CW // harshword, frontal, sex explicit scene, 'lil bit bdsm, dirtytalk. jorok, ini kotor banget Minor do not interact!
Hari ini hujan mengguyur ibu kota. Suhu udara tidak manusiawi memenuhi seisi Jakarta selatan, ya termasuk daerah pondok indah, tempat tinggal dua orang terkenal bajingan yang sering dipanggil gale dan jerry.
Jerry tersenyum saat melihat isi chat dari gale, tetangganya yang rumahnya hampir 8 tahun saling berdempetan dengan rumahnya dan kamar gale tepat berada disamping kamarnya.
Semenjak chat yang barusan terjadi diantara mereka, jerry tau hal gila akan gale lakukan untuk memenuhi nafsunya saat ini, seperti menyebrang ke teras rumahnya. Sinting
Ketukan sarkas beberapa kali terdengar keras dari pintu teras rumah jerry dan sang tuan rumah sudah mengira kalau itu gale. Laki-laki jangkung dengan baju rumahannya itu segera membuka lebar pintu teras kamarnya, menampilkan gale dengan keadaan kacau, pakaian kebesaran serta celana pendek yang tertutup bajunya. Lalu apa kekacauan yang jerry lihat sekarang? Wajah manis itu menangis.
“hey—” jerry mendekat tapi langkahnya tertahan saat gale mendadak menarik bajunya lalu menyatukan kedua belah bibir keduanya. Hanya kecupan dan lumatan pelan sampai keduanya terbuai dan tak sadar kalau sedang masih berada diteras.
Jerry membuka matanya pelan sambil tetap membalas ciuman dari gale, matanya jelas melihat manik lawannya yang mengeluarkan air mata dalam pejamnya. Perlahan tangan besarnya ia bawa ke wajah gale, ia usap pelan untuk menghilangkan air mata yang jatuh.
Gale melepaskan ciumannya sepihak, menyisakkan untaian saliva dari keduanya. Ia enggan melihat jerry karena sedang menangis, takut takut malah jadi bahan ejekan.
“gue mau ngelupain masalah lagi” ucapan gale terdengar gemetar, jerry tak banyak berbicara hanya menatapnya datar sambil menarik pelan gale masuk ke kamarnya yang gelap.
Ia dorong gale ke kasurnya hingga laki-laki itu terlentang pasrah meminta dihancurkan, sementara jerry mengungkungnya diatasnya. Tampan. Gale terpesona karena terbawa suasana. Mereka saling melemparkan senyuman.
“seberapa besar?” tanya jerry dengan suara beratnya.
“gue pengen ngelupain itu jer, sakit banget” gale menunduk, ia menghapus air mata yang terus menerus turun membasahi pipinya.
Jerry mengangguk kecil dengan seringaian, “mau dikasarin?”
“yes please! i beg u, jer...”
Jerry tertawa kencang, semenjak pertandingan itu gale jadi makin ketagihan dengan sex terutama dengan dirinya. Seberapa besar masalah yang ingin dilupakan, jerry akan semakin kasar. Gale yang ingin, jerry hanya bersedia.
“okey, i won't stop le...”
Gale kewalahan. Jerry kalau sudah ikut bernafsu akan hilang akal. Ciumannya semakin dalam dan semakin menuntut, gerakannya juga kasar, kadang bibir bawah gale menjadi sasaran untuk gigitannya yang cukup keras.
Tangan besar itu tidak tinggal diam, ia menyelusup ke dalam kaos kebesarannya dan mengusap pelan dada hingga perutnya, berulang kali mengikuti irama ciuman.
Jerry melepas ciumannya. Ia melihat keadaan gale yang jauh dari kata baik. Semuanya kacau, jejak saliva berantakan di ujung bibirnya, rambut yang acak-acakan dan kaos yang sudah disingkap setengah badan menampilkan perut dengan kulit putih dan mulusnya. Jerry menyukainya, ia sangat suka gale hancur dibawahnya.
“memohon”
“h-hah?”
“seperti biasa le”
Gale meneguk ludahnya kasar, deep voice jerry memang selalu berhasil membuat libidonya naik “jerry, please...”
Jerry tertawa, ia menyukainya. sangat suka. Gale yang memohon minta dihancurkan, gale yang memasrahkan diri diberi banyak cinta olehnya, gale yang haus akan afeksi, gale yang membutuhkannya.
“hahaha bangsat!” dengan tangan kasarnya, jerry membuka paksa kaos dan bawahan milik gale sekaligus, tidak menyisakkan satupun helai ditubuh si manis.
Jerry mendekat ke area leher, ia jilat bagian itu, membubuhkan banyak ciuman dan memberinya beberapa tanda yang akan berwarna keunguan nantinya. Leher putih itu akan berkali lipat cantik saat diberi tandanya, begitu pikiran jerry
“ah—nghh...” gale mendongak, bagian sensitifnya diserang telak. Bagian leher yang dicium beberapa kali dan bagian dada yang diusap pelan.
Jerry menjauhkan wajahnya dari ceruk leher laki-laki dibawahnya. Ia menikmati wajah yang mendongak dengan mata terpejam itu keenakan saat tangannya sibuk mempermainkan putingnya yang ikut menegang.
“enak le?”
“sakit... ah! jangan ditarik bego” gale memegang erat tangan jerry yang menarik putingnya terus menerus. Perih dan enak bercampur jadi satu, namun tetap saja sakit apalagi jerry tak segan menariknya dengan kuku.
“masa sakit? kalau dijilat gimana?”
“shh... iyaa jilat isep, sakit kalau ditarik jer”
“pengen banget dijilat?”
Mata sayu gale menatap jerry yang tersenyum diatasnya, memang brengsek laki-laki di depannya ini. Kalau sudah seperti ini jerry suka sekali mempermainkannya, kalau melawan pasti permintaannya tidak akan dituruti, satu-satunya cara hanya memohon.
“iya jer, mau mau dijilat... please“
“good boy”
Sialan.
Jerry bawa kedua tangan gale ke atas kepala empunya, menyuruhnya agar tidak menurunkan tangan itu sekalipun dengan sengaja atau tidak. Ia bawa tiga jari besarnya ke dalam mulut gale untuk dihisap, meredam desahannya yang pasti akan ribut.
“aah... mmh” gale merem melek dibuat jerry, ditambah tiga jari panjang milik sang dominan menelusuri dalam rongga mulutnya.
Suara erangan gale memenuhi kamarnya yang beruntungnya kedap suara. Bunyi sesapan terdengar jelas walaupun hujan diluar sangat ribut, lidah jerry sama sekali tak berhenti menjilat serta menghisapnya. Menyusu seperti bayi kehausan.
Jerry selesai dengan kegiatan menyusui, ia juga mengeluarkan tiga jari yang sudah basah dengan air liur si manis. terlalu banyak saliva melingkupi jarinya, jerry tersenyum lalu menjilat salivanya itu tanpa jijik, dengan sukarela.
Gale melihatnya dan penisnya mendadak berkedut. Ia terangsang hanya melihat seberapa tampan dan seksi penampilan jerry saat ini, sialan! Jerry itu memang punya pesona yang luar biasa seperti apa yang digosipkan. Harusnya dari dulu gale percaya semua yang dikiranya omong kosong itu.
“ahh... ah!” gale mendongak, dadanya juga membusung, sesuatu mencoba menerobos lubangnya yang kering dibawah sana. Itu dua jari besar milik jerry.
“tahan desahan lo”
“sakit anjing sshh...“
“gue bilang tahan!” jerry berhasil memasukkan dua jarinya ke dalam lubang gale keseluruhan, tanpa aba-aba ia gerakkan jarinya brutal. Menyodok lubang itu dengan sangat keras tanpa ampun. Gale berteriak, tubuhnya menggeliat, air mata juga bergelinang di pelupuknya.
Sakitnya bukan main, perih karena lubangnya kering, sodokan jerry itu terlalu keras dan dalam. Gale terisak kecil dan mendesah kencang saat merasakan kedua jari itu menyentuh titik nikmatnya.
“AHH! jer, ah itu!” gale berteriak frustasi. Ia mengangkang lebih lebar menuruti gerak tangan jerry yang membuka pahanya lebih lebar. Jerry tersenyum menatapnya yang wajahnya sudah berwarna merah padam.
Jerry menekan titik itu lagi, enak. Rasanya enak, sesuatu yang membuat gale ketagihan.
“ini ya?”
“nghh..mmh iyaa iya ituu!”
Jerry menyeringai, “enak? mukanya sampe merah banget”
“iyaa iya jerry enak... tangan lo gede banget. penuh, di dalem banget” gale meracau tidak jelas tapi cukup dimengerti.
gale makin mengangkang di hadapan jerry, dan laki-laki didepannya ini makin menggerakan jarinya kasar, menerobos masuk, menumbuk terus menerus titik nikmat disana. Suara basah terdengar dibawah sana, penisnya berkedut terus menerus. Dan jerry membawa tangan satunya untuk meremas twinsballnya
“Aaaah!”
“Lubang lo jepit jari gue banget le, saking enaknya hm? Mau lebih?”
“ye-yes! Moree, please”
Bagai jalang haus kenikmatan duniawi. Begitu kata jerry dalam hati, ia gumamkan betapa indahnya gale dibawah kungkungannya. memohon sambil menangis meminta kenikmatan.
Alih-alih menuruti permintaan gale, ia malah mengeluarkan kedua jarinya, menyisakkan kehampaan di lubang yang berkedut itu.
“kok lo keluarin?!” protes si bajingan kecil.
Jerry tidak menjawab, ia memilih bangkit dari tempat tidur lalu melepas semua pakaiannya keseluruhan. Sekarang ia sama telanjangnya seperti gale. Sabuk hitam di genggamannya ia taruh diatas kasur sementara dasi sekolahnya ia bawa ke arah gale, membentangnya dihadapan gale dengan seringaian.
“tangan lo”
Gale memberikan kedua tangannya ke hadapan jerry yang langsung mengikatnya kuat dengan dasi yang dipegangnya. gale terdiam, ia tidak kaget juga tidak marah. mereka sudah biasa melakukannya kalau sedang lelah dihadapi masalah besar dalam hidup.
Pelampiasan paling nikmat.
“le, lo pernah dicambuk?” jerry bertanya. Laki-laki itu masih sibuk mengikat erat dasi di tangannya, gale yang ditanya hanya menjawab gelengan. “gue ga denger jawaban lo”
“gue... gue ga pernah dicambuk”
Jerry tersenyum lalu mengangguk, “sekarang lo balik badan terus menungging” laki-laki bertubuh lebih besar itu berkata dengan suara seraknya, hawa menakutkan ditangkap gale dengan baik apalagi saat jerry membawa sabuk berwarna hitam itu digenggamannya. Gale menatap jerry takut.
“jer, lo mau ngapain?”
Jerry terdiam. raut wajahnya berubah datar padahal tadi ia tersenyum. Jerry lipat sabuknya lalu bahan kulit itu diusapnya pada paha putih gale, halus dan pelan.
“lo tau sesuatu le, bokap sering mukul gue make benda ini. Benda sialan yang hampir setiap hari bersentuhan sama kulit gue dari kecil” jerry mengangkat sabuk itu, menatapnya bengis sebelum akhirnya tertawa.
“lo harus coba! lo pasti ketagihan, rasa sakitnya bakalan bikin lo lupa semua masalah lo” bisik si dominan.
Gale memejamkan matanya, ia hanya ingin melupakan masalah sialan dirumahnya. Ia hanya ingin lupa dan jerry menawarkan sesuatu yang katanya nikmat walaupun gale tau itu akan menyakitinya dan menambah lebam dikulitnya. Tapi ia ingin mencobanya
“mau?”
Tanpa menjawab gale membalikkan tubuhnya sendiri lalu menungging dihadapan jerry, menunggu sabetan sabuk itu mengenai permukaan kulitnya. Iya, kata jerry rasanya akan menyenangkan dan gale akan percaya.
“dua kali”
“dua kali?”
“dua kali cambukan dan lo bisa langsung nyodok gue”
Sial. Ngomong apa dia barusan?
Jerry menyeringai lebar, ia usap pelan bongkahan kenyal yang terekspos percuma di depan matanya, sabuknya ia bawa untuk mengusap pantat tersebut. Sedangkan gale di depannya lagi nahan napas, matanya terpejam, sprei dikasur ia remat erat. Ia menunggu sabuk itu menyapa keras tubuhnya.
CTAR!
“ARGHH!”
satu hal yang gale rasakan, tubuhnya nyeri dan sakit. Jerry tidak segan-segan menampar pantatnya dengan sabuk cukup keras.
Tapi ada satu hal yang berbeda yang gale rasakan.
CTAR!
“AHHH!”
Ia makin terangsang.
Jerry buang asal sabuknya, tidak peduli akan dijatuhkan kemana benda itu. nafsunya sudah berada diujung tanduk apalagi saat mendengar desahan kencang dari gale, salah satu hal yang paling disukainya setelah paras gale.
Ia kocok cepat penisnya sendiri sebelum akhirnya memasukkannya keseluruhan ke dalam lubang milik gale, nyodok lubang itu keras tanpa ampun.
Kepalanya menggeleng kencang, desahannya tidak tertahan apalagi posisi menungging begini membuat pergerakan jerry lebih leluasa, terlalu cepat dan terlalu dalam. Gale menangis disertai desahannya, ini terlalu nikmat. enak. jerry benar soal seberapa nikmatnya ini.
“enak le?” jerry menggeram rendah dibelakang, ia bawa tangannya mengusap pantatnya yang awalnya dicambuk dengan sabuk, warna kemerahan membekas disana. Entah itu darah atau bukan. Sudut bibirnya terangkat. “hahaha enak banget ya?”
“Ahhh... mhhm!”
Ia lupa segala hal karena yang ada dipikirannya adalah bagaimana cara menjemput putihnya secepatnya. Menungging untuk merasakan penis itu lebih masuk ke dalam, menggaruk lubangnya dengan urat penis milik jerry.
Tangan besar jerry melingkupi penis gale, ia mengocoknya cepat serta memainkan twinsballnya beberapa kali sedang ia sibuk menyodok cepat dibelakang.
Tubuh gale bergetar hebat, ia meremat sprei tak kalah erat dari tadi, wajahnya mendongak dengan mulut menganga tanpa desahan sampai liurnya turun membasahi dagu dan lehernya, matanya merem melek merasakan semua kenikmatan menyerang tubuhnya. sial jerry ini memang jago kalau urusan ranjang dan gale juga hanya pasrah pasrah saja menerima.
“mau mau keluar, gue mau keluar”
“hahh.. iya iya barengan, kocok penis lo sendiri!”
Tangan besar yang awalnya mengocok cepat penisnya tergantikan oleh tangannya sendiri. Jerry menunduk untuk memeluk erat pinggang itu dan menjilat daun telinga si bajingan kecil dibawahnya. Tanpa merubah tempo sodokannya, malah semakin bertambah karena ingin segera menuntaskan hasratnya.
Di sodokan keempat gale keluar terlebih dahulu lalu disodokan jerry keenam, dominan itu menyusul. Mereka berdua terengah. Tubuh gale rasanya seperti jelly, ia lemas lalu ambruk sampai tautan penis jerry di lubangnya terlepas. Sperma milik jerry berceceran keluar dari lubangnya, hari ini jerry keluar lebih banyak dari biasanya sampai rasanya mual dibawah sana.
“banyak... banyak banget keluarnya”
“3 minggu lo ga pernah kesini, kenapa?” jerry menidurkan dirinya disebelah gale, ia juga sama lelahnya.
Hujan tidak menunjukkan tanda henti, masih suara gerimis terdengar diluar sana. Kamar jerry gelap, mungkin karena langit diluar mendung atau mungkin karena pemiliknya sengaja meredupkan suasana.
Gale menghembuskan nafasnya, ia memejamkan matanya. “si jes dateng terus ke rumah, setiap hari, hampir setiap hari soalnya minggu kadang dia ga dateng”
“pacar lo nyusahin ya” ucap jerry, ia membuka ikatan dasi yang membuat pergelangan tangan gale memerah.
“hum...”
“tapi, ya, gue juga mau bilang makasih ke dia. Kalau bukan karena dia mungkin hubungan kita bakalan kandas le”
Gale membuka matanya lalu tersenyum, sedangkan jerry menumpu kepalanya dengan satu tangannya menghadap ke arah gale yang tengah menatapnya. Mereka saling melempar tawa.
“gue muak banget anjing, bisa ga sih kita terang-terangan aja pacaran jer?”
“hahaha, bisa aja. Tapi nanti sekalian kabur dari sini le” jerry kecup punggung tangan gale, lalu mengusapnya pelan. Dan hujan kembali melebat, membuat bising agar dua anak adam itu bisa menyembunyikan perasaannya dari dunia yang memang sejak awal selalu membuat mereka patah.
“tapi janji ya bareng gue terus sampai itu kejadian” kata gale, matanya sudah hampir tertutup.
“iya janji” ucap jerry sebagai penutup.