Emang jaman siti nurbaya?

“dimakan, malah dipake mainan” kata renjun, ia sadar dengan raut wajah chenle yang muram sedari tadi, sementara si omega itu hanya mendengus lalu memasukan sepotong sushi ke dalam mulutnya.

Karena percakapan tadi, suasana hati chenle berubah menjadi sendu dan mendung. Selain pandai menutupin perasaan, Jisung juga pandai merubah segala suasana hatinya.

“jisung susah banget jatuh cinta sama gue ya jun? Emang gue kurang apa?”

“kurang pinter”

“anjing, yang bener aja?!”

“bener, emang ada yang langsung jatuh cinta sama orang baru? apalagi status lo omega, gue denger-denger dia benci omega” renjun memakan mie chenle setelah habis semangkok mienya, chenle makin cemberut mengetahui fakta terakhir. Ya, ia tau itu hanya mencoba pura-pura tidak tau biar gak sakit hati, tapi renjun malah mengucapkannya secara frontal. Suasananya hatinya makin hancur.

“ya gue tau, jisung biarpun orang baru tapi gue ngerasa nyaman sama aman bareng dia jun”

“ya, namanya mate. Pasangan hidup”

“kok jisung ga punya perasaan yang sama sih jun? Katanya kalau sudah jadi pasangan sehidup semati, cintanya abadi”

“banyak tanya lo kayak dora, ya mana gue tau sih!” renjun mengerang kesal, ia menatap chenle sambil mengerutkan dahinya. Kuah mie yang berwarna merah itu membekas di bibir renjun, benar kata jisung, kalau mienya itu pedas. Untung bukan chenle yang makan.

Si omega malah makin sebal, ia hancurkan sushinya sampai tak berbentuk lagi lalu memakannya sedikit-sedikit. Kepalanya bernaung nama jisung dan perasaannya dengan tanda tanya besar. Merepotkan saja, ah!

Renjun selesai dengan makanannya, namun tidak untuk chenle. Renjun tidak peduli juga karena chenle kalau suasana hatinya sedang berantakan akan lebih keras kepala. Renjun enggan membuang waktu untuk sekedar memberi tau chenle memakan semua makanannya.

“le, udah kasi tau mamah lo belum?”

Chenle mendongak, lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban.

“ck, gue udah suruh bilang biar mamah lo ga kaget tiba-tiba liat lo gendong bayi”

Wajah chenle terkesan tidak peduli, ia mengendikkan bahu lalu mengambil handphonenya untuk mencari kontak kedua orangtuanya dan menelponnya, “lagian orangtua gue itu emang gak pengen gue kuliah disuruh cepet cari mate, kasta terendah bukan apa-apa” katanya

Sampai telponnya tersambung ke mamahnya, pekikan senang dari wanita paruh baya terdengar disana, chenle hanya berdehem menanggapi

“gimana kuliahnya, le?”

“aku berhenti”

“loh kenapa?”

“itu...aku...” mata chenle menatap renjun yang kelewat serius mendengarkan, pandangan chenle seperti butuh keyakinan dan renjun mengangguk untuk meyakinkan.

Tapi, terlambat.

“ah, ga usah dijawab.... mamah sekalian mau kasik tau, kalau kamu mamah jodohkan ya dengan anak teman mamah namanya sungchan. Dia alpha kaya loh...”

hah....

Chenle terdiam, renjun pun juga terdiam sambil memundurkan wajahnya yang awalnya dekat dengan chenle. Mereka sama-sama tak percaya, akan sesulit ini masalahnya.

“gak...Maksudnya, bentar chenle mau bilang sesuatu”

“bentar sayang... nanti ya, ini mamahnya sungchan datang buat bahas acara nikahan kalian” dan telpon dimatikan sepihak oleh mamahnya chenle. Si omega menatap renjun dengan air mata yang terkumpul di pelupuk matanya, ia sudah berfikir kemana-mana apalagi ia tau kalau mamahnya itu sama keras kepala, apa bakalan jadi sesusah itu lagi?

“ada aja sih jun”

“diomongin ya sama jisung, kasian jiel”