Akhir dari sebuah masa lalu
Bel rumah jisung berkali-kali berbunyi, membuat si pemilik rumah mengerang kesal. Hari libur adalah hari istirahat, hari menikmati kebebasan namun ada saja yg menyebalkan.
Pintu dibuka, menampilkan gadis berambut ikal yang dikepang asal dengan tas kecil bergambar hamster kecil di genggamannya. Ia tersenyum manis ke arah si pemilik rumah, sementara jisung terkejut setengah mati! Nila benar saja datang ke rumahnya, bahkan ia tidak sadar jam sudah menunjukkan pukul 6 sore
“nila?”
“hai jisung, kita bertemu lagi ya” senyuman nila tidak luntur, cantiknya semakin terpancar dengan latar senja dibelakangnya, matahari yg hampir terbenam seakan menunjukkan bahwa sinarnya kalah dengan aura beta di depannya ini. Jisung terpukau dibuatnya
“ngapain kesini lagi?”
“nih, kue brownies. Kesukaan kamu” nila sodorkan tas kecil itu pada jisung, sementara alpha itu hanya menatapnya bingung namun tak lama diambil juga. Nila makin tersenyum lebar
pergi, tolong diakhiri sekarang la gumam jisung berkali-kali dalam hati, ia benci mengetahui fakta saat melihat senyuman gadis ini semua masa lalunya seakan melingkupi isi kepalanya
“makasih...browniesnya” ucap jisung, dan nila hanya mengangguk sebagai jawaban. Ada jeda beberapa saat diantara mereka, sebelum akhirnya nila menghembuskan nafas
“jisung, aku tau kamu ga bakalan bisa nerima aku lagi, Aku tau semuanya, dan aku harus ngerti posisi mate kamu...” ucap nila. Kini mata berbinar itu meredup, sedihnya terlihat jelas. Jisung bergumam kata impas dalam hatinya.
“lo tau darimana?”
“kak jeno hehe... Aku juga lihat wajahnya chenle, manis. Feromonnya pasti buat kamu nyaman ya, syukur deh berarti kamu sudah beneran bahagia”
Jisung sedikit terkejut namun ia memilih diam mendengarkan nila, sementara nila berbicara seakan hanya untuk mengulur-ulur waktu. Karena tepat hari ini ia akan merelakan harapan satu-satunya yg ingin ia gapai lagi.
Tapi orang bodoh mana yg dapat menerima seseorang kembali setelah dibuang begitu saja.
“ya... udah gue bilang, gue udah bahagia sama chenle, lo jangan ganggu lagi” kalimat jisung penuh penekanan di akhir, berhasil menyayat hati nila begitu pun menghancurkan harapannya dengan sekali genggam. Nila masih tetap tersenyum berusaha menutupi hatinya yg menangis.
“alpha—”
“stop manggil gue kayak gitu, karena lo.udah kehilangan hak buat gue”
Nila mengulum bibirnya, air matanya sudah terkumpul di pelupuk matanya, sekali ia mengedipkan mata luruh sudah air matanya. Tapi, memang benar kata jisung, dari sejak 2 tahun yg lalu saat ia malah membuang kesempatan bersama jisung, ia sudah tidak memiliki hak apapun atas jisung.
“hmm okay, aku cuman mau bilang maaf atas luka-luka yg kemarin, aku harus pergi dan tolong belajar buka hati buat chenle”
Jisung tertegun, tapi dalam hati ia berucap sumpah bahwa setelah nila pergi dan hatinya sembuh, ia akan mulai mengerti chenle dan omega itu tidak perlu lagi menunggunya lebih lama lagi. Ia akan bahagia seperti apa yg dipamerkannya tadi pada nila.
“boleh minta peluk?”
Jisung terbuyarkan dari lamunan, ia menatap nila heran. “gak”
“untuk terakhir kalinya, setelah ini aku bakalan belajar buat merelakan”
Belum selesai menjawab, nila sudah berjalan dan memeluknya tanpa permisi. Pelukan erat itu malah membuatnya sesak bukan nyaman seperti dulu, sepertinya memang benar bahwa semua kenyamanannya sekarang hanya ada pada chenle, soulmate nya dengan ragu jisung membalas pelukannya. Tidak erat hanya sekedar agar semua lara di nila sirna secepatnya.
“tolong bahagia bersama chenle, supaya hancurku tidak sia-sia” ucap nila. Dan hari ini ia resmi merelakan jisung agar bahagia walau tanpa dirinya.
Jisung juga berharap begitu, tapi tanpa mereka sadari dari awal pembicaraan mereka sampai akhir, chenle disana. Omega itu berdiri mematung, renjun dibelakangnya dengan tangan mungilnya berusaha menutup mata chenle. Renjun ucap serapah beberapa kali untuk alpha yg sedang memeluk seorang gadis lain disana, karena sesaknya chenle juga ia rasakan.
“chenle, jangan di lihat” renjun rasakan tangannya mulai basah, isakan kecil mulai terdengar dari empunya. “jangan di lihat... Jangan”
Seharusnya hari ini hari bahagia untuk chenle, karena semua angannya soal jiel kemarin, memang benar adanya. Ia ingin berteriak bahwa jiel sudah hidup di dalamnya, tapi pemandangan apa yg dilihat sekarang? penghianat