Awkward moment.

Leo sebenarnya sudah datang sejam yang lalu, ia sengaja baru mengabarkan partner fwb barunya satu jam setelah jam janjian karena gugup setengah mampus! Bagaimana tidak, partner barunya ini tidak lain adalah Jinan, kakak tingkatnya sekaligus ketua hima dikampusnya. Leo tidak menyangka juga manusia sempurna seperti Jinan itu mencari partner fwb di base, banyak pertanyaan janggal yang hinggap di kepalanya.

Jinan Fernandi Saputra itu adalah mahasiswa dengan setumpuk prestasi di segala bidang selama ia berkuliah disana. Jinan itu sempurna kalau bisa leo menilai dari sudut pandang semua orang kampus, baik juga terkenal polos. Banyak yang suka padanya, tapi jujur leo tidak terlalu tertarik dengan jinan yang selalu sibuk dengan urusan-urusan tidak penting.

Karena leo sendiri hanya mahasiswa yang santai dan tidak ingin terlalu sibuk menjadi pusat perhatian. Kalau dibilang mahasiswa kupu-kupu juga tidak, sih, ia ikut beberapa kegiatan kepanitiaan namun tidak terlalu menonjol.

Bagaimana ia kenal jinan? di beberapa kesempatan, seperti acara kampus dan tepat sekali ia menjadi panitianya, jinan selalu ikut andil dalam membantu. Bingung juga, orang lain mah maunya santai cuman jinan yang tidak betah santai.

Tapi siapa sangka kalau manusia sesempurna itu akan menjadi partner ngewenya malam ini.


Leo terduduk di salah satu bangku di dekat jendela, dengan sebungkus plastik burger yang sudah habis tadi dimakannya dan juga cola yang masih tersisa setengah. Ia sangat gugup sampai bingung harus berkata apa kalau nanti jinan ada di hadapannya.

“kenapa ga gue tolak aja sih? Sekarang rasanya pengen kabur aja” gumamnya sambil menghela nafas. Penyeselan memang selalu datang di akhir.

Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan membuka handphonenya, tapi sialnya ternyata ada notif dari user J alias Jinan yang mengatakan bahwa dirinya sudah berada di depan kfc.

J gue udah di depan nih.

dang! Ini saat-saat menegangkan

Sebelum beranjak, leo menyempatkan diri untuk berdoa agar diberi keselamatan juga mengatur nafasnya beberapa kali. Rasa nafsunya sudah habis dibakar rasa malu saat ini.

Ia menunduk sedari tadi, berjalan ke tempat jinan menunggunya sambil memainkan handphonenya. Saat hampir dekat dengan jinan, rasa ingin menguap langsung menghampiri dirinya. Leo malu setengah mati.

“loh ada leo disini, ngapain?”

BANGSATTT

Leo mendongak menatap jinan, ia menggaruk lengannya yang sebenarnya tidak gatal, sekarang bagaimana ia menjelaskan semuanya.

“anu, kakak juga ngapain disini?”

bodoh, pertanyaan bodoh! leo menggerutu dalam hati, mengutuk dirinya yang kelewat bodoh.

Jinan hanya tertawa kecil, “nunggu orang”

“oh gitu” leo tersenyum canggung begitupun juga jinan.

15 menit saling diam akhirnya leo menyerah, dia ga mungkin selamanya berada disana bersama jinan. Akhirnya ia membulatkan tekad untuk mengaku walaupun harga dirinya yang sama polosnya akan tercoreng dengan tidak hormat, tapi masa bodo, toh juga di kampus dia bukan apa-apa dibanding dengan jinan.

“kak...”

Yang dipanggil menoleh dengan mata yang berbinar, selalu. Jinan itu matanya indah, selalu terlihat manis dan bersemangat. Ia sebenarnya laki-laki soft namun entah mengapa sekarang malah jadi partnernya.

“iya?”

Leo menghela nafas lagi, “i'm sorry... Tapi kakak bisa nolak aku kalau memang ga mau”

Jinan tersenyum canggung sambil mengerutkan dahinya bingung, “kenapa ya?”

“i'm leleo on twitter who you picked being your partner tonight, haha... Kaget ya kak? Sama sih”

Jinan membulatkan matanya terkejut, wajahnya memerah sempurna sampai tangan besarnya menutup mulutnya tidak percaya. Leo rasanya ingin menangis di tempat.

“what the fuck it's you?”

“yes i'am, lo bisa nolak gue kalau mau”

“anjing! Kenapa baru ngaku sekarang? Gue nunggu lo lama banget” jinan berbisik dengan nada menajam. Leo makin ciut, tidak kah jinan sadar kalau dirinya takut.

“m-maaf kak, takut”

Jinan memijat pelipisnya lalu menoleh ke arah leo lagi smabil memejamkan mata. Ternyata partnernya hari ini adalah mahasiswa absurd di depannya ini. Padahal jujur ia sudah mempersiapkan segalanya, sekarang harus bagaimana?

“itu, lo pergi aja, biar gue cari partner yang lain.”

Ada sedikit kecewa di dalam hati leo, ia hanya menunduk namun tak sengaja matanya melihat sebuah gundukan dibalik celana jinan. Senyum tipis terukir di belah bibirnya.

“kak jinan”

“hm?” jinan hanya berdehem menjawab, sambil memainkan handphonenya. Mungkin mencari partner baru lagi, tebak leo. Tapi tidak akan terjadi

“ngaceng ya?” ucap frontal leo tanpa babibu, membuat jinan menatapnya dengan terkejut dan bisa dilihat semburat merah terlihat di telinga dan seluruh wajahnya. “bisa-bisanya keluar pas lagi ngaceng”

“tutup mulut lo ya, gue... Gue enggak”

“gue ini juga cowok kak”

Jinan terdiam, rasa malunya kini membunuh semua reputasi cemerlangnya sebagai 'mahasiswa sempurna' di depan adik tingkatnya sendiri. Ia menghela nafas berat sambil mengangguk pelan.

Atas anggukan itu leo tertawa kecil melihatnya, “gue pinter sepong”

“anjing, lo bisa pelanin ga suara lo itu?”

“tapi gue gak suka minum sperma, lo bisa crot di muka gue kalau mau”

“leo, bangsat! Lo jangan lupa kalau kita lagi diluar”

“lubang gue sempit kak, kontol lo pasti nyaman masuk sini”

“fuck you, le” jinan merapatkan kedua pahanya guna menutupi gundukan yang semakin menjadi-jadi. Emang brengsek mulut adik tingkatnya ini

“yes, fuck me then”

Tanpa pikir panjang lagi, jinan tarik lengan leo ke arah apartementnya. Berjalan cepat sampai beberapa kali leo mengeluh karena kakinya itu tidak sepanjang kaki jinan, jadi susah untuk mengikuti langkah-langkahnya. Dua lift sudah dinaiki mereka, akhirnya sampai juga di kamar apartement milik jinan dengan nomer 205. Leo akan mengingatnya terus.

Lantai tiga kamar 205.