How about chenle?
Setiap harinya menjadi hari yang menyebalkan bagi chenle. Entah karena shotaro atau bahkan sungchan atau soal perasaan rindunya. Hari ini tepat 1 bulan dirinya tanpa kehadiran alphanya, tanpa kabar, tanpa ingin tau soal kabar alphanya itu. Mengandalkan renjun sebagai kotak surat kabar jisung walaupun ia selalu menolak untuk ingin tau tapi nyatanya renjun lebih tau tentang dirinya yang setiap hari ingin selalu tau soal jisung.
Ia rindu apapun tentang alpha brengsek itu, chenle sudah berusaha keras untuk mengalihkan pikirannya yang pada kenyatannya hanya menyakitinya. Bersama jisung bukanlah waktu yang sebentar untuk bisa dilupakan dalam kedipan mata saja.
Dirumah ini ia merasa asing, tidak ada kenyamanan walau ia tau kalau sungchan tulus soal perasaannya. Kadang chenle bertanya soal kenapa yang tidak menghargainya malah menjadi tempat perasaannya berlabuh?
Lalu setelahnya ia akan menjawab pertanyaan itu sendiri. Alpha itu tidak sempurna dan itu membuatnya jatuh cinta.
Malam harinya selalu menjadi sunyi. Chenle tengah berdiam diri di ruang tamu, dengan lagu yang tersetel di handphonenya. Lagu dengan judul Love in the dark dari adele. Akhir-akhir ini lagu itu menjadi soundtrack kisah patah hatinya.
Pandangan yang tadi kosong kini terlihat shotaro yang sedang bolak-balik di depannya sambil mendengus. Chenle mengernyitkan alisnya bingung, sampai ide jail terlintas di kepalanya. Ia keraskan volume handphonenya sampai lagu galau andalannya menggema di seluruh ruangan membuat pandangan shotaro menoleh ke arahnya, menghampirinya lalu berdiri sambil berkacak pinggang di depannya.
“kecilin!” ucap ketus shotaro
Chenle tertawa geli sambil menggeleng kecil dengan artian menolak menurut, “lagu ini harusnya buat lo juga”
“hah?”
“lo suka kan sama sungchan? Calon tunangan gue” tawaan renyah terdengar dari chenle, entah menghinanya karena perasaannya atau karena nasibnya. Wajah shotaro memerah keseluruhan, ia segera pergi dari sana. Membawa malu yang ternyata diketahui chenle.
“jadi alasan lo judes ke gue gara-gara cemburu?”
Tidak ada jawaban dari shotaro, laki-laki beta itu meneruskan pekerjaannya membersihkan lantai di ruang makan. Tidak ada suara lagi dari chenle, hanya lagu galau itu mulai memenuhi isi kepalanya. Ia juga sering menertawakan perasaannya yang bodoh apalagi karena nasibnya. Harusnya perasaannya mati saja dari lama mengingat sudah tidak ada kesempatan apalagi buat diperjuangkan, kan?
Seseorang menarik kursi meja makan dan tersenyum ke arahnya. Itu chenle, omega itu cekikikan kecil sambil mengusap perutnya apalagi melihat wajah shotaro yang memerah, entah karena kesal atau malu. Chenle pernah merasakan hal seperti ini, bedanya itu shotaro karena nasib maka perasaannya harus dipaksa mati kalau dirinya karena waktu yang terlalu cepat dan ternyata perasaannya sia-sia untuk orang yang bahkan menyesal bertemu dengannya. Ya, sebelas duabelas lah perihal patah hatinya dengan shotaro.
“kita harusnya temenan ga sih ketimbang jadi rival? Karena gue ga bakalan jadi rival lo soal rebutan sungchan” ucap chenle, ia mendengus sebal tanpa sadar kalau shotaro mendengarnya.
”... Asal lo tau, gue sama sekali ga cinta sama dia walaupun gue calon tunangannya” bisik chenle. Shotaro terdiam dengan sapu ditangannya yang ia remat kuat-kuat agar sesaknya hilang sampai suara chenle menginterupsi lamunannya
“gue cuman jatuh cinta sama satu orang. Satu orang yang selalu bilang kalau dia nyesel ketemu gue” lanjut chenle, tatapannya menyendu membuat shotaro menjadi iba padahal kisahnya sendiri tak kalah penuh duka juga.
“see? Kita punya patah hati yang sama cuman beda cerita”