07.30 am
Setelah memakirkan motornya dibelakang cafe tempat kerjanya, ale segera menuju cafe untuk segera mengecek mesin kopi yang kata rendra kemarin malam sempat bermasalah.
namun belum sampai langkahnya, tiba-tiba ia terhenti tepat disamping jendela cafe, saat menyadari seseorang dengan postur tubuh yang lumayan tinggi dengan buku yang berada digenggamannya itu berdiri tepat di depan pintu dan menatap lama ke arah cafe. Kayaknya pengunjung, deh gumam ale dalam hati, ia segera mengenakan apronnya sebagai tanda bahwa ialah yang bertanggung jawab untuk menjelaskan mengapa cafe tutup lebih lama dari biasanya.
semakin dekat ia melangkah ke orang itu, ale menangkap sebuah radar yang mencekik, yang memaksanya untuk segera menjauh, matanya menyipit sedikit dan tampak jelas aura orang itu berwarna hitam pekat, sangat menyiksa dan menyedihkan. Ini pertama kalinya, ia melihat seseorang dengan aura yang segelap ini, aura yang menggambarkan kesedihan yang teramat sangat.
“permisi kak...” ale menyapa ramah orang yang sepertinya akan menjadi tamu pertamanya pagi ini, yang disapa bahkan tidak tersenyum melihatnya.
sangat menjengkelkan dengan hanya melihat auranya.
“tumben baru buka mas” katanya dengan wajah datar seperti tidak butuh penjelasan apapun.
“kebetulan leader saya agak sedikit telat jadi saya yang menggantikan shift pertamanya, kak, maaf ya atas keterlambatan kami”
“iya”
ale menaikkan alis sebelahnya, kesal sedikit.
“kenapa gitu mukanya? saya nggak boleh masuk sekarang dan minum kopi disini?”
dengan cepat ia rubah raut wajah jengkelnya dan segera membuka pintu cafe, bunyi lonceng diatas pintu terdengar dan mereka berdua masuk berbarengan, ale dan seorang lelaki pemilik aura tersedih yang sejauh ini ale lihat.
Laki-laki yang mungkin banyak menyimpan banyak cerita sedih didalamnya.
“kopinya atas nama siapa kak?”
“ajisaka”
dan dari sanalah, ale mengetahui bahwa pemilik aura hitam itu bernama Ajisaka.