Beruntung karena itu lo
Chenle berjalan cepat menuju pintu dan segera membuka kuncinya. Penampakan yang ia lihat pertama kali adalah jisung dengan keadaan basah kuyup, rambut yang berantakan serta wajah lelah yang ia paksakan untuk tersenyum tipis saat melihat chenle.
Omega itu merasakan dadanya sesak, lalu segera menarik jisung masuk ke dalam. Lucu kalau tiba-tiba ia menangis di depan alphanya bisa habis jadi bahan ejekan.
“mandi sana, gue udah siapin air hangat”
“makasih”
Chenle langkahkan kakinya menuju dapur, ia membuat semangkuk mie instat dengan telur diatasnya. Ia menatap masakannya sendiri, entah kenapa rasanya sesak tak karuan, semenjak ada jiel di dalamnya ia jadi lebih sensitif dari biasanya.
“le, gue mau mandi dulu” ucap jisung sambil membersihkan beberapa barang yang berantakan, tidak ada jawaban dari chenle untuk beberapa saat sampai jisung menoleh ke arahnya
“iya, abistu makan ya, maaf cuman bisa buat mie kuah” suara chenle bergetar hampir menangis, jisung pastinya sadar saat mendengarnya. Jadi ia ikut langkahkan kakinya pergi ke dapur
“lo nangis? kenapa?” jisung pegang bahu bergetar itu sebelum akhirnya membalikkan tubuh kecil itu ke arahnya, chenle menunduk sambil menggeleng kecil, jisung tertawa kecil lalu mengangkat dagu omeganya agar pandangannya beradu satu sama lain
Chenle melihat jisung yang wajahnya tertutup beberapa poninya yang basah, ia sempatkan tersenyum bodoh melihat chenle. Makin-makin saja rasa sesak sialan di dada omega itu, satu isakan terdengar lalu beberapa isakan mulai menyusul.
“eh eh kok nangis? Le, chenle” jisung mengusap pelan pipi yang dijatuhi air mata, chenle menangis seperti anak kecil saat melihat alphanya.
“park jisung sialan hiks gue mau peluk hiks hiks..” chenle memejamkan matanya membuat beberapa bulir air matanya makin banyak terjatuh, jisung yang mendengar permintaan kecil chenle jadi tertawa gemas, ia usap pelan rambut omeganya memberi kecup di pucuknya.
“nanti ya gue mandi dulu, Jiel yang minta ya ini, pengen dipeluk ya yang di dalem?” jisung mengusap pelan perut omeganya yang mulai sedikit membesar, nada bicaranya pun ia pelankan walaupun dijawab ketus oleh chenle. Ia mengerti perasaan sensitif omeganya ini.
Jisung melihat kembali ke arah chenle yang menunduk melihat ke arah usapannya. Matanya masih menampung air mata, hidungnya juga berubah menjadi memerah, namun isakannya terhenti karena fokusnya merasakan tangan jisung mengusap perutnya.
pasti si jiel bikin sakit perut lagi terkanya begitu.
Selalu saat melihat chenle perasaannya menghangat, raganya yang lelah ia hiraukan, jiwanya berhasil menemukan rumah untuk pulang. Untuk yang kali ini, ia tidak akan melepas semudah yang lalu. Ia lupakan sejenak perihal perasaannya yang ragu, karena yang pasti rasa bahagia sudah ia temukan disini.
————————
“ji, kenapa lo kerja?” tanya chenle.
Kini keduanya sudah berada di kamar dengan chenle di dekapan jisung, chenle mendongak untuk melihat alphanya yang juga ikut melihatnya dengan sebelah alis terangkat.
“pertanyaan lo harus banget gue jawab?” jisung bertanya balik mengundang gelak tawa dari chenle.
“bukan gitu dih, maksudnya tuh... Lo kan kuliah ya terus uang kuliah itu lo darimana? Apalagi lo sempet pindah kampus pasti biayanya banyak banget” ucap chenle, sesekali jari telunjuknya bermain di dada bidang alphanya itu.
“oh itu, soal kehidupan sehari-hari termasuk kuliah dibiayain orangtuanya bang jaemin sama bang jeno”
Jisung melepas pelukannya, tatapannya berpindah arah ke langit-langit kamarnya yang gelap. Chenle masih enggan berbalik jadi tatapannya masih terpaku pada alphanya itu.
Jisung menghembuskan nafasnya lalu tersenyum kecil, “tapi karena ada lo dan jiel gue gak bisa gantungin hidup sama mereka terus le, gak tau diri dong”
“bener sih”
“enak ya hidupnya jaemin sama jeno, mereka kaya raya le, renjun beruntung punya alpha kayak mereka hahaha”
“iya beruntung”
Jisung mengintip ke arah chenle yang matanya hampir menutup tapi memaksa untuk melihatnya terus. Jadi ia balikkan tubuhnya ke arah chenle lalu mengusap pelan pipi omeganya itu, senyumannya makin lebar tak luntur sekalipun.
“maaf ya lo ga seberuntung renjun”
Chenle memejamkan matanya karena demi apapun matanya sudah berat untuk memaksa tetap terbuka, chenle bergumam kecil ditengah usapan lembut alphanya.
“gue juga beruntung”
“gue gak sekaya itu buat lo banggain”
Chenle terdiam dan dengkuran halus mulai terdengar, perlahan tangannya ia bawa turun tapi belum sempat turun tangannya sudah di pegang chenle agar tetap berada di pipinya untuk diusap pelan
“gue beruntung karena itu lo, ji..” ucap chenle sebelum akhirnya ia kembali masuk ke alam mimpi.