Am i not enough?
PLAK!
“kamu selalu mempermalukan saya”
PLAK!
“bisa-bisanya kamu nyakitin chenle atas dasar emosi! Kamu buat anak saya menderita”
Dua tamparan itu tepat mengenai kedua pipi sungchan, tamparan telak dari tangan kasar ayah tirinya. Sungchan tidak bergeming sama sekali, ia hanya menunduk dan mencoba menahan segala emosinya mendengar semua kata-kata yang dilontarkan manusia sialan itu terhadap dirinya, dan lebih sialannya bundanya hanya berdiri tepat dibelakang ayahnya menatapnya bengis dengan senyuman yang selalu dibenci sungchan.
“tangan kamu kasar juga ya, sungchan” bunda hanya menyahut seperti itu. Tidak membantu sama sekali, malah semakin memperkeruh suasana.
“ayah akan batalkan perjodohan kalian!”
Sungchan sontak menaikkan wajahnya, menatap ayahnya terkejut sekaligus marah. Apa-apaan si orangtua ini, seenaknya!
“ayah—”
“kamu diam! Saya tidak butuh pendapat orang bajingan” ayahnya memberikan telunjuknya dengan tegas, sambil satu tangannya ia gunakan untuk menelpon seseorang. Sungchan beralih pandang ke arah bundanya yang sama terkejutnya.
“sayang, jangan ambil keputusan terlalu cepat— maksudnya, soal perjodohan tidak usah dibatalkan” kini bunda berusaha membujuk. Sungchan mengerutkan dahinya, padahal sedari tadi bundanya itu tidak membelanya sama sekali tapi entah kenapa malah sekarang bersikap sok manis agar perjodohannya tidak dibatalkan.
Ayahnya mendadak terdiam dan bundanya terlihat tersenyum miring.
Ada yang aneh, pikir sungchan.
“urus anakmu itu!”
“iya sayang, pikirkan baik-baik ya” ucap bunda. Setelah selesai meredakan emosi ayahnya, sungchan ditarik kasar oleh bundanya keluar dari ruangan ayahnya. Terlalu kasar sampai pegelangan tangannya sakit terkena kuku tajam bundanya, bahkan bundanya sendiri tidak paham.
Setelah jauh dari ruangan tempatnya disidang, bunda menatapnya sinis. Kadang sungchan bertanya kenapa bundanya selalu begini terhadapnya, anaknya sendiri?
“denger bunda anak nakal”
Sebutan itu seperti sudah tersemat selamanya untuk sungchan. Dan alpha itu hanya diam dan menerima, seperti boneka.
“jaga sikap! Tahan emosi kamu ke chenle”
“bun, aku udah coba tapi ya chenle sama sekali gak bisa buka hati”
“usaha! Apa kamu gak bisa usaha sedikit untuk mempertahankan ini semua?”
Bunda mencengkram lengannya dengan kuku panjangnya itu. Usaha, usaha, usaha bunda selalu berucap begitu kalau sungchan sedang gagal dan lelah. Ambisi bunda terlalu kejam untuknya.
“kalau pertunangan kamu sampai dibatalkan, perusahaan kita gak akan dapet dana besar dari perusahaan papanya chenle, kamu ngerti gak? Setelah kamu menikah, kamu bebas memperlakukan chenle sesuka hati kamu”
Sungchan membulatkan matanya terkejut mendengar fakta dari alasan mereka dijodohkan seperti ini, membuat sungchan mengemis segala perasaan semu yang tidak akan bisa ia gapai, berusaha keras untuk mendapatkan perhatian cinta pertamanya dan alasan bundanya menjodohkan mereka hanya uang.
”... Tolong tahan diri kamu, jadi berguna untuk ayah dan bunda”
Berguna apa? jadi perantara uang?
Sungchan menghempaskan genggaman bundanya yang menyakitkan, sisi alphanya mulai perlahan ikut andil tapi bundanya sama sekali tidak menyadarinya.
“alasan perjodohanku itu cuman karena dana? Bukan karena aku cerita kalau chenle itu cinta perta—”
“percaya apa kamu sama cinta? Apa bukti cinta yang kamu punya? Dunia ini gak butuh cinta buat bertahan hidup, contohnya ayah tiri kamu yang rela ninggalin omeganya sampai mati karena milih bunda yang kaya”
Bundanya sejahat dan selicik ini?
Sungchan terdiam. Pertanyaan bunda soal bukti cinta apa yang ia punya pun ia tidak bisa menjawab apa-apa, karena bahkan ia tidak pernah merasakannya dari siapapun termasuk dari bundanya sendiri. Ia terbiasa hidup dengan kekayaan dan kesempurnaan hidup tapi bahkan alpha itu tidak bahagia.
Sungchan tidak pernah cukup bagi orang-orang yang ia sayangi
Sekarang, apa rencana berikutnya?