang air mata karena kegiatannya tadi.

it's already been a week but i'm still can't forget him, fuck off!

the way he treat me well

the way he keeps called me pretty

how big his dick is

sepertinya kalau terus begini, azura bisa saja kehilangan warasnya. Ia sampai beberapa kali menarik perhatian sang dominan di kampus yang beberapa kali tidak sengaja bertemu namun responnya sangatlah tidak menyenangkan.

Ia menjadi seperti orang asing yang bahkan menoleh ke arahnya pun tidak.

Ia memukul bantalnya berkali kali untuk melampiaskan emosinya, sampai tidak sadar kalau satu notif pesan masuk di handphonenya.